Tuesday, March 19, 2013

Rendah hati adalah awal kebahagiaan



RENDAH HATI adalah awal KEBAHAGIAN

Org yg RENDAH HATI selalu  tenang & sukacita.
Hidup damai & leluasa

Dia tidak menggunakan pernik2 kepalsuan...
Dia Tak dapat dihina,
Tak dapat direndahkan,
Tak dapat dicemooh ,
Tak mudah tersinggung,
Tak dapat dinista,
Tak dapat dipermalukan,
Tak Gelisah & cemas...

Karena ia tidak mengharap PENILAIAN manusia..
Ia hanya IKHLAS mengharap PENILAIAN Allah swt

KATA-KATA HIKMAH"

jangan menunggu-nunggu...



JANGAN MENUNGGU

Jangan menunggu bahagia, baru tersenyum.

Tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia

Jangan menunggu kaya, baru mau beramal.

Tapi beramal lah, maka kamu semakin kaya

Jangan menunggu termotivasi, baru bergerak.

Tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi

Jangan menunggu dipedulikan orang baru anda peduli,

Tapi pedulilah dengan orang lain! maka anda pasti akan dipedulikan…

Jangan menunggu orang memahami kamu, baru kita memahami dia.

Tapi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan kamu

Jangan menunggu terinspirasi, baru menulis.

Tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu

Jangan menunggu projek, baru bekerja.

Tapi berkerjalah, maka proyek akan menunggumu

Jangan menunggu dicintai, baru mencintai.

Tapi belajarlah mencintai, maka anda akan dicintai

Jangan menunggu banyak uang, baru hidup tenang.

Tapi hiduplah dengan tenang, maka bukan hanya sekadar uang yang datang, tapi damai sejahtera.

Jangan menunggu contoh, baru bergerak mengikuti.

Tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti

Jangan menunggu sukses, baru bersyukur.

Tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.



Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu …


    2 Hal yang Membuat Kita Tidak Bersyukur Dengan Keadaan Kita

Sekarang Pertama : Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yg mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya.

Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapa pun banyak yang kita miliki, kita tak pernah menjadi “KAYA” dalam arti yang sesungguhnya.

Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ”kaya”. Orang yang ”kaya” bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki.

Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yg sudah kita miliki.

 Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup. Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.

Seorang pengarang pernah mengatakan,
”Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.”
 Ini perwujudan rasa syukur.


Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah : Kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.

Ada sebuah kisah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, ”Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang.” “Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.”

Bersyukurlah! Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu … Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar … Bersyukurlah untuk masa-masa sulit … Di masa itulah kamu tumbuh …

Bersyukurlah untuk keterbatasanmu … Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang … Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru … Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu …

Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat … Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga … Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih … Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan …

 Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik … Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut …

Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif … Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu …

~"KATA-KATA HIKMAH"

Monday, March 18, 2013

Hari-hari yg dilarang berpuasa..


Soalan:
assalammualaikum...
tumpang bertanya saya berniat untuk menjalani ibadah puasa sunat pada hari-hari biasa, kemusykilan saya:
1) ada hari yang x boleh puasa x?
2) bagaimana niatnya?

p/s minta bantuan dari sesiapa yang pintar untuk membantu terima kasih._

Fairus Payyo
-------------------------
Jawaban:

Wa'alaikumussalam warahmatullah....
  • ada 5 hari yg dilarang berpuasa:
    1- hari raya puasa
    2- hari raya korban

    3- 3 hari Tasyriq iaitu 11, 12 & 13 Zulhijjah - jumlahnya 5 hari...

    satu lagi yg dimakruhkan puasa ialah hari syak iaitu 30 Syaaban, dibolehkan bg org yg ingin qadak puasanya shj pd hari tu...

    makruh juga puasa pada hari Jumaat secara khusus....

    niatnya, pada malam sebelum tidur itu tetapkan niat bhw saya ingin berpuasa sunat kerana Allah Taala, kalau boleh bangunlah sahur walau sekadar minum air.. kemudian pada pagi itu berpuasalah...

    Tiada lafaz niat tertentu utk berpuasa sunat... cukup dgn niat, bahawa esok aku ingin berpuasa sunat kerana Allah Taala... insya Allah.

    Wallahu a'lam

Sunday, March 17, 2013

Bagaimana pendapat empat Imam Madzhab mengenai qunut?


qunut shubuh








Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin pernah ditanya: Bagaimana pendapat empat Imam Madzhab mengenai qunut?

Syaikh rahimahullah menjawab:
Pendapat imam madzhab dalam masalah qunut adalah sebagai berikut.

Pertama: Ulama Malikiyyah
Mereka berpendapat bahwa tidak ada qunut kecuali pada shalat shubuh saja. Tidak ada qunut pada shalat witir dan shalat-shalat lainnya.

Kedua: Ulama Syafi’iyyah
Mereka berpendapat bahwa tidak ada qunut dalam shalat witir kecuali ketika separuh akhir dari bulan Ramadhan. Dan tidak ada qunut dalam shalat lima waktu yang lainnya selain pada shalat shubuh dalam setiap keadaan (baik kondisi kaum muslimin tertimpa musibah ataupun tidak, -pen). Qunut juga berlaku pada selain shubuh jika kaum muslimin tertimpa musibah (yaitu qunut nazilah).

Ketiga: Ulama Hanafiyyah
Disyariatkan qunut pada shalat witir. Tidak disyariatkan qunut pada shalat lainnya kecuali pada saat nawaazil yaitu kaum muslimin tertimpa musibah, namun qunut nawaazil ini hanya pada shalat shubuh saja dan yang membaca qunut adalah imam, lalu diaminkan oleh jama’ah dan tidak ada qunut jika shalatnya munfarid (sendirian).

Keempat: Ulama Hanabilah (Hambali)

Mereka berpendapat bahwa disyari’atkan qunut dalam witir. Tidak disyariatkan qunut pada shalat lainnya kecuali jika ada musibah yang besar selain musibah penyakit. Pada kondisi ini imam atau yang mewakilinya berqunut pada shalat lima waktu selain shalat Jum’at.

Sedangkan Imam Ahmad sendiri berpendapat, tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan qunut witir sebelum atau sesudah ruku’.

Inilah pendapat para imam madzhab. Namun pendapat yang lebih kuat, tidak disyari’atkan qunut pada shalat fardhu kecuali pada saat nawazil (kaum muslimin tertimpa musibah).

Adapun qunut witir tidak ada satu hadits shahih pun dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan beliau melakukan qunut witir.

Akan tetapi dalam kitab Sunan ditunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan Al Hasan bin ‘Ali bacaan yang diucapkan pada qunut witir yaitu

 “Allahummah diini fiiman hadayt …”. Sebagian ulama menshahihkan hadits ini[1]. Jika seseorang melakukan qunut witir, maka itu baik. Jika meninggalkannya, juga baik. Hanya Allah yang memberi taufik. (Ditulis oleh Syaikh Muhammad Ash Sholih Al ‘Utsaimin, 7/ 3/ 1398)[2]

Adapun mengenai qunut shubuh secara lebih spesifik, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin menjelaskan dalam fatwa lainnya.

Beliau pernah ditanya:

 “Apakah disyari’atkan do’a qunut witir (Allahummah diini fiiman hadayt …) dibaca pada raka’at terakhir shalat shubuh?”
Beliau rahimahullah menjelaskan: “Qunut shubuh dengan do’a selain do’a ini (selain do’a “Allahummah diini fiiman hadayt …”), maka di situ ada perselisihan di antara para ulama. Pendapat yang lebih tepat adalah tidak ada qunut dalam shalat shubuh kecuali jika di sana terdapat sebab yang berkaitan dengan kaum muslimin secara umum. Sebagaimana apabila kaum muslimin tertimpa musibah -selain musibah wabah penyakit-, maka pada saat ini mereka membaca qunut pada setiap shalat fardhu. Tujuannya agar dengan do’a qunut tersebut, Allah membebaskan musibah yang ada.”

Apakah perlu mengangkat tangan dan mengaminkan ketika imam membaca qunut shubuh?
Dalam lanjutan perkataannya di atas, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan:
“Oleh karena itu, seandainya imam membaca qunut shubuh, maka makmum hendaklah mengikuti imam dalam qunut tersebut. Lalu makmum hendaknya mengamininya sebagaimana Imam Ahmad rahimahullah memiliki perkataan dalam masalah ini. Hal ini dilakukan untuk menyatukan kaum muslimin.

Adapun jika timbul permusuhan dan kebencian dalam perselisihan semacam ini padahal di sini masih ada ruang berijtihad bagi umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ini selayaknya tidaklah terjadi. Bahkan wajib bagi kaum muslimin –khususnya para penuntut ilmu syar’i- untuk berlapang dada dalam masalah yang masih boleh ada perselisihan antara satu dan lainnya. ” [3]

Dalam penjelasan lainnya, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan,
 “Yang lebih tepat makmum hendaknya mengaminkan do’a (qunut) imam. Makmum mengangkat tangan mengikuti imam karena ditakutkan akan terjadi perselisihan antara satu dan lainnya. Imam Ahmad memiliki pendapat bahwa apabila seseorang bermakmum di belakang imam yang membaca qunut shubuh, maka hendaklah dia mengikuti dan mengamini do’anya. Padahal Imam Ahmad berpendapat tidak disyari’atkannya qunut shubuh sebagaimana yang sudah diketahui dari pendapat beliau.

Akan tetapi, Imam Ahmad rahimahullah memberikan keringanan dalam hal ini yaitu mengamini dan mengangkat tangan ketika imam melakukan qunut shubuh. Hal ini dilakukan karena khawatir terjadinya perselisihan yang dapat menyebabkan renggangnya hati (antar sesama muslim).”[4]
Hanya Allah yang memberi taufik.
Disusun di Batu Merah, kota Ambon, 5 Syawal 1430 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com


[1] Hadits ini diriwayakan oleh At Tirmidzi, Abu Daud, An Nasa-i, Ibnu Majah, dan Ad Darimiy. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dalm Misykatul Mashobih 1273 [20].
[2] Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 14/97-98, Asy Syamilah
[3] idem, 14/78
[4] idem, 14/80

Wednesday, March 13, 2013

Menghayati Man Jadda Wajada



Menghayati Man Jadda Wajada

Anda pernah mendengar ungkapan Man Jadda Wajada? Namun sudahkah anda mengaplikasikan prinsip ini? Banyak sudah tahu namun masih sedikit yang mengaplikasikannya.

Banyak contoh yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, ramai orang yang tidak menerapkan prinsip ini. Mereka cepat menyerah, berhenti berusaha, dan menyerah pada nasib.
Ciri utamanya ialah suka mengatakan "saya tidak boleh", “saya tidak bisa”.

Bagi yang tahu ertinya, man jadda wajada bererti barangsiapa bersungguh-sungguh pasti dapat. Ini bukan hadith, meski menggunakan bahasa Arab. Mungkin sejenis pepatah Arab tetapi mengandung makna yang dalam.
Kata kunci dalam pepatah ini ialah jadda atau bersungguh-sungguh. Jadi, sejauh mana anda sudah mengaplikasikan pepatah ini ialah sejauh mana anda bersungguh-sungguh.

Silakan anda periksa pertanyaan berikut dan jawablah dalam hati anda. Silakan anda ukur diri anda tanpa dalih tanpa alasan (jika bersungguh-sungguh ingin maju).

-Sudahkah anda bersungguh-sungguh melihat peluang. Cuba lihat catatan anda, sudah seberapa banyak potensi peluang yang anda catat?
-Seberapa dalam anda meneliti sebuah idea bisnis?
-Seberapa banyak idea-idea mengoperasikan bisnis yang sudah anda cuba?
-Seberapa banyak idea-idea pemasaran yang sudah anda lakukan?
-Sudah berapa kali anda gagal dan bangkit lagi mencuba?
-Seberapa keras anda mencari solusi masalah anda?
-Berapa banyak kontak yang sudah anda kumpulkan untuk mendukung bisnis anda?
dan sebagainya.

Man Jadda Wajada Belum Dihayati Jika Masih Berdalih

“Tapi saya…”. Ya… jika anda masih suka mengatakan “tapi” sebagai dalih tidak berusaha, ertinya anda belum bersungguh-sungguh. Mungkin dalih anda benar, tetapi tetap saja anda tidak meraih apa yang anda inginkan.
Jika anda memang bersungguh-sungguh, akan selalu ada jalan untuk mencapai apa yang anda inginkan. Akan selalu ada jalan untuk menyelesaikan masalah anda. Potensi pikiran, hati, dan tubuh Anda sudah cukup untuk mengatasi masalah Anda. Sebesar apa pun masalah anda. Begitu juga potensi anda cukup untuk meraih pencapaian tertinggi yang bisa dicapai manusia. Semua orang memiliki potensi yang sama, yang berbeza ialah sejauh mana kita menggunakan potensi tersebut. Sejauh mana kita menghayati man jadda wajada dalam hidup anda.

Langkah selanjutnya ialah kita harus menghayati Man Jadda Wajada, bukan hanya pepatah penghias dinding, tetapi harus menjadi bahagian dari kehidupan kita.

-Jika Anda bersungguh-sungguh, maka anda akan mengalahkan rasa malas yang menghambat anda untuk bertindak.

-Jika anda bersungguh-sungguh, maka anda akan mencari cara mengatasi rintangan dan halangan yang ada di depan anda.

-Jika Anda bersungguh-sungguh, maka anda akan berusaha melengkapi apa yang menjadi kekurangan anda untuk meraih tujuan besar anda.

-Jika anda bersungguh-sungguh, maka anda akan belajar jika anda belum boleh melakukan sesuatu yang diperlukan untuk meraih sukses.

-Jika anda bersungguh-sungguh, maka anda tidak akan mudah berhenti, terus berfikir kreatif, mencuba dan mencuba sampai anda menemukan jalan yang tepat.

-Jika anda bersungguh-sungguh, maka anda tidak akan kalah dengan alasan, justeru akan berusaha mengatasi alasan tersebut.

Sumber : http://www.ahmad-sanusi-husain.com/2013/03/ menghayati-man-jadda-wajada.html#ixzz2N6xJLk4P
 
~Credit to :PenyuXP

Petua Untuk Meredakan Sakit Ulser Mulut



Petua Untuk Meredakan Sakit Ulser Mulut

Ulser merupakan tompokan putih atau kuning dalam mulut yang mempunyai tanda kemerahan di sekelilingnya. Ulser ini mempunyai saiz yang berbeza-beza dan menyakitkan.

Punca sebenar ulser mulut tidak diketahui. Ia sering dikaitkan dengan berikut:

• Stres
• Perubahan hormon
• Jangkitan
• Kekurangan zat makanan
• Alahan
• Rawatan radiasi
• Rawatan kemoterapi

Ia sering dihubungkaitkan dengan:
• Rasa membakar di dalam mulut
• Kesakitan
• Ketidakselesaan yang berpanjangan
• Hilang selera makan
• Demam

Kesakitan akan berkurangan dalam tempoh 3 - 4 hari tetapi ulser biasanya akan mengambil masa 10 - 14 hari untuk sembuh sepenuhnya.Dapatkan pemeriksaan doktor pergigian jika ulser mulut masih berlarutan melebihi dua minggu. Pemeriksaan penting untuk menentukan tiada lesi kanser dan pra kanser mulut.

Cuba petua ini untuk menghilangkan rasa sakit ulser mulut:

a. Berkumur dengan bahan kumuran antiseptic atau air garam.
b. Sapukan gel analgesik atau gel penahan sakit
c. Kekalkan kesihatan mulut yang baik.
d. Makan makanan yang lembut.
e. Kurangkan makanan pedas dan berempah.
f. Minum air secukupnya.
g. Banyak minum air suam.
h. Berehat dan tidur dengan cukup.
i. Amalkan tabiat menjaga agar mulut dan gigi berada pada tahap kesihatan yang baik.
j. Mengambil makanan yang berkhasiat dan seimbang. Pastikan anda mengambil cukup vitamin B12 dan vitamin C.
k. Daun buah Nangka dibakar bersama jagung dan tempurung kelapa sampai hangus. Abunya dicampur dengan minyak dan disapu pada ulser dan luka.
Petua Untuk Meredakan Sakit Ulser Mulut

Ulser merupakan tompokan putih atau kuning dalam mulut yang mempunyai tanda kemerahan di sekelilingnya. Ulser ini mempunyai saiz yang berbeza-beza dan menyakitkan. 

Punca sebenar ulser mulut tidak diketahui. Ia sering dikaitkan dengan berikut:

• Stres
• Perubahan hormon
• Jangkitan
• Kekurangan zat makanan
• Alahan
• Rawatan radiasi
• Rawatan kemoterapi

Ia sering dihubungkaitkan dengan:
• Rasa membakar di dalam mulut
• Kesakitan
• Ketidakselesaan yang berpanjangan
• Hilang selera makan
• Demam

Kesakitan akan berkurangan dalam tempoh 3 - 4 hari tetapi ulser biasanya akan mengambil masa 10 - 14 hari untuk sembuh sepenuhnya.Dapatkan pemeriksaan doktor pergigian jika ulser mulut masih berlarutan melebihi dua minggu. Pemeriksaan penting untuk menentukan tiada lesi kanser dan pra kanser mulut.
 
Cuba petua ini untuk menghilangkan rasa sakit ulser mulut:

a. Berkumur dengan bahan kumuran antiseptic atau air garam.
b. Sapukan gel analgesik atau gel penahan sakit
c. Kekalkan kesihatan mulut yang baik.
d. Makan makanan yang lembut.
e. Kurangkan makanan pedas dan berempah.
f. Minum air secukupnya.
g. Banyak minum air suam. 
h. Berehat dan tidur dengan cukup.
i. Amalkan tabiat menjaga agar mulut dan gigi berada pada tahap kesihatan yang baik. 
j.  Mengambil makanan yang berkhasiat dan seimbang. Pastikan anda mengambil cukup vitamin B12 dan vitamin C.
k. Daun buah Nangka dibakar bersama jagung dan tempurung kelapa sampai hangus. Abunya dicampur dengan minyak dan disapu pada ulser dan luka.

Wasiat Nabi Untuk Anak-Anak



Wasiat Nabi Untuk Anak-Anak

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Aku berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari. Beliau berkata kepadaku, “Wahai anak, sesungguhnya aku akan ajari engkau beberapa kalimat:

1.

اِحْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ،

Jagalah Allah niscaya Allah menjagamu”

Yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi larangan-larangan-Nya, Allah akan menjaga dunia dan akhiratmu.

2.

اِحْفَظِ اللَّهَ تَجِدُهُ تُجَاهَكَ

“Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu”

Jagalah batasan-batasan dan hak-hak Allah. Engkau akan mendapati Allah memberikan taufiq kepadamu serta membantumu.

3.

إِذَا سَأَلْتَ فَسْأَلِ اللَّهَ ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau meminta bantuan, minta bantuanlah kepada Allah.”

Maksudnya, jika engkau meminta bantuan dalam perkara dunia maupun akhirat, maka mintalah kepada Allah. Lebih-lebih dalam perkara yang tidak dimampui melainkan hanya oleh Allah saja, seperti menyembuhkan orang sakit, meminta rizki, maka ini adalah perkara yang khusus bagi Allah saja.

(Hal ini telah disebutkan oleh An-Nawawi dan Al-Haitami)

4.

وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ, وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ

“Ketahuilah, meskipun seluruh umat berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah. Dan jika mereka berkumpul untuk memudharatkanmu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat memudharatkanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tentukan.”

Maksudnya adalah beriman kepada takdir yang telah Allah tulis terhadap manusia, baik maupun jeleknya.

5.

رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ

“Pena-pena telah diangkat dan lembar-lembar telah kering.”

(HR. At-Tirmidzi dan beliau berkata hadits ini hasan shahih).

Maksudnya, tawakkal kepada Allah disertai dengan mengambil sebab, karena Rasulullah bersabda kepada pemilik unta, “Ikatlah untamu kemudian bertawakkallah.” (Hadits hasan, riwayat At-Tirmidzi).

Pada riwayat selain At-Tirmidzi:

6. “Kenalilah Allah di masa lapang, maka Allah akan mengenalmu di masa sulit.”

Tunaikanlah hak-hak Allah dan hak-hak manusia di kala lapang, maka Allah akan menyelamatkanmu di waktu kesempitan.

7. “Ketahuilah bahwa apa yang (ditakdirkan) luput darimu tidak akan menimpamu dan apa yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan luput darimu”

Jika Allah menahan sesuatu darimu, maka tidak akan sampai padamu. Dan apabila Allah memberimu sesuatu, maka tidak akan ada yang bisa menahannya.

8. “Ketahuilah bahwa pertolongan menyertai kesabaran”

Pertolongan untuk menghadapi musuh dan terhadap diri sendiri itu sesuai dengan kesabaran.

9. “Sesungguhnya ada kelapangan bersama kesusahan”

Kesusahan yang menimpa seorang yang beriman akan disusul oleh kelapangan setelahnya.

10. “Dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”

(Dihasankan oleh pentahqiq Kitab Jami’ul Ushul dengan penguat-penguat hadits tersebut).

Kesukaran yang dirasakan oleh seorang muslim, maka akan datang setelahnya satu atau dua kemudahan.



Faedah Hadits

1. Cintanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada anak-anak. Beliau memboncengkan Ibnu Abbas di belakang beliau. Beliau juga memanggil Ibnu Abbas dengan ucapan, “Wahai anak” agar Ibnu Abbas memperhatikan apa yang beliau ucapkan.

2. Memerintahkan anak-anak untuk taat kepada Allah dan menjauh dari maksiat kepada-Nya serta membawa kebahagiaan kepada mereka di dunia dan akhirat.

3. Allah akan memenangkan orang yang beriman di saat sempit jika mereka menunaikan hak Allah dan manusia di masa lapang, sehat dan kaya.

4. Menanamkan kepada jiwa anak-anak aqidah tauhid dengan meminta dan ber-isti’anah (meminta bantuan-pent) kepada Allah ta’ala semata. Ini merupakan kewajiban orang tua dan pendidik.

5. Menanamkan kepada anak aqidah iman kepada taqdir, yang baik maupun yang jelek dan ini merupakan rukun iman.

6. Mendidik anak agar optimis dalam menghadapi hidup mereka dengan keberanian dan penuh harapan supaya mereka menjadi sosok-sosok yang bermanfaat bagi umat.

“Ketahuilah bahwa pertolongan menyertai kesabaran, sesungguhnya ada kelapangan bersama kesusahan dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”

(Dinukil dari http://ulamasunnah.wordpress.com/ dari buku Bagaimana Mendidik Putra-Putri Kitakarya Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, penerjemah: Abu Umar Al-Bankawy, muraja’ah: Al-Ustadz Ali Basuki, Lc

Khusyuk dalam Sholat

Khusyuk dalam Sholat

Sesungguhnya sholat adalah ibadah badani yang paling agung dalam agama ini. Dia adalah rukun Islam setelah syahadat. Kewajiban sholat telah tetap berdasarkan al-Qur’an, hadits, ijma’ kaum muslimin. Khusyuk dalam sholat adalah hal yang sangat penting, sudah barang tentu kita dituntut untuk berusaha dan selalu melatih diri dapat menunaikan sholat dengan khusyuk.

Memahami Khusyuk

Imam Roghib al-Ashfahani rahimahullah berkata: “Khusyuk adalah merendahkan diri. Umumnya kalimat khusyuk digunakan untuk istilah pada anggota badan. Adapun tunduk dan merendahkan diri umumnya untuk menggambarkan sesuatu yang ada di dalam hati. Oleh karena itu dikatakan, jika hatinya telah tunduk maka akan khusyuk pula anggota badannya.[1]

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: ”Khusyuk adalah sebuah makna yang tersusun dari pengagungan, kecintaan, perendahan dan perasaan butuh”.[2]

Al Hafizh Ibnu Rojab rahimahullah berkata: ”Asalnya khusyuk adalah lembutnya hati, tenang, tunduk dan perasaan butuh kepada-Nya. Apabila hati telah khusuk maka seluruh anggota badan akan mengikutinya, karena anggota badan mengikuti hati.”[3]

Jadi khusyuk bukan hanya tergambar dari anggota badan, bukan sekedar tenang dan diam yang dibuat-buat !!! Atau tingkah laku seperti orang yang khusyuk namun hatinya kosong dan tidak tunduk kepada Allah azza wa jalla.

Kaedah mencapaiKhusyuk Dalam Sholat

1. Persiapan Sebelum Sholat

Hal ini dimulai saat adzan dikumandangkan, dengan segera mengambil wudlu, membersihkan mulut dan badan kemudian memakai pakaian yang bersih dan bagus untuk sholat. Allah ta’ala berfirman:
يَابَنِي ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَتُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

”Hai anak Adam, kenakanlah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid. Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. Al-A’rof: 31)

Setelah itu berjalanlah menuju masjid dengan tenang, tidak tergesa-gesa, bacalah doa keluar rumah dan menuju masjid. Apabila telah sampai di depan pintu masjid bacalah doa masuk masjid kemudian sholat lah dua rakaat.

2. Tuma’ninah di dalam sholat

Adalah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam sholat dalam keadaan tuma’ninah yang paling sempurna hingga setiap persendian kembali ke tempatnya. Dan beliau shallallahu’alaihi wa sallam juga memerintahkan orang yang jelek sholatnya untuk mengulangi kembali. Adapun sholat dengan tergesa-gesa, tidak tenang saat ruku’ dan sujud adalah sholatnya orang yang paling jelek.

Dari Abu Qotadah radliyallahu’anhu bahwasanya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Orang yang paling jelek dalam mencuri adalah orang yang mencuri dalam sholatnya”. Para shahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, bagaimaa dia mencuri dalam sholatnya ? Nabi menjawab: ”Yaitu orang yang tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya ketika sholat”. (HR. Ahmad: 24/378, al-Hakim 1/229, Shohih Jami’:997)

Dan orang yang cepat dalam sholatnya, tidak tuma’ninah dan tergesa-gesa tidak mungkin bisa khusyuk karena cepat itu menghilangkan kekhusyukan dalam sholat.

3. Ingat mati ketika sholat

Berdasarkan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:

”Ingatlah kematian di dalam sholatmu. Karena seseorang bila ingat mati di dalam sholat, dia akan memperbagus sholatnya. Sholatlah seperti sholatnya seorang laki-laki yang tidak menyangka bahwa dia akan sholat lagi di lain waktu” (Hasan. Lihat takhrij lengkapnya dalam as-Shohihah: 1421)

4. Pahamilah apa yang engkau baca

Yaitu berusaha memahami ayat dan doa yang kita baca. Karena ayat al-Qur’an diturunkan agar dipahami dan direnungi maknanya. Allah azza wa jalla berfirman:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا ءَايَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ

”Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shood: 29)

Demikian pula termasuk sebab yang dapat membantu dalam merasakan kelezatan bacaan al-Qur’an atau doa adalah dengan memahami dan kandungan ayat dan doa yang dibaca. Imam Ibnu Jarir at-Thobari rahimahullah berkata: ”Sungguh aku heran kepada orang yang membaca al-Qur’an akan tetapi dia tidak memahami makna dan tafsiran ayatnya, bagaimana mungkin dia bisa merasakan lezatnya bacaannya?!”[4]

5. Tinggalkan dosa dan maksiat

Allah azza wa jalla berfirman:
إِنَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُ مَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَابِأَنفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubahkeadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ro’d: 11)

Maksiat adalah penghalang khusyuk. Cukuplah pikirannya akan senantiasa teringat kemaksiatan yang ia lakukan sebagai pelajaran bahwa khusyuk tidak mungkin tercapai dengan tetap bermaksiat.

6. Pilihlah pekerjaan yang sesuai

Maksudnya adalah memilih jenis pekerjaan yng tidak berbenturan dengan waktu sholat dan tidak membebankan pikiran. Karena bila pekerjaan itu berat, secara otomatis pikiran akan senantiasa teringat dengan pekerjaan, sehingga rasa sholat khusyuk menjadi hilang. Demikian pula jika pekerjaan berbenturan dengan waktu sholat, akan menyebabkan sholat tertunda, atau mengerjakan sholat super kilat !!. Dan semua ini menghilangkan khusyuk dalam sholat.

7. Tidak menambah kesibukan dunia

Jika Allah azza wa jalla telah memberimu kecukupan rezeki dalam bekerja di pagi hari, maka jadikanlah waktu sore untuk beramal akhirat. Merasa cukuplah dengan pemberian Allah ta’ala, jangan engkau habiskan waktumu seharian penuh hanya mengejar urusan dunia yang tidak ada habisnya!!. Karena jika jiwa ini merasa cukup, hati akan lapang, tentram dan pikiran tidak akan bercabang kemana-mana memikirkan bisnis atau pekerjaan!. Dia akan mendatangi sholat dengan hati yang tenang, siap bermunajat kepada Allah ta’ala dan pikirannya tertuju pada sholat. Renungkanlah hal ini wahai saudaraku.

8. Mengambil Sutrah Sholat

Termasuk perkara yang bisa mendatangkan rasa khusyuk dalam sholat adalah menjadikan sholat kita menghadap sutrah. Karena hal itu lebih menjaga pandangan, menjaga dari setan dan menjaga agar tidak dilalui orang. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Apabila salah seorang diantara kalian sholat, maka sholatlah dengan menghadap sutrah dan mendekatlah.” (HR. Abu Dawud: 698, dihasankan oleh al-Albani dalam Shohihul Jami’: 651)

Imam Nawawi rahimahullah berkata: ”Hikmah anjuran mengambil sutrah adalah menjaga pandangan dari perkara yang ada di depannya, menghalangi orang yang lewat didekatnya dan mencegah lewatnya setan yang dapat menggoda untuk membatalkan sholatnya”.[5]

9. Pusatkan hati dan pikiran

Perkara ini memang berat dan tidak mudah, terkadang ketika kita sholat perkara yang tadinya tidak teringat akan menjadi ingat ketika kita sudah masuk sholat. Akan tetapi, tetaplah berusaha untuk memusatkan hati kepada Allah ta’ala, ingat bahwa kita sedang berdiri di hadapan Rabb semesta alam, penguasa langit dan bumi.

Adalah Dzun Nun menceritakan bagaimana sholatnya para ahli ibadah: ”Bila engkau melihat mereka sholat, tatkala sudah berdiri di tempat khusus sholat mereka, kemudian mereka membuka sholat dengan takbir, akan terlintas dalam hati mereka bahwa tempat yang mereka berdiri sekarang adalah seperti tempat berdirinya para manusia kepada Allah”.[6]

Al-Hafizh Ibnu Rojab al-Hambali rahimahullah berkata: ”Menghadap kepada Allah dengan hati dan pikiran, tidak menoleh kepada selain-Nya, ada dua bentuk: Pertama, hatinya tidak berpaling kepada perkara yang mudah, hanya terpusat kepada Allah azza wa jalla. Kedua, pandangannya tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, hanya tertuju ke tempat sujudnya, inilah keharusan khusyuk bagi hati, tidak menoleh kepada selainnya.”[7]

10. Berdoa dan mohonlah perlindungan dari godaan setan

Setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Permusuhan ini akan senantiasa berlangsung hingga hari kiamat. Apalagi dalam perkara sholat, jika seorang hamba berdiri untuk sholat setan akan cemburu karena dengan demikian manusia sedang berada dalam keadaan yang paling dekat kepada Allah ta’ala. Setan akan benci dan akan berusaha kuat untuk menggoda dan membatalkan sholatnya.

Bahkan akan terus memberi janji-janji muluk, memberi angan-angan kepada manusia, hingga manusia terjerat dan lupa akan perkara sholat!!![8]

Setan itu diibaratkan seperti perampok jalanan, acapkali seorang hamba ingin berjalan menuju Allah azza wa jalla, dia akan berusaha untuk memutus jalannya.

Diantara doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk berlindung dari ketidakkhusyukan adalah:
اَللَّهُمَّ إِنِّى أُعُوذُبِكَ مِنْ عِلْمٍِ لاَيَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍِ لاَيَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍِ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍِ لاَ يُسْتَچَابُ لَهَا

”Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan” (HR. Muslim: 2722)

Asrizal Ar-Riauniy Nasution


--------------------------------------------
 

Dinukil dari artikel yang berjudul Khusyuk Dalam Sholat oleh Ust. Abu Abdillah Syahrul Fatwa as-Salim hal. 51-55, Majalah al-Furqon Edisi 4 tahun kesembilan/ Dzulqo’dah 1430 (Okt/Nop 2009). Silahkan untuk merujuk ke majalah tersebut untuk pembahasan yang lengkap.

[1] Al-Mufrodaat fi Ghorib al-Qur’an hal. 154-155



[2] Madarijus shalikin: 2/10

[3] Al-Khusyuk fis Sholat hal.10, Ibnu Rojab

[4] Muqoddimah Tafsir at-Thobari: 1/10, Mahmud Syakir

[5] Syarah Shohih Muslim: 4/216

[6] Al-Khusyuk fis Sholat hal. 19

[7] Idem. Hal. 19

[8] Al-Wabilus Shoib hal. 36.

Hanya yang Ikhlas menyembah Allah akan terselamat




 Hanya yang Ikhlas menyembah Allah akan terselamat

 Apabila kita dipihak yang benar maka Iblis menghasut kita supaya menjadi sombong dan angkuh. Bicara kita pun tinggi, orang lain dipandang rendah maka rugilah kita walau diatas kebenaran kerana akhirnya berakhir dengan kemurkaan Allah.

 Apabila kita dipihak yang salah, maka si Iblis menghasut kita pula supaya jangan mendengar nasihat, digoda kita supaya menjadi bebal dan degil lalu disingkapkan kepada kita keburukan-keburukan penyeru kebaikan supaya kita menjadi ragu-ragu dan meninggalkan seruan-seruan yang membawa kebaikan.

Lalu rugilah kita kerana bertemu dengan Allah dalam keadaan kesesatan. Allah SWT berfirman: 


 قَالَ رَب بِمَا

 أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

'Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahawa aku sesat, maka pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. kecuali hamba-hamba Engkau yang al-mukhlasin di antara mereka.'
[Al-Hijr: 39-40]

Ya Allah jadikanlah kami hamba-hamba yang termasuk dalam golongan al-mukhlasin itu !

~Emran Ahmad

Tuesday, March 12, 2013

Pemimpin Adalah Perisai Umat Islam

 

Pemimpin Adalah Perisai Umat Islam

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ

“Sesungguhnya seorang pemimpin itu adalah perisai, rakyat akan berperang di belakangnya serta berlindung dengannya. Apabila ia memerintahkan untuk bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla serta bertindak adil, maka ia akan mendapat pahala. Tetapi jika ia memerintahkan dengan selain itu, maka ia akan mendapat akibat buruk hasil perbuatannya.” [Hadis Riwayat Muslim, 9/376, no. 3428]

Imam an-Nawawi rahimahullah (Wafat: 676H) menjelaskan:

أي كالستر لأنه يمنع العدو من أذى المسلمين ويمنع الناس بعضهم من بعض ويحمي بيضة الإسلام ويتقيه الناس ويخافون سطوته ومعنى يقاتل من ورائه أي يقاتل معه الكفار والبغاة والخوارج وسائر أهل الفساد والظلم مطلقا

“Maksud menjadi perisai di sini adalah sebagai tabir yang menghalang musuh dari mengganggu umat Islam, juga menjaga perhubungan (perpaduan) dalam kalangan masyarakat, menjaga kehormatan Islam, menjadi yang ditakuti (dihormati) rakyatnya, dan mereka berlindung kepadanya. Berperang di belakangnya pula, maksudnya adalah berperang bersama pemimpin melawan orang-orang kafir, pembangkang (atau pemberontak), kaum khawarij, setiap orang yang melakukan kerosakan (ahli fasad), dan mereka yang melakukan kezaliman secara umum.” [Syarah Shahih Muslim, 12/230]


Mengenali Tasik Tiberia (Laut Galilee)..


Anda Kenal Tasik Tiberia?

Tasik Tiberia (Lake Tiberias) atau Laut Galilee (Sea of Galilee) juga dikenali sebagai Lake of Gennesaret (Hebrew: ים כנרת atau Arabic: بحيرة طبرية).

Tasik Tiberia terletak di zon utara Palestin yang dijajah (yang dipanggil Israel), berdekatan dengan Bukit Golan, Syria dan juga Yarmuk, Jordan.

Pada ketinggian 209 meter (686 kaki) bawah paras laut, ia adalah tasik air tawar yang paling rendah di dunia dan merupakan tasik yang ke 2 rendah di dunia selepas Dead Sea (Laut Mati - air masin).

Tasik Tiberia mempunyai banyak hubungan sejarah dengan utusan kenabian terdahulu dan mempunyai hubungan dengan fasa bakal berakhirnya era dunia kini.

Apakah kaitannya Tasik Tiberia dengan kedatangan Nabi Isa a.s dan Imam Mahdi ?

Ada beberapa pertanda yang menunjukkan ke arah itu. Di antaranya ialah Nabi s.a.w telah bersabda berkaitan dengan pengalaman sahabat Tamim Ad-Dari ra yang belayar dengan rakan-rakan beliau dan terbabas di sebuah pulau. 
 
Selepas mereka bertemu makhluk hodoh yang memperkenalkan dirinya sebagai pengintip, mereka telah bertemu dengan makhluk berbadan besar yang memperkenalkan dirinya sebagai Dajal, “.. Dajal berkata: ‘Beritahu aku tentang pohon-pohon tamar di Baisan, adakah ia masih berbuah?’ Kami berkata: ‘Ya’. Berkata Dajal: ‘Tidak lama lagi ia tidak akan berbuah’. Dajal bertanya lagi: ‘Bagaimana dengan Tasik Tiberia, adakah masih dipenuhi air?’ Kami menjawab: ‘Ya, ia masih dipenuhi air’. Dajal berkata: ‘Tidak lama lagi airnya akan kering'.

(Riwayat Imam Muslim dalam Sahih Muslim)

Keringnya Tasik Tiberia...

Kenyataan yang paling signifikan di dalam hadis ini ialah tentang kekeringan air di Tasik Tiberia. Fenomena ini akan berlaku di era Dajal. Tasik Tiberia ini menjadi sumber air bersih yang amat penting bagi negara Israel, Syria & Jordan. Namun penggunaannya secara rakus telah dimonopoli oleh Zionis Israel.

Kemarau yang panjang terjadi beberapa kali juga menyebabkan keadaan ini semakin tenat. Di zaman Dajal air tasik ini akan surut dan fenomena ini sebenarnya sedang menjadi kenyataan pada ketika ini.
 

Memohon Kekuatan Zikir Syukur dan Ibadah


MEMOHON KEKUATAN DZIKIR, SYUKUR dan IBADAH.

 








اللهم أعني على ذكرك وشكرك، وحسن عبادتك
“Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika’"

Artinya: " Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu"

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz, 


“Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka janganlah kamu lupa untuk membaca doa di setiap akhir shalat: ‘Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika, wa husni ‘ibaadatik.’ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu).” 

 (HR. An Nasa’i [1303] dan Ahmad [21614] Sahih Sunan Abu Dawud. )

Monday, March 11, 2013

How to halt migraines without prescription drugs



(NaturalNews) If you are one of the 30 million Americans that suffers from occasional or frequent migraine headaches, then you already know how debilitating and excruciatingly painful this condition can be. But rather than simply manage the symptoms when they appear by taking powerful painkiller drugs, why not try to get to the root of the problem and prevent migraines from forming in the first place? Here are some helpful tips for not only treating migraines naturally, but also preventing them without the use of prescription drugs:

1) Avoid MSG, chemical flavor enhancers in food. Many processed foods contain chemical additives like monosodium glutamate (MSG), aspartame, nitrates, sulfites, and "natural" and artificial flavors that can act as chemical triggers in bringing on migraine headaches. For many people, simply cutting these additives from their diets is enough to greatly reduce the frequency and intensity of migraines, and perhaps even eliminate them altogether.

Since many people are becoming aware of the presence of such chemicals throughout the food supply, however, some processed food manufacturers are now disguising them under different names. MSG, for instance, is often veiled with names like "yeast extract" and "spice extractive." Other common food additives that contain potentially damaging free glutamic acid include carrageenan, maltodextrin, barley malt, brown rice syrup, milk powder, and textured vegetable protein (http://www.truthinlabeling.org/hiddensources.html).

2) Eat plenty of whole, nutrient-dense foods, and avoid allergens. After you have cut out all the potential trigger foods, it is important to replace them with whole, organically-grown foods that are rich in phytonutrients, enzymes, antioxidants, vitamins, and trace minerals. These foods will help realign your neurological system to prevent migraines from forming, and simultaneously enrich your body with the nutrients it needs for optimal health and well-being.

Since food allergies are also a common cause of migraines, be sure to pay close attention to the foods you eat and how they affect your body. If brain fog, fatigue, bloating, irritable bowel syndrome (IBS), joint and muscle pain, or sinus congestion often accompany your migraines, you may have a food allergy. A good place to start in addressing a potential food allergy is to adopt an "elimination" diet, where you eliminate gluten, processed dairy, eggs, soy, yeast, corn, and various other common allergens one at a time to see if you feel any improvements.

3) Get your hormones checked. Many people remain largely unaware of how their hormone levels affect their physical health. With migraines, perpetual hormone imbalances could be the cause, but it is difficult to know for sure without a proper hormone test. Practicing physician Dr. Mark Hyman, M.D., recommends that women in particular get a blood or saliva hormone test to check for menopausal changes or the presence of too much estrogen, both of which can exacerbate migraine symptoms.

Even if you just think you might have a hormone imbalance but have not been officially tested for it, you can still adopt a diet and lifestyle that promotes proper hormone balance. This includes eating primarily whole foods with a low glycemic index and high phytonutrient content. This includes things likes raw nuts, cruciferous vegetables, grass-fed meats, legumes, beans, and quinoa.

4) Take more magnesium. Magnesium deficiency is widespread throughout modern society -- and the health effects of this deficiency can be disastrous, especially for those who are prone to migraines. This is why it is important to supplement daily with a high-quality magnesium supplement like Calm to get your levels up to par.

A 1996 study published in the journal Cephalalgia found that migraine patients who supplemented orally with 600 milligrams (mg) of magnesium every day saw a 42 percent reduction in migraine frequency after just three months (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8792038). If you experience other symptoms of magnesium deficiency such as constipation, anxiety, insomnia, irritability, muscle cramps or twitching, or sensitivity to loud noises, you may be magnesium deficient and require supplementation.

5) Drink pure, high-alkaline, fluoride-free water. Between all the coffee, sodas, juices, and other flavored beverages people typically drink throughout the day, few adults actually intake the amount of clean, chemical-free water they need every day to stay hydrated and nourished. Since water is the lifeblood of your cells, it is important that you drink plenty of it throughout the day to keep them clean and fueled.

Just be sure to always drink clean, high-alkaline water that is free of toxic fluoride and various other chemicals commonly found in tap water. Fluoride in particular has a tendency of embedding itself throughout the body and disrupting proper hormone production, which as previously mentioned is a common cause of migraines. Fluoride also depresses thyroid function, and takes the place of necessary iodine throughout the body, leading to chronic pain, neurological dysfunction, and other health problems (http://www.fluoridealert.org/issues/health/).

Sources for this article include:

http://www.huffingtonpost.com

http://www.huffingtonpost.com

http://health.howstuffworks.com

http://www.foxnews.com

http://www.gelstatmigraine.com/product-info/feverfew-ginger

Keju Sebagai Bahan Makanan







 
Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia Kali Ke-27 yang bersidang pada 3 Oct 1990 telah membincangkan Keju Sebagai Bahan Makanan
 
Muzakarah telah memutuskan bahawa keju sebagai bahan makanan adalah harus samada enzime yang digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan keju itu diperolehi daripada tumbuhan atau kulat atau binatang yang halal dan disembelih.

1. Hujah/Ulasan

(a) Muzakarah mengambil maklum akan penjelasan yang telah disampaikan oleh Dr. Abu Bakar Hussain dari Bahagian Teknologi Makanan MARDI seperti berikut:

Keju merupakan makanan harian yang berkhasiat kerana ia mengandungi vitamin, protin, lemak, kalsium dan zat besi. Kebanyakan keju dihasilkan daripada susu lembu, tetapi oleh kerana susu ini cair maka untuk memendapkan pepejal yang ada dalam susu, ia mesti digunakan "enzime" dalam pembuatan keju yang dikenali sebagai "renet".

Enzime boleh diperolehi daripada tumbuhan atau pun kulat, tetapi enzime daripada anak lembu adalah yang paling baik untuk membuat keju. Selain enzime anak lembu, ia juga didapati daripada anak kambing, anak biri-biri dan anak babi. Enzime daripada anak lembu adalah yang paling praktikal kerana dagingya boleh dijual dengan harga yang mahal. Perut anak lembu itu dikeluarkan dan dikeringkan, untuk mendapat enzime yang dipanggil renet. Renet itu dimasukkan sedikit sahaja ke dalam susu untuk menjadikan keju.

Kebanyakan keju yang diimport oleh Malaysia adalah datangnya dari negara-negara bukan Islam. Timbul keraguan tentang keju yang diimport itu, sama anak binatang yang diambil renet itu daripada binatang yang halal atau tidak. Dan jikalau binatang halal adakah anak binatang itu disembelih secara islam.

Kebanyakan keju di pasaran hanya ditulis dengan perkataan renet sahaja tanpa ditulis punca asal renet itu diambil sama ada daripada binatang halal atau tidak.
 


(b) Muzakarah mengambil ingatan di atas pandangan-pandangan seperti berikut:

Renet atau "infah" yang dijadikan enzim untuk membuat keju itu diambil daripada anak binatang, sama ada ianya daripada binatang yang halal atau pun tidak.

Menurut pendapat Mazhab Syafie dalam kitab" " Jilid 1 karangan Wahbah Zahili, bahawa dimaafkan daripada infah iaitu renet yang digunakan untuk membuat keju, juga seperti dimaafkan alkohol untuk membuat ubat dan bau-bauan. Dimaafkan juga seperti ulat yang mati di dalam buah, selama ulat itu tidak dibuang dan dimasukkan kembali ke dalam buah tersebut , dan selama mana ulat itu tidak merubah keadaan buah itu sama ada dari segi warna, rasa dan bau.

Menurut mazhab Abu Hanifah dalam Majmu' Fatawa Sheikh Al-Islami Ibnu Taimiyah Jilid 21, ada pendapat yang mengatakan keju adalah harus dimakan dan ada pula pendapat yang mengatakan keju tidak harus. Pendapat yang mengatakan keju adalah harus, mereka berhujah bahawa pada zaman Sahabat, keju dimakan adalah yang diimport daripada orang-orang Majusi. Pada hal sembelihan orang-orang Majusi adalah tidak boleh dimakan.

Menurut satu pendapat daripada Imam Ramli, seorang ulama' Shafie, seperti yang dinaqalkan oleh Sheikh Zainal Abidin Ibnu Muhamad Al-Fathani di dalam kitab" " Juzu' Pertama bahawa "jubnun atau keju itu halal dan boleh dimaafkan"

Ulama'-ulama' Islam juga berpendapat bahawa ukuran sesuatu bahan itu najis atau pun tidak adalah berdasarkan kepada sesuatu benda yang najis itu adakah boleh merubah sesuatu bahan makanan dari segi warna, rasa dan baunya. Selagi bahan makanan itu tidak berubah, maka ia boleh dimakan.


2) Muzakarah telah mengambil keputusan bahawa keju sebagai bahan makanan adalah harus dengan syarat enzime yang digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan keju itu diperolehi daripada tumbuh-tumbuhan atau kulat dan sekiranya daripada binatang hendaklah binatang halal yang disembelih menurut secara islam.

Jadi kesimpulanya keju adalah harus untuk dimakan dengan syarat jika renet diambil daripada binatang yang disembelih menurut secara islam. 
 
Wassalam...
 
~ Emi Syifaa
 
 
~ kredit to Hamra Humaira 
 
 
 

Kedudukan FULUS


Kedudukan matawang selain emas dan perak yakni fulus dari segi hukum syariat sebelum tahun 1973 :
Pertama kita harus melihat Hukum berkaitan emas dan perak dalam masalah riba, sarf, jualbeli salam dan zakat.
 
1. Emas dan Perak adalah barang ribawi.

2. Penukaran(sarf) antara emas dan perak mestilah segera dan qabadh.

3. Emas dan perak adalah harga (thaman) yang boleh ditimbang dan diukur, memenuhi syarat harga pada jualbeli salam.

4. Zakat dikenakan pada emas dan perak merujuk kepada ain(bahan asal ) emas dan perak.
Apakah hukum keatas bahan yang lain selain emas dan perak jika dijadikan sebagai matawang ?
Matawang selain emas dan perak disebut sebaga fulus.

Ulamak membezakan fulus dari emas dan perak kerana ain (bahan asal) nya adalah berbeza. Mereka berbeza pendapat dalam meletakkan hukum fulus. 

Umumnya ulamak memiliki dua pendapat , berdasarkan pandangan mereka mengenai fulus merujuk kepada :
(i) bahan asal dari mana ia dibuat ( merujuk kepada ain fulus tersebut :- tembaga, besi , kertas atau sebagainya )
(ii) Fungsinya sebagai wang kecilan.

Pandangan Pertama: Fulus adalah berbeza dari emas dan perak, dan oleh itu tidak berkongsi hukum yang sama mengenai riba, sarf, salam dan zakat.
Maknanya tiada riba, samada riba al fadhl (lebihan) atau riba an nasiah (tangguh). Boleh ditukar tanpa qabadh dalam sarf. Tidak boleh dijualbeli salam kerana tiada timbangan dan sukatan khas untuknya, yakni hanya nombor atau bilangan sahaja. Tiada dikenakan zakat.
 Pendapat ini didokong oleh :
1. Pengarang Sharh al-Muntaha (Fiqh Hanbali, vol 2 p. 194) berkata, "Riba tidak terpakai kepada fulus yang digunakan, walaupun ia digunakan untuk perbelanjaan (nafiqah), kerana ia tidak dapat diukur dengan sukatan atau berat dan kerana ketiadaan nas dan ijma '. "
2. "Ia dibenarkan untuk menjual satu fulus dengan dua fulus dalam bilangan, walaupun mereka digunakan untuk perbelanjaan (nafiqah) kerana mereka tidak diukur dengan sukatan atau berat." 'Matn ala al-Iqna' Kashshaf al-Qana ', Bab pada Riba dan Sarf, vol. 3 p. 206 (Hanbali)

3. "Emas dan perak mempunyai nilai atau harga (thaman), zakat tidak dikenakan pada fulus, walaupun ia adalah untuk edaran umum." (Ibid., vol 2 p 205, seksyen -. Zakat Nuqud)

4. "Fulus adalah seperti komoditi perdagangan: zakat adalah disebabkan pada nilai mereka dan zakat tidak boleh dibayar daripada mereka, seperti semua barangan perdagangan yang lain. Jika fulus digunakan sebagai alat belian, tiada zakat atasnya, sama seperti barangan mudah rosak "(ibid., vol 2 p 212, seksyen - Zakat Barang Kemas).

5. "Riba tidak terpakai kepada fulus, walaupun ia adalah dalam edaran." (Sharh al-Bahjah al-Kabir -Fiqh Shafi'i)

6. "Riba hanya terpakai kepada jenis ain: emas dan perak, walaupun mereka bukan dalam bentuk wang, seperti barang kemas dan emas jongkong, berbanding dengan barangan perdagangan dan fulus, walaupun ini adalah dalam edaran." (Sharh al-Manhaj oleh Sheikh Zakariyya al-Shafi'i)

9. Imam Abu Hanifah berkata bahawa jika seseorang membeli fulus dengan dirham dan satu pihak yang dibayar manakala pembayaran tertangguh yang lain, ini adalah dibenarkan. Walau bagaimanapun, jika kedua-dua pihak menunda pembayaran, ini tidak dibenarkan kerana ia merupakan hutang untuk hutang. Jika seseorang membeli cincin emas atau perak dengan fulus akan dibayar kemudian, ini adalah dibenarkan. (Fatawa Hindiyyah,Fiqh Hanafi, memetik dari Al-Muhit dan Al-Mabsut masing-masing bagi dua situasi.)

10. "Adalah dibenarkan untuk menjual satu fulus untuk dua atau lebih." (Ala 'Muhammad al-Din, al-Durr al-Mukhtar, Fiqh Hanafi) Sharah oleh Ibn' Abidin mengatakan bahawa ini adalah dibenarkan oleh Abu Hanifah dan Abu Yusuf kerana mereka bukan wang yang ada ain sendiri (athman) dan oleh itu dilayan seperti komoditi. (Radd al-Muhtar)

Pandangan Kedua: Fulus berkongsi hukum yang sama dalam illahnya dengan emas dan perak pada matawang dalam riba dan sarf tetapi tidak pada jualbeli salam dan zakat.
Maknanya tidak boleh berlaku penangguhan pada jualbeli fulus dengan barang ribawi lain seperti emas dan perak sebab illahnya. Pertukaran(sarf) antara fulus dengan fulus mesti sama, tidak boleh tangguh yakni mesti qabadh, Tidak boleh dijadikan harga pada jualbeli salam dan tidak dikenakan zakat,

2. Sheikh Iliyyish al-Maliki berkata dalam Fath al-'Ali al-Malik' ala mazhab al-Imam Malik, dalam fatwa mengenai zakat atas wang kertas, "Adalah tiada zakat ke atas fulus tembaga, dicetak oleh pemerintah dan dalam edaran ... Dalam Mudawwanah, ia diriwayatkan bahawa Malik telah ditanya tentang seorang lelaki yang memiliki fulus bernilai 200 dirham di mana setahun berlalu. Beliau berkata bahawa zakat tidak dikenakan ke atasnya. "

3. "Zakat terhad kepada emas dan perak: tiada zakat kerana pada fulus tembaga. Ini adalah mazhab [Maliki]. "(Sharah Mukhtasar Khalil)

4. "Fulus dalam edaran adalah wang (athman). Pandangan ini adalah di kalangan mereka yang berautoriti dari Mazhab Imam Ahmad ... Ahmad berkata, 'Satu fulus tidak mesti dijual untuk dua' ... Terdapat dua riwayat yang bertentangan dari Ahmad mengenai perkara ini. Dalam al-Talkhis, perkara itu telah ditinggalkan belum membuat keputusan. Salah satu riwayat bahawa pertukaran yang tidak sama rata tidak dibenarkan, dan ini diriwayatkan oleh sekumpulan pelajar Ahmad. Ia adalah pandangan yang diutamakan dalam al-Mustaw'ib dan al-Hawi al-Kabir "(Abu l-Khattab, Tashih al-Furu ',Fiqh Hanbali).
5. "Untuk pertukaran fulus dalam edaran untuk tunai [iaitu emas dan / atau perak], keadaan tempat transaksi (hulul) dan mengambil penghantaran pembayaran (qabd) terpakai. "(Zad Sharh al-Mustaqni 'Rawd al-Murbi, Fiqh Hanbali)

6. Ibn al-Qayyim mempunyai perbincangan yang berharga mengenai perkara illah 'riba dalam emas dan perak dalam I'lam al-Muwaqqi'in, di mana beliau mengkritik mereka yang meletakkan fulus sebagai barang perdagangan. Cth dia berkata, "Saya melihat kekurangan dalam urusan mereka dan kemudaratan yang disebabkan oleh mereka apabila fulus telah dianggap sebagai komoditi untuk dijual untuk keuntungan. Terdapat kemudaratan meluas dan ketidakadilan yang banyak. Jika fulus dianggap sebagai mata wang tunggal (thaman) nilai yang stabil, dengan pertukaran dengan barang yang bernilai atas benda - benda telah diukur dan tidak sebaliknya. "(Vol. 2 ms 137,Fiqh Hanbali)

7. Ibn al-Qasim berkata: Saya bertanya kepada Malik tentang fulus yang dijual untuk dinar dan dirham dengan bayaran tertunda, dan mengenai penjualan satu fulus untuk dua. Dia menjawab, "Saya tidak suka, kerana saya tidak suka untuk emas dan perak." (Al-Mudawwanah al-Kubra, Kitab al-Zakat, Fiqh Maliki)

5. Ibn al-Qasim berkata: Malik berkata kepada saya tentang fulus, "Tidak ada kebaikan dalam pertukaran ini untuk emas atau perak dengan bayaran tertunda. Jika orang ramai bersetuju kalangan mereka sendiri untuk menggunakan kulit (sebagai wang) seperti bahawa ini telah dibuat ke syiling dan unit kewangan, saya tidak suka ia dijual untuk emas dan perak dengan bayaran tertunda. "Malik juga berkata," Ia tidak dibenarkan untuk menjual satu fulus untuk dua. "(ibid., Kitab al-Sarf)

6. Sheikh Muhammad 'Ali b. al-Husayn, dalam fatwa tentang pemerintah mengenai wang kertas (ms 57-8), petikan dari al-Mudawwanah al-Kubra seperti berikut, "Jika seseorang membeli fulus dengan duit syiling atau cincin emas atau perak dan kedua-dua pihak berasingan tanpa kedua-dua mereka mengambil penghantaran daripada keduanya, ini tidak dibenarkan. Ini adalah kerana tidak ada kebaikan dalam bertukar-tukar fulus untuk emas atau perak dengan bayaran tertunda.

Malik berkata, 'Ia tidak jelas dilarang, tetapi saya tidak suka kelewatan dalam pembayaran.' ... Ini tidak dibenarkan, kecuali dalam jumlah yang sama: satu fulus, tangan-ke-tangan. Adalah tidak sah untuk menjual satu fulus untuk dua, tidak tangan ke tangan mahupun pada masa yang kemudian. Fulus adalah nombor seperti dirham dan dinar dalam berat. Tembaga adalah komoditi selagi mereka tidak dicetak menjadi syiling. Sebaik sahaja mereka dicetak sebagai fulus, mereka dilayan seperti emas dan perak dalam perkara halal dan haram dan pertukaran (sarf). "

Ibn al-Qayyim memetik dalam I'lam al-Muwaqqi'in dari Ibn Wahab: Saya mendengar Malik berkata, 
 
"Ia bukan cara orang ramai, mahupun mereka yang mendahului kita, tidak pula pernah saya menjumpai meraka yang a’limin dikalangan tabiin, berkata, 'Ini adalah halal dan ini adalah haram.' Mereka tidak akan berani untuk mengatakannya. Sebaliknya, mereka hanya akan berkata, 'Kami tidak menyukainya,' atau 'Kami menganggap ini sebagai baik,' atau 'Ini adalah sesuai,' atau 'Kami tidak mengambil pandangan ini'. "

Kesimpulan
Fatwa yang dikeluarkan pada tahun 1973 telah melampaui maksud sebenar dari hukum penggunaan Fulus oleh ulamak tradisional sebelum 1973. 

1. Fulus hanya berfungsi sebagai wang tukaran kecil.
2. Fulus hanya berfungsi bersama dengan emas dan perak, Tidak secara bersendirian.
3. Jumhur ulamak tradisional tidak membenarkan fulus dijadikan modal dalam qirad.
4. Jumhur ulamak tidak mengenakan zakat atasnya.
5. Tidak boleh digunakan dalam jualbeli salam.
6. Tiada paksaan dalam pertukaran , jualbeli. 

Adalah pada mafhum kami bahawa emas dan perak perlu di kembalikan fungsinya sebagai matawang nuqud syariah dan fungsi fulus kembali kepada asalnya sebagai wang kecilan bagi memberi keadilan dalam pertukaran harta sebenar sebagaimana sebelum tahun 1973.
~

Sunday, March 10, 2013

Nasihat untuk para Pegawai Bank


Hukum Bekerja di Bank (Syariah)

Fatwa Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah: “… Tidak diperbolehkan bekerja di bank seperti itu (yang melakukan transaksi riba, pen.). Sebab bekerja di sana termasuk ta’awun (tolong-menolong) di atas dosa dan permusuhan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Ma’idah: 2)

Disebutkan dalam Ash-Shahih dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan orang lain dengan harta riba, penulis, dan kedua saksinya. Beliau menyatakan:
“(Dosa) mereka sama.”

Adapun gaji yang telah anda terima, maka halal bagi anda bila sebelumnya anda jahil (tidak tahu) tentang hukum syar’inya, dengan dasar firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Al-Baqarah: 275-276)

Sementara bila anda tahu bahwa pekerjaan tersebut tidak diperbolehkan, maka seyogianya gaji yang anda terima disalurkan kepada proyek-proyek kebajikan dan menyantuni para fuqara disertai dengan taubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Barangsiapa bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan taubat nashuha, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menerima taubatnya dan mengampuni kesalahannya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tahrim: 8)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai kaum mukminin, agar kalian beruntung.” (An-Nur: 31) [Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Baz, Kitab Ad-Da’wah, 2/195-196, lihat Fiqh wa Fatawa Buyu’ hal. 128-130]

Fatwa serupa juga disampaikan oleh Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah sebagaimana dalam Fatawa Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin (2/703). Lihat Fiqh wa Fatawa Buyu’ (hal. 128).

Juga Al-Lajnah Ad-Da’imah (13/344-345) yang diketuai oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh, wakil: Asy-Syaikh Abdurrazzaq ‘Afifi, anggota: Asy-Syaikh Abdullah Ghudayyan dan Asy-Syaikh Abdullah bin Mani’.

Juga penjelasan Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah dalam kitabnya Qam’ul Mu’anid (2/278).

Fatwa mereka berlaku umum bagi siapa saja yang bekerja di bank-bank ribawi, walaupun hanya sebagai sopir atau sekuriti (petugas keamanan). Juga berlaku pada semua lembaga ribawi selain bank. Ini adalah fatwa Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, lihat Fiqh wa Fatawa Buyu’ (hal. 133).

Bahkan hukumnya pun berlaku bagi pihak yang tidak punya pilihan pekerjaan kecuali di bank ribawi, atau pihak yang kondisi ekonominya pailit dan hanya ada lowongan pekerjaan di bank ribawi, sebagaimana fatwa Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah. Lihat Fiqh wa Fatawa Buyu’ (hal. 132-133).

Ancaman keras bagi pihak yang terlibat praktik riba
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.” (Al-Baqarah: 275)

2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga menegaskan:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al-Baqarah: 278-279)

3. Pihak yang terlibat dalam praktik ribawi didoakan laknat oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana hadits Jabir Radhiallahu ‘anhu yang lalu.

4. Memakan harta riba termasuk dosa yang menghancurkan pelakunya, sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu :

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الَمُوبِقَاتِ -فَذَكَرَ مِنْهَا:- أَكْلَ الرِّبَا
“Jauhilah tujuh dosa yang menghancurkan… (beliau menyebutkan di antaranya): memakan harta riba.” (Muttafaqun ‘alaih)

Masih banyak lagi dalil tentang keharaman dan ancaman terhadap muamalah riba.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan: “Tidak ada dalam Kitabullah sebuah ancaman atas tindakan dosa selain syirik yang lebih keras daripada ancaman terhadap riba.” (Syarah Buyu’ hal.125)

Harta riba tidak barakah dan berujung pada kehancuran
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan dalam firman-Nya:
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (Al-Baqarah: 276)

Pemusnahan harta riba itu meliputi dua hal:
q Pemusnahan di dunia secara hakiki dengan kehancuran harta tersebut atau diambil barakahnya. Hal ini sebagaimana hadits Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu , Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا أَحَدٌ أَكْثَرَ مِنَ الرِّبَا إِلَّا كَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهِ إِلَى قِلَّةٍ
“Tidaklah ada seseorang yang memperbanyak riba melainkan akibat akhir urusannya adalah kekurangan.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad, 2/16)
q Pemusnahan di akhirat nanti secara maknawi. Dia akan berjumpa dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam keadaan sebagai orang muflis (bangkrut). (Syarah Buyu’ hal. 126)
Takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tawakkal kepada-Nya adalah kunci datangnya rezeki yang halal

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (Ath-Thalaq: 2-3)

Lafadz ﮟ dalam ayat ini disebutkan dalam bentuk nakirah (umum) dalam konteks persyaratan. Secara kaidah ushul fiqih mengandung arti umum, sehingga mencakup jalan keluar dari semua kasus dan problem. Ini juga memberi isyarat makna akan adanya jalan keluar terbaik dalam waktu cepat.

Bila Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Kuasa lagi Maha Kaya, yang memberi jalan keluar sekaligus menjamin kebutuhan hamba yang takwa dan bertawakkal, lalu apa yang dikhawatirkan? Apa yang dia risaukan? Ketenangan dan ketentraman hatilah yang semestinya dirasakan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan anugerahkan rezeki kepada kalian sebagaimana melimpahkan rezeki kepada burung, di pagi hari dalam keadaan lapar, (pulang) sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad dari ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu , dan dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad 2/110-111)

Anjuran mencari usaha yang halal dan keutamaan qana’ah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Maka apabila shalat itu telah usai, maka menyebarlah kalian di atas muka bumi dan carilah keutamaan dari Allah.” (Al-Jumu’ah: 10)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
“Tidaklah ada seorang pun yang memakan suatu makanan yang lebih baik daripada apa yang dia makan dari hasil usahanya sendiri. Dan sungguh Nabiyullah Dawud makan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dari Miqdam bin Ma’dikarib Radhiallahu ‘anhu )

Sungguh benar. Berusaha mencari rezeki yang halal dari hasil usaha sendiri, bukan dengan cara mengemis, diiringi dengan ketakwaan dan tawakkal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, setelah itu banyak bersyukur dan qana’ah (merasa cukup) atas anugerah rezeki dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Alangkah tentramnya hati seorang hamba yang memiliki sifat qana’ah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرِةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya materi (dunia). Namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan (yang ada) dalam hati.” (Muttafaqun ‘alaih dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu )

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash Radhiallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَكَانَ رِزْقُهُ كِفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا أَتَاهُ
“Sungguh bahagia seseorang yang masuk Islam, rezekinya cukup dan Allah jadikan dia merasa qana’ah dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya.” (HR. Muslim)

Seorang hamba yang diberi anugerah sifat qana’ah adalah orang yang merasa paling kaya di dunia. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فـِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حُيِّزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيرِهَا
“Siapa saja di antara kalian yang berpagi hari dalam keadaan aman (tentram) jiwanya, diberi kesehatan pada jasadnya, memiliki makanan pada hari itu, maka seolah telah dianugerahkan untuknya dunia seisinya.” (HR. At-Tirmidzi dan beliau hasankan dari shahabat Abdullah bin Mihshan Al-Anshari Radhiallahu ‘anhu )

Akhirul kalam, mari kita renungkan bersama sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-cita/harapannya, maka Allah akan cerai-beraikan urusannya, Allah jadikan kefaqiran selalu di pelupuk kedua matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya. Dan barangsiapa akhirat sebagai niatnya, maka Allah akan kumpulkan urusannya, Allah jadikan kekayaan dalam hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan dunia itu tidak suka.” (HR. Ibnu Majah dari Zaid bin Tsabit Radhiallahu ‘anhu dan dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad 1/263)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber: http://asysyariah.com