Monday, July 29, 2013

Syiah itu Aliran Politik atau Aqidah Tersendiri?

 

 

Assalamu Alaikum Ustadz

Saya ingin bertanya banyak tentang Syiah, saya lihat di media maupun  media sosial kembali menghangat masalah Syiah ini,…banyak  yang pro dan kontra, semuanya mengusung alasan dan dalilnya atas setiap pembelaan maupun penentangannya mengenai syiah ini, apalagi terkait dengan perang di suriah dan hizbullah, yang saya tanyakan sebenarnya syiah ini aliran politik atau ideologi tersendiri ya?
Yunan

Assalamu Alaikum Wr Wb,
Di dalam menjawab ini, saya tidak akan membicarakan tentang Aqidah Syiah secara rinci dan mendetail, karena selain membutuhkan tulisan panjang,  yang dirasa tidak efektif  dan kurang efesien dalam tanya jawab yang sangat terbatas, begitu juga pembahasan tentang Syiah sudah ditulis oleh para uilama-ulama dahulu di dalam buku-buku mereka, serta bisa didapati juga pada buku-buku kontemporer dalam berbagai bahasa, disamping itu bisa diakses dari internet.
Saya hanya menyampaikan pandangan secara umum terkaitan dengan bahaya Aqidah Syiah dalam tataran politik dan keyakinan kaum muslimin secara bersamaan. Kenapa bisa dikatakan seperti itu ?
Kalau kita mau meneliti, akan kita dapatkan bahwa pembicaraan tentang Syiah sudah dilakukan oleh para ulama terdahulu di dalam buku-buku mereka yang menyatakan bahwa  Syiah pada awalnya adalah kelompok-kelompok menyimpang ( firqah ) dalam Islam, seperti halnya Khowarij, Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah dan lain-lainnya.
Yang menarik, bahwa pembicaraan tentang Syi’ah muncul lagi pada abad sekarang, khususnya sejak munculnya Revolusi Iran yang dipimpin oleh Khomeni pada tahun 1979 H, yang pada awalnya disebut-sebut sebagai Revolusi Islam Iran, tetapi ternyata adalah Revolusi Syiah Iran. Banyak dari kalangan Ahlus Sunnah yang terpedaya dengan  slogan yang diusung oleh Revolusi ini dengan menyebutkan   :
لا شرقية لا غربية إسلامية إسلامية
لا شيعية لا سنية إسلامية إسلامية
Mereka dari kalangan Ahlus Sunnah banyak yang menggantungkan harapan dari Revolusi ini. Tetapi beriring dengan pergantian hari, ternyata terungkap sedikit demi sedikit maksud dan tujuan utama revolusi ini, yaitu menguasai dunia dengan menyebarkan ajaran Syiah Imamiyah.

Tashdir Tsaurah ( Pengiriman Revolusi)  dan Imam Mahdi
Di dalam ajaran Syiah Imamiyah disebutkan bahwa Imam Mahdi ( Imam Ke -12 ) akan muncul di akhir zaman dengan tugas sebagai berikut :
  1. Membawa Syariat  Baru, yaitu Syariat Nabi Daud dan Sulaiman as, sebagaimana yang disebutkan oleh Al Kulaini dalam “Al Kafi”, [1]
  2. Membawa al Qur’an baru yaitu Mushaf Fatimah,
  3. Merobohkan Masjidil Haram  dan Masjid Nabawi,
  4. Membongkar kuburan Abu Bakar dan Umar bin Khottab, kemudian dibakarnya dan dihambur-hamburkan abunya[2]. Artinya mereka akan menyerang negara-negara Arab yang ada disekitarnya. Saat ini, mereka telah merebut Iraq dengan membonceng pasukan Amerika Serikat. Sesuatu yang pernah dilakukan oleh al Alqami dan Nashiruddin Ath Thusi yang memprovokasi Pasukan Tatar untuk membantai kaum muslimin yang ada di Baghdad, dan sejarah itupun terulang kembali [3].
  5. Membalas dendam bangsa Arab [4]
  6. Membunuh Nawashib ( Anti Syiah ) yang selama ini menentang aqidah mereka, kecuali  yang ikut mereka. [5]
Yang perlu diperhatikan disini, bahwa tugas-tugas Imam Mahdi di atas – menurut kesepakatan para pemikir Syiah kontemporer – khususnya yang berhubungan dengan perluasaan kekuasaan dan hak untuk membunuh lawan-lawan politik mereka, terutama Ahlus Sunnah telah diambil alih oleh Negara Iran yang didirikan dan  dipimpin oleh Khomeni.[6]

Hal ini diperkuat dengan adanya ad-Dustur al- Islami Negara Iran yang menyatakan bahwa tentara negara Iran bukan saja menjaga perbatasan negara, tetapi juga bertugas untuk berjihad di seluruh penjuru dunia. Dan disebutkan juga di dalam Dustur tersebut bahwa di saat belum munculnya Imam Mahdi, maka kekuasaan dan kepemimpinan Negara Iran dipegang oleh al Faqih [7], yang kemudian terkenal dengan konsep “ Wilayatul Faqih “ yang disusun oleh Khomeni sebelum terjadinya revolusi.

Disebutkan juga di dalam Dustur tersebut bahwa Revolusi Iran bertanggung jawab untuk membantu orang-orang tertindas menghadapi para penguasa di negaranya masing-masing, sehingga memudahkan untuk membangun sebuah umat internasional yang bersatu di bawah satu kepemimpinan, inilah yang disebut oleh banyak pengamat dengan istilah “ Tasdir Tsaurah “ ( Pengiriman Revolusi ) .

Tentunya, Al Khomeni dengan pernyataan-pernyataan tersebut[8] telah menyelisihi apa yang telah menjadi kesepakatan para ulama Syiah sepanjang sejarah bahwa yang mengaku Mahdi sebelum waktu keluarnya dinyatakan kafir.

Akan tetapi karena Khomeni berhasil mendirikan sebuh negara dengan seluruh kekuatannya, maka keyakinan yang selama ini dipegang teguh oleh ulama-ulama pendahulu mereka menjadi luntur. Sehingga kita dapatkan ulama-ulama kontemporer Syiah mulai mendukung konsep Wilayatul Faqih Khomeni tersebut. Bagi mereka yang menyelisihinya akan dikucilkan, bahkan kalau perlu dibunuh. [9]

Yang menguatkan adanya hubungan erat antara gerakan politik syiah dengan aqidah mereka adalah para imam 12 yang mereka yakini setelah Ali, Hasan dan Husein semuanya adalah keturunan Husein. Pertanyaannya adalah kenapa harus keturunan Husein  ? Kenapa orang-orang Syiah cintanya kepada Husein jauh berlebihan jika dibandingkan dengan cinta mereka kepada Hasan ? Bahkan Hasan tidak disebut-sebut dalam buku-buku mereka kecuali sangat sedikit sekali ? Setelah ditelusuri ternyata isteri dari Husein adalah seorang putri istana kerajaan Persia yang bernama Syahrubanu, yang merupakan putri raja Persia terakhir yang bernama Yazdajrid, disinilah terjadi pertemuan darah al Hasyimiyah dan darah as Sataniyah. [10]

Kekuasaan dan Imamah
Konsep Imamah adalah doktrin syiah yang paling mendasar. Sebuah doktrin yang sudah merupakan harga mati dan tidak ditawar-tawar lagi. Mungkin saja, seorang syiah menutupi-nutupi ajaran lainnya dengan bisakonsep “ Taqiyah “. Tetapi dalam masalah Imamah ini, seperti mereka tidak bisa bertaqiyah.

Ulama kontemporer mereka Muhammad Husen Ali Kasyif al Ghitoi mengarang buku “ Ashlu Syiah wa Usuluha “ dalam rangka untuk ( At-Taqrib ) mendekatkan antara Syiah dan Sunnah, maka buku ini dikirim ke seluruh dunia dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di dalam buku tersebut Muhammad Husen Ali Kasyif al Ghitoi menjelaskan dengan gamblang bahwa masalah Imamah adalah masalah yang paling mendasar dalam Syiah Imamiyah dan merupakan titik perbedaan yang paling penting antara Syiah dengan Sunnah. [11]

Di dalam konsep Imamah ini didapatkan poin-poin sebagai berikut :
  1. Imamah merupakan jabatan Ilahi, maka yang memilih para imam-imam mereka adalah Allah swt secara langsung melalui nash.[12]
  2. Wilayah ( Kepimpinan ) merupakan rukun Islam yang kelima. [13]
  3. Para Imam yang berjumlah 12 orang mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang paling dekat dengan Allah, maupun oleh nabi yang diutus. [14]
  4. Para imam mereka lebih utama dari ulul azmi dari kalangan nabi.[15]
  5. Yang mengingkari salah satu Imam sama dengan mengingkari kenabian, artinya telah kafir dan sesat serta masuk dalam neraka selama-lamanya [16]. Dengan alasan seperti ini mereka mengkafirkan seluruh sahabat kecuali tiga orang yaitu Miqdad, Salman dan Abu Dzar, bahkan mereka mengkafirkan seluruh kaum muslimin non syiah, serta menghalalkan darah mereka.
  6. Imam mereka mengetahui kapan mereka mati, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan mereka. [17]
  7. Para Imam adalah maksum ( terjaga) dari berbuat salah dan dosa, baik yang kecil maupun yang besar, baik sengaja maupun tidak sengaja. Mereka juga terjaga dari kelengahan, kekeliruan dan lupa.[18]
Doktrin Imamah ini sebagaimana telah disebut di atas, merupakan doktrin yang paling penting. Doktrin inilah yang mewarnai hampir seluruh ajaran Syiah secara umum, seperti Tahrif al Qur’an, Pengkafiran para sahabat dan umat Islam non Syiah, penghalalan darah mereka, dan lain-lainnya.

Hal itu sangat dimaklumi, karena di dalam konsep Imamah inilah kekuasaan akan bisa diraih, semua pengikutnya diwajibkan untuk mentaati imam-imam mereka yang maksum dan tidak pernah berbuat salah, apalagi mereka diangkat langsung oleh Allah swt dengan melalui nash dan wasiat dari Rasulullah saw.

Tentunya, dengan diterapkannya konsep Imamah ini dalam tataran politik, akan membentuk kekuatan yang luar biasa, karena akan didukung oleh para pengikutnya yang sangat fanatik dan rela mengorbankan apa saja demi tercapai tujuan-tujuan yang telah diletakkan oleh para Imam mereka. Revolusi Iran merupakan contoh nyata dari penerapan konsep Imamah tersebut.

Tahrif al Qur’an.[19]
Doktrin tentang Tahrif al Qur’an dimunculkan syiah untuk mendukung konsep Imamah, oleh karenanya, kita dapati hampir seluruh ayat-ayat Al Qur’an ditakwilkan untuk mendukung  kekhilafahan Ali bin Abu Thalib ra, seperti dalam QS Al Maidah : 55 dan 67. Bahkan untuk tujuan tersebut, mereka tidak segan-segannya untuk menambah ayat –ayat di dalam Al Qur’an. Sehingga muncullah doktrin-doktrin di bawah ini :
  1. Al Qur’an yang sebenarnya terdiri dari 17.000 ayat. [20]
  2. Yang bisa mengumpulkan dan menghafal al Qur’an persis seperti apa yang diturunkan oleh Allah hanyalah para imam. [21]
  3. Mereka mempunyai Mushaf Fatimah, yang tebalnya tiga kali lipat dari al Quran yang dipegang kaum muslimin sekarang, dan tidak ada satu hurufpun yang ada dengan al Qur’an sekarang.[22]
Tentunya, masih banyak doktrin-doktrin Syiah yang bertentangan dengan aqidah umat Islam, bahkan doktrin-doktrin tersebut bisa mengganggu keamanan masyarakat, karena berujung pada revolusi berdarah untuk merebut kekuasaan.

Oleh karenanya, umat Islam harus selalu waspada dengan gerakan-gerakan seperti ini, agar peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau seperti pembantaian umat Islam secara masal yang terjadi  di Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah, kemudian terulang kembali di saat jatuhnya Saddam Husein, begitu  juga sabotase berdarah yang terjadi di Mekkah al Mukarramah yang diikuti dengan pencurian Hajar Aswad, konflik berdarah yang tidak kunjung selesai yang terjadi di Pakistan, Yaman, dan Bahrain serta peristiwa –peristiwa lainnya, agar semua itu bisa dihindari khususnya di negara Indonesia yang mayoritas umat Islamnya bermadzhab Ahlus Sunah.

Yang terakhir, kami mengajak umat Islam, khususnya para ulama dan cendikiawan untuk banyak membaca buku-buku literatur aliran Syiah ini, dan mengikuti perkembangan politik yang ada di Timur Tengah, supaya kita benar-benar mengetahui hakekat gerakan aliran ini, sehingga tidak mudah terkecoh dengan slogan-slogan kosong yang sering diusung, padahal kenyataannya tidak demikian.

Mudah-mudahan Allah membimbing kita kepada jalan-Nya yang lurus, dan memberikan kepada kita kekuatan untuk selalu memegang kebenaran hingga akhir hayat kita, Amien.
Dr Ahmad Zain

[1] Lihat Al Kulaini dalam Al Kafi : 1/397. Disini sangat kelihatan persamaan keyakinan Syiah dengan keyakinan Yahudi, yang hendak menghancurkan Masjid al- Aqsa dan membangun di atas  reruntuhannya kuil Nabi Daud dan Sulaiman, dan dari situ orang-orang Yahudi akan memimpin dunia ini. Hal ini semakin menyakinkan kajian yang menyatakan bahwa aliran Syiah ini pertama kali dimunculkan oleh  Abdullah bin Saba’ yang merupakan orang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam dengan tujuan merusak Islam dari dalam. Abdullah bin Saba’ ini bukanlah tokoh fiktif seperti yang diisukan oleh sebagian ulama syiah kontemporer seperti Murtadha al Askari dan Muhammad  Husen Ali Kasyif Ghitoi dalam bukunya:  Ashlu asy Syiah wa Ushuluha. Para ulama syiah terdahulu sendiri mengakui keberadaan Abdullah bin Saba’, seperti Sa’ad Al Qummi yang terkenal dengan ats Tsiqah di dalam bukunya al Maqalat wa al Firaq, An Nubakhty di dalam bukunya  Firaqu as Syi’ah, dan al Kusi di dalam Rijal al Kusi, dan ahli sejarah mereka al Ya’qubi  dalam bukunya Tarikh al Ya’qubi.
[2] Lihat At Thusi di dalam bukunya : “ Al Istibshor “ dan “ AtTahdzib “, Al Majlisi di dalam  Bihar al Anwar 52/ 386.
[3] Lihat umpamanya : DR. Imad Ali Abdus Sami’ di dalam bukunya “ Khiyanat asy Syi’ah wa Atsaruha fi Hazaim al Ummah al-Islamiyah.”
[4] Al Majlisi, Bihar Al Anwar : 52/ 338
[5] Al Majlisi, Bihar Al Anwar : 52 / 373
[6] Lihat Ali Al Kurani, al Mumahidun lil al Mahdi, hlm 126- 127, sebagaimana dinukil oleh Mundzir as Syarif dari Ulama Najef, dalam bukunya : Al Mukhaththath Al Ijrami Li Ibadati Umat Al Islam Tahta Musamma Khuruj Al Imam Al Mahdi, hlm :62
[7] Lihat Dustur al Islami Negara Iran, hlm : 18
[8] Lihat lebih lengkap dalam al Khomeni, al Hukumat al Islamiyah,hlm : 26, 48, 80, 113
[9] Mundzir as Syarif, Al Mukhaththath Al Ijrami, hlm : 61
[10] Utsman bin Muhammad al Khomis, Madza Ta’rif ‘an Dien as Syiah , hlm : 87
[11] Muhammad Husen Ali Kasyif Ghitoi, Ashlu asy Syiah wa Ushuluha, hlm : 133
[12] Muhammad Husen Ali Kasyif Ghitoi, Ashlu asy Syiah wa Ushuluha, hlm : 134
[13] Al Kulaini, Al Kafi : 2/ 18
[14] Al Khomeni, al Hukumat al Islamiyah, hlm : 52
[15] Abdul Husain Nikmatullah al Jazairi, al Anwar an Nukmaniyah : 1/ 20-21
[16] Al Majlisi, Bihar al Anwar :  27/ 62
[17] Al Kulaini, al Kafi : 1/258
[18] Al Majlisi, Bihar al Anwar : 25/ 191
[19] At Tabrisi, seorang ulama syiah telah menulis sebuah buku yang menyatakan adanya doktrin Tahrif al Qur’an dalam ajaran Syiah, buku tersebut diberi judul : “ Fashl al Khithab fi Itsbati Tahrif Kitabi Rabb al Al Arbab. “
[20] Al Kulaini, al Kafi : 2/ 634.

Saturday, July 27, 2013

Ajaran syi'ah di IPT

Kerajaan perlu halang penyebaran Syiah di IPT
Kerajaan perlu tegas halang penyebaran Syiah di IPT
Mohamad Suhaimi Abdul Aziz
 
KUALA LUMPUR - Dewan Pemuda Pas Wilayah Persekutuan mahu kerajaan bertindak tegas menghalang penyebaran ajaran Syiah, terutama di institusi pengajian tinggi awam dan swasta di negara ini.

Timbalan Ketuanya Mohamad Suhaimi Abdul Aziz, yang menyambut baik tindakan kerajaan mengharamkan Pertubuhan Syiah Malaysia, berkata ini adalah kerana ia boleh merosakkan akidah dan boleh mencetuskan perbalahan besar antara umat Islam di negara ini.

"Tindakan kerajaan mengharamkan Pertubuhan Syiah Malaysia berdasarkan kepada peruntukkan Syeksen 5, Akta Pertubuhan 1966 amat tepat pada masanya memandangkan pengaruhnya yang semakin berkembang dan menimbulkan kekeliruan umat Islam," katanya dalam satu kenyataan di sini hari ini.

Semalam, Kementerian Dalam Negeri mengisytiharkan Pertubuhan Syiah Malaysia sebagai sebuah pertubuhan yang menyalahi undang-undang.

Mohamad Suhaimi berkata pihaknya menganggap ajaran Syiah ini sebagai satu ajaran sesat yang lebih bahaya dari Al-Arqam, serta ajaran sesat yang lain kerana ia jelas memesongkan akidah umat Islam dari ajaran Islam sebenarnya.

"Apa yang dibimbangkan umat Islam yang terperangkap dengan doktrin dan ajaran songsang Syiah kebanyakannya adalah jahil agama, dan baru berjinak-jinak dengan agama Islam," katanya dan menambah, mereka hanya diberi kefahaman mengenai Islam pada suatu sudut yang sempit dan tidak menyeluruh, sehingga mengambil ringan soal ibadat dan amalan Islam.

Suhaimi berkata kesan penularan ajaran Syiah kepada umat Islam amat membimbangkan kerana ia boleh menyebabkan berlakunya perkahwinan songsang (muta'ah), kefahaman Islam yang longgar sehingga meringankan ibadat dan rukun Islam dan sebagainya. - Bernama

 http://www.sinarharian.com.my/kerajaan-perlu-halang-penyebaran-syiah-di-ipt-1.186773

Friday, July 26, 2013

Kisah Hidup Raja Faisal al Saud, Raja Arab Saudi


Kisah Hidup Raja Faisal al Saud, Raja Arab Saudi Yang Berani!

Raja Faisal adalah ketua negara Arab Saudi yang paling menyerlah hingga kehari ini. Baginda pernah dinobatkan sebagai Man of the Year 1974 oleh majalah TIME, sebuah media massa terkemuka di Amerika Syarikat. Namun penobatan itu bukan kerana Raja Faisal disenangi oleh Amerika, tapi sebaliknya dia adalah orang yang pernah menyerang pemerintah Amerika, bahkan hampir membuat negara itu lumpuh akibat embargo minyak yang dilakukannya.

Nama penuh beliau adalah Faisal Ibnu Abdul Aziz Ibnu Abdul Rahman Ibnu Faisal As-Saud. Ia dilahirkan pada bulan April 1906. Raja Faisal adalah putera Raja Abdul Aziz ibnu Saud pengasas dinasti Saud di Jazirah Arab, sekaligus pengasas Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932.

Raja Faisal juga dari keturunan Sheikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yang dikatakan pengasas Wahabiyah, melalui ibunya. Wahabi adalah suatu gerakan reformasi dan penulenan keagamaan Islam yang menjadi penyokong utama Raja Abdul Aziz ketika mendirikan Kerajaan Arab Saudi.

Pendidikan Raja Faisal asasnya adalah pendidikan agama. Di dalam keluarganya dia yang paling menonjol. Debat pertamanya adalah ketika di usia remajanya, iaitu ketika berumur 13 tahun, Raja Faisal berkesempatan menjadi orang pertama dalam keluarganya yang mengunjungi Britain dan Perancis, selepas Perang Dunia I. Di sana baginda dianugerahkan pingat St. George dan pingat St. Michael dari Raja United Kingdom.

Pada umur 16 tahun Raja Faisal telah diberi kepercayaan untuk menjadi pemimpin sebuah ekspedisi untuk menumpaskan pemberontakan sebuah suku di Asir, bahagian Selatan Hijaz. Kemudian pada umur 19 tahun baginda menjadi komandan pasukan yang menawan kota Jeddah dari suku Hashemit, rival dinasti Arab Saudi.
Ayahnya menabalkan Raja Faisal menjadi Raja Muda Hijaz pada tahun 1926. Setelah itu pada tahun 1930 ia dilantik menjadi menteri luar negara. Raja Faisal mencapai puncak karier ketenteraannya pada tahun 1934 dengan kenaikan pangkat yang cepat setelah menawan pelabuhan Hoderida sewaktu perang singkat melawan Yaman.

Baginda pergi ke Amerika Syarikat untuk pertama kalinya pada ketika bermulanya Perang Dunia II. Raja Faisal kembali setelah perang itu berakhir tahun 1945. Baginda turut serta dalam peristiwa penubuhan Pertubuhan Bangsa-Bangsa (PBB) di San Fransisco pada 24 Oktober 1945 sebagai wakil Arab Saudi.

Ketika ayahnya, Raja Abdul Aziz, wafat pada tahun 1953, abang Raja Faisal yang bernama Saud menggantikannya. Raja Faisal menjadi putera mahkota Saud. Setahun kemudian pada tahun 1954, Raja Faisal dilantik menjadi Perdana Menteri Arab Saudi.

Satu krisis kewangan pemerintah yang parah pada tahun 1958 mendorong pengalihan kekuasaan pemerintahan secara penuh kepada Raja Faisal. Sehingga Raja Saud hanya sebagai simbol negara sahaja.

Pada tahun 1964, akhirnya Raja Saud diturunkan dari tahtanya, digantikan oleh Raja Faisal. Raja baru ini kemudian bekerja dengan penuh semangat untuk menyatukan dunia Islam dan dunia Arab, sehingga menjadi pemimpin yang menonjol di dunia Islam dan Arab.

Salah satu peranan pentingnya adalah turut mempelopori lahirnya OIC. Ini didorong oleh keinginannya yang kuat untuk mempersatukan dunia Islam dan mempereratkan ukhuwah Islamiyah.

Raja Faisal terkenal sebagai raja yang soleh dan sangat mengambil berat kesejahteraan rakyatnya. Salah satu langkah awal dari program Raja Faisal untuk mensejahterakan rakyatnya adalah me-'rumah'-kan rakyatnya. Hal ini kerana majoriti rakyatnya adalah orang-orang Badwi yang memiliki pola hidup secara nomad (berpindah-pindah tempat tinggal) di padang pasir. Raja Faisal berpendapat cara hidup seperti ini susah untuk membuat rakyat sejahtera.

Untuk itu Raja Faisal membangunkan prasarana seperti jalan beraspal(tar), perumahan buat yang layak dan membuka lapangan pekerjaan di berbagai bidang untuk seluruh rakyatnya. Raja Faisal juga membuat pembaharuan dalam bidang pendidikan. Sebelum beliau menjadi pemerintah, perempuan tidak diberi kesempatan untuk memasuki sekolah. Sejak zaman pemerintahan Faisal wanita telah digalakkan untuk bersekolah. "…untuk pertama kali kita mengalakkan anak-anak perempuan untuk belajar di sekolah negeri," kata Raja Faisal, dipetik dari majalah National Geographic, edisi Januari 1966.

Dengan pembinaan jalan-jalan aspal (tar) moden di gurun-gurun pasir Arab Saudi maka perjalanan di gurun menjadi jauh lebih singkat. Sebuah perjalanan yang sebelum ini ditempuh 3-4 hari menjadi hanya 6-7 jam. Sudah tentu suasana ini mampu menggerakkan ekonomi negara. Lalu lintas pun jadi semakin ramai. Gudang-gudang, apartmen-apartmen, dan hotel-hotel berdiri dalam waktu singkat. Pemandangan itu mendominasi langit Makkah, Madinah, Jeddah, dan Riyadh.

Pada masa awal pemerintahan Raja Faisal itu pula ditemui kawasan-kawasan minyak baru di perairan Arab Saudi, terutama di kawasan pantai kota Dahran. Penemuan ini jelas memberi impak positif bagi program pembangunan yang dicanangkan oleh Raja Faisal. Penemuan emas hitam itu membenarkan janji Allah dalam Al-Quran,surah al-A’raaf, 7: 96 "Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, Allah akan menurunkan berkah dari langit dan bumi."

Sejak itu Arab Saudi menjadi negara dengan sumber minyak bumi terbesar di dunia. Seluruh Timur Tengah pada tahun 1968 menghasilkan 3,8 tong minya pertahun, terbesar di dunia. Cadangan minyak yang belum digali ada 248 tong. Saingan terdekatnya adalah Afrika yang kawasan minyaknya 42,5 tong minyak.

Keadaan itu menjadikan negara-negara di kawasan Timur Tengah mempunyai posisi tawaran tinggi dalam politik ekonomi minyak melawan Soviet Union dan Amerika. Inilah yang disebut senjata minyak, kerana jumlah penggunaan minyak tertinggi adalah negara-negara industri iaitu Amerika, Jepun dan benua Eropah.

Dalam perang Enam Hari antara negara-negara Arab melawan Israel pada bulan Jun 1967, Arab Saudi tidak melibatkan tenteranya. Namun pemerintah negara itu memberikan subsidi ekonomi yang tinggi kepada negara-negara Arab yang memerangi Israel, iaitu Mesir, Jordan dan Syria.

Pada Perang Yom Kippur tahun 1973, perang besar kedua antara Arab Israel, Arab Saudi kembali mengambil peranan besar dalam mewarnai perang itu. Perang itu disebut Perang Yom Kippur kerana peperangan itu terjadi pada hari raya umat Yahudi, Yom Kippur. Kadangkala disebut juga Perang Badar Baru kerana terjadi pada bulan Ramadhan.

Berkat bantuan itu, pasukan Mesir yang terdiri dari sukarelawan Ikhwanul Muslimin dan tentera biasa Mesir telah memperoleh kemenangan yang gemilang. Pasukan Israel terpaksa berundur ke tepi timur Terusan Suez dan berundur dari sebahagian Semenanjung Sinai.

Kemenangan ini juga berkat strategi yang hebat. Pada ketika pasukan Mesir menyerang dari arah Barat, pada waktuyang sama tentara Iraq dan Jordan menyerang dari arah timur, tentara Syria dan Lubnan dari arah utara, serta mujahidin Palestin dari dalam kota-kota di wilayah penjajahan Israel. Sebahagian besar peruntukan kewangan untuk perang ini ditanggung oleh Arab Saudi.

Oleh kerana Amerika Syarikat dan negara-negara industri Eropah menjadi pembantu penuh Israel, Raja Faisal kemudian menggunakan minyak sebagai salah satu senjata perangnya. Ia memimpin embargo minyak kepada negara-negara Barat.

Akibatnya industri dan pengangkutan di negara Barat menjadi lemah dan Amerika terpaksa menghentikan sementara bantuannya kepada Israel. Untuk mengatasi krisis minyak ini, Presiden AS Richard Nixon telah campur tangan secara lansung. Beliau segera mengunjungi Raja Faisal di negaranya pada bulan Jun 1974 dan memintanya menghentikan embargo minyak dan perang Arab-Israel. Dengan penuh izzah Raja Faisal berkata, "Tidak akan ada perdamaian sebelum Israel mengembalikan tanah-tanah Arab yang dirampas pada tahun 1967!" Alhasil Nixon pulang ke negaranya dengan tangan kosong.

Penolakan itu jelas membuat Amerika merasa geram. Dalam diam mereka telah merancang sebuah operasi untuk menyingkirkan Raja Faisal. Pada tarikh 25 Mei 1975 Raja Faisal telah mangkat akibat dibunuh oleh anak saudaranya sendiri di istananya. Siasatan rasmi menyatakan pembunuhan itu dilakukan oleh anak saudaranya sendiri (tanpa campur tangan asing). Namun ramai yang yakin Amerika dengan CIA berperanan menjadii dalang pembunuhan tersebut.

Selamat jalan wahai raja yang adil dan berani. Semoga Allah menempatkan engkau bersama para syuhada di syurga-Nya. Wallahu a'lam bish-shawab.

Diterjemahkan dari http://yudhim.blogspot.com/2008/01/raja-arab-saudi-yang-pemberani.html


Thursday, July 25, 2013

pemimpin Politik di Dakwa terlibat dengan fahanm syiah

Pemimpin politik didakwa terlibat fahaman Syiah

Ashiq Elahi
Ashiq Elahi
ALOR SETAR - Gabungan Institusi Pondok, Tahfiz dan Ilmuwan Sunni (GIPTIS) mendakwa terdapat segelintir pemimpin parti politik di negara ini terlibat dengan kegiatan ajaran Syiah.

Timbalan Pengerusinya, Ashiq Elahi berkata, kegiatan itu mula dikesan pihaknya hasil pemerhatian yang dijalankan sejak beberapa tahun lalu.

“Dalam kalangan pemimpin parti politik memang ada yang mengikut dan menyokong ajaran Syiah. Walaupun segelintirnya tidak beramal, tetapi dia tetap menyokong.

“Apa yang saya tahu sekurang-kurangnya terdapat belasan pemimpin dari parti politik di negara ini turut terlibat dengan ajaran tersebut,” katanya.

Beliau mendakwa, di Kedah ada lebih kurang enam pemimpin parti politik terlibat dengan kegiatan itu. Dua daripadanya adalah pemimpin utama sebuah parti, selebihnya pula sebagai jawatankuasa dalam parti berkenaan.

Mengulas mengenai cadangan untuk mewartakan fatwa anti-Syiah di negara ini, beliau berkata, satu tindakan tegas perlu diambil kepada mereka terlibat.

“Saya sarankan Kementerian Dalam Negeri (KDN) supaya perhatikan perkara ini agar ia tidak menular dan dibawa masuk ke dalam pasukan tentera dan polis,” katanya.

~ http://www.sinarharian.com.my/nasional/pemimpin-politik-didakwa-terlibat-fahaman-syiah-1.185756

Wednesday, July 24, 2013

KDN isytihar Syiah menyalahi undang-undang




SHAH ALAM - Kementerian Dalam Negeri (KDN) mengisytiharkan Pertubuhan Syiah Malaysia sebagai salah sebuah pertubuhan yang menyalahi undang-undang mengikut Seksyen 5, Akta Pertubuhan 1966 yang berkuat kuasa hari ini.

Setiausaha KDN, Datuk Sri Abdul Rahim Mohamad Radzi berkata, keputusan itu dibuat berdasarkan keingkaran mereka yang masih bergiat aktif, walaupun pertubuhan itu tidak didaftarkan secara sah.

“Mereka pernah memohon mendaftarkan Pertubuhan Syiah Malaysia sebagai sebuah pertubuhan dengan jabatan pendaftaran pertubuhan Malaysia Negeri Melaka pada 18 jun 2011.

“Namun, permohonan mereka telah di tolak oleh Jabatan pada 4 Ogos 2011 dan Menteri Dalam Negeri pada 31 Oktober 2011,” katanya dipetik dalam kenyataan media, hari ini.

Beliau berkata demikian mengulas persatuan terbabit yang bergerak aktif sehingga memudaratkan ketenteraman  awam serta mencetuskan  suasana keresahan  di kalangan umat lslam di negara ini yang majoritinya mengikuti  fahaman Ahli Sunnah Wal-Jamaah.

Dalam perkembangan sama, Menteri Besar Keda h Datuk Mukhriz Mahathir turut mencadangkan supaya fatwa anti Syiah diwartakan bagi membendung pergerakan terbabit.

Cadangan itu juga disambut baik oleh Mufti Kedah, Datuk Sheikh Mohamad Baderudin Ahmad dan Pas yang bersedia untuk membincangkan perkara tersebut dalam masa terdekat.

Sebelum ini, Ketua Kumpulan Syiah Malaysia, Mohd Kamil Zuhairi Abd Aziz mendakwa jumlah pengikut fahaman itu kini dianggarkan mencecah antara 300,000 dan sejuta orang.

Beliau bagaimanapun tidak dapat memberi anggaran tepat kerana tidak mempunyai data mengenainya.

“Jumlah yang tepat kita tidak ada. Kita hanya mengambil kira jumlah itu berdasarkan pelbagai pandangan dan laporan di media.

“Ada laporan mengatakan 300,000 orang. Paling ramai pernah dilaporkan mengenai jumlah pengikut Syiah di Malaysia ialah sejuta orang,” katanya kepada Sinar Harian, baru-baru ini.

 http://www.sinarharian.com.my/nasional/kdn-isytihar-syiah-menyalahi-undang-undang-1.186347

Tuesday, July 23, 2013

Pengikut Syiah seperti bom jangka


ALOR SETAR 22 Julai - Ajaran Syiah di negeri ini boleh diibaratkan seperti bom jangka yang akan meletus dan memporak-perandakan negara jika tidak disekat secepat mungkin.

Timbalan Pengerusi Gabungan Institusi Pondok, Tahfiz dan Ilmuwan Sunni, Ashiq Elahi berkata, penularan fahaman tersebut agak serius termasuk dalam kalangan generasi muda berpunca daripada pengikutnya terdiri daripada pemimpin politik, pensyarah agama, profesional, pakar perubatan sehingga golongan guru.
Menurut beliau, ajaran Syiah yang berkembang di Malaysia adalah Syiah Imamiyyah yang dihukum kufur oleh ulama-ulama antarabangsa.

"Bahayanya ajaran ini selain sesat kerana jauh menyimpang daripada pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah (ASWJ), pengikutnya juga menghalalkan darah ahli Sunnah. Sekiranya tidak dibanteras, bukan sahaja merosakkan akidah umat Islam tetapi berbahaya kepada negara.

"Oleh itu kita amat menyokong usaha kerajaan negeri di bawah pimpinan Menteri Besar, Datuk Mukhriz Mahathir mewartakan fatwa pengharamannya supaya tindakan boleh diambil terhadap pengikutnya. Seeloknya diwartakan secepat mungkin," katanya dalam sidang akhbar di sini hari ini.

Mukhriz semalam menegaskan, kerajaan negeri akan mewartakan sekatan penyebaran Syiah bagi mengikut jejak langkah beberapa negeri lain dalam usaha membendung penularan ajarannya dalam kalangan penduduk negeri itu.

Katanya, tindakan itu dianggap tepat dalam usaha membolehkan penguatkuasaan dilaksana demi menyelamatkan akidah umat Islam.

Menurut Ashiq, di Kedah ajaran Syiah mempunyai pengikut tersendiri yang kini bertapak di Pendang, Kubang Pasu, Jerai dan Kuala Kedah.

Sejak kebelakangan ini, katanya, ajaran Syiah Imamiyyah itu mula memasuki pusat pengajian tinggi dengan menjadikan generasi muda sebagai sasaran.

"Saya difahamkan pengikut Syiah menggunakan taktik halus untuk memperdaya ahli Sunnah termasuk dengan tawaran hawa nafsu iaitu nikah mutaah atau zina mutaah yang menjadi amalan pengikutnya," katanya.

Monday, July 22, 2013

"Penularan Syiah Lemahkan Islam"-Tun Dr Mahathir Mohamad


KATA TUN MAHATHIR MOHAMAD : "PENULARAN SYIAH LEMAHKAN UMAT ISLAM"

ALOR SETAR 22 Julai - Pengembangan ajaran Syiah di negara ini akan memecahbelahkan lagi umat Islam yang pada ketika ini sudahpun lemah kerana perbezaan fahaman politik, kata bekas Perdana Menteri, Tun Dr. Mahathir Mohamad.

Sehubungan itu, beliau menegaskan, ajaran berkenaan perlu disekat agar tidak menular dalam masyarakat Islam kerana amat berbahaya sehingga boleh mencetuskan permusuhan seperti mana berlaku di beberapa negara luar.

"Kita tidak menyoal agama mereka tetapi yang kita tahu apabila ada fahaman Sunni dan Syiah, maka selalu berlaku permusuhan sehingga berperang dan membunuh, ini boleh dilihat berlaku di beberapa buah negara seperti Pakistan serta Iran.

"Sebaliknya, di sini kita bernasib baik kerana kita Ahli Sunnah Wal Jamaah, orang Sunni dan pengikut Imam Shafie," katanya kepada pemberita ketika membeli-belah di Pekan Rabu di sini hari ini.

Beliau mengulas langkah kerajaan Kedah yang akan mewartakan sekatan penyebaran Syiah dalam usaha membendung penularan ajarannya di negeri itu.

Menurut Dr. Mahathir, sepatutnya tidak ada perbezaan fahaman agama dalam kalangan umat Islam Malaysia yang berpegang kepada Ahli Sunnah Wal Jamaah.

Kata beliau, jika fahaman agama Islam yang berbeza tidak disekat daripada berkembang dalam negara ini, akan wujud pembahagian yang menyaksikan pengikut fahaman masing-masing berpecah.

SUMBER: http://utusan.com.my/utusan/Dalam_Negeri/20130723/dn_03/Penularan-Syiah-lemahkan-umat-Islam---Dr-Mahathir#ixzz2ZoUFDRX2
 
~!Penularan Syi'ah lemahkan Islam Persatuan Al-Islah Perlis

Friday, July 19, 2013

Mengimbau Tarawih RasulullahIlmusunnah.com

Mengimbau Tarawih RasulullahIlmusunnah.com

WAHABI TIDAK PERNAH DIFATWA SESAT!!!


WAHABI TIDAK PERNAH DIFATWA SESAT!!!


Itu kenyataan Timb. Menteri Di JPM...lihat di sini Wahabi tidak pernah difatwa sesat

Majlis Fatwa Kebangsaan tidak pernah mengkategorikan fahaman Wahabi sebagai salah dan sesat di negara ini, kata Timbalan Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Senator Datuk Dr Mashitah Ibrahim. "Kalau kita kata sesat, maknanya kalau kita pergi Mekah, kita tak bolehlah sembahyang dengan tok imam di Mekah... tak sah, habislah jemaah haji kita. "Dia (Wahabi) tak sesat, cumanya ia bergantung kepada kesesuaian di negara kita," katanya kepada pemberita selepas merasmikan Seminar Pendidikan Fatwa Peringkat Kebangsaan bertajuk 'Pendermaan Organ dari Perspektif Islam' di Masjid Wilayah Persekutuan di Kuala Lumpur hari ini.

Antara ajaran fahaman Wahabi ialah tidak mengamalkan bacaan doa qunut dan Yaasiin selain tidak mengadakan tahlil dan tidak berzikir selepas solat seperti amalan biasa umat Islam di negara ini. Mashitah yang menyifatkan isu mengenai Wahabi ini sebagai "sensitif", berkata setakat ini fahaman tersebut masih boleh dibendung dari terus berkembang ke seluruh negara. "Kita juga perlu menjaga (sensitiviti) beberapa negeri, negara dan masyarakat kita. Jadi kalau kita timbulkan banyak isu ini, masyarakat akan jadi keliru.

"Sekarang ini kita tekankan di Malaysia ialah kita berpegang kepada Ahli Sunnah Wal Jamaah. "Perbezaan dalam aliran ini selagi tidak menyentuh mengenai akidah, maka ia adalah fahaman yang boleh diterima tetapi kalau sentuh soal akidah, contohnya Allah itu duduk ke tak duduk ke, maka kita akan ambil satu pendekatan yang lebih serius.  "Tetapi setakat ini fahaman Wahabi itu kita masih dapat bendung," katanya.
Mashitah ketika ditanya pemberita sama ada fahaman tersebut boleh dikategorikan sebagai berbahaya, berkata: "Kerajaan dan Majlis Fatwa sedang melihatnya dengan berhati-hati supaya tidak menimbul ketegangan dalam kalangan orang agama mahu pun masyarakat yang melihat. "Kita di Malaysia ini mengambil pendekatan yang halus dan berdiplomasi. Sensitiviti kebanyakan orang itu, kita kena jagalah. Itu yang kita nak jaga supaya perpaduan sesama kita terpelihara."

Ulasan:

Bagi penulis isu ini telah seringkali diperkatakan. Di sini penulis perturunkan Dasar Kerajaan Pusat Berkenaan Fahaman Wahhabiyyah melalui perbincangan Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan dan keputusan Panel Kajian Aqidah JAKIM :-

"Mengenai kumpulan Wahhabiyyah, pendirian JAKIM dan kerajaan adalah jelas, Wahhabiyyah tidak sesuai diamalkan di negara ini kerana dikhuatiri boleh membawa kepada perpecahan umat Islam. Itu merupakan hasil daripada perbincangan beberapa kali di dalam Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan iaitu pada kali ke-12 (1985), kali ke-14 (1985), kali ke-16 (1986), kali ke-40 (1996), kali ke-42 (1997) dan kali ke-44 (1998). Ia juga dibincangkan berkali-kali di dalam mesyuarat Panel Kajian Aqidah JAKIM pada kali ke-14 tahun 2000, kali ke-20 tahun 2002 dan kali ke-23 tahun 2003. Kesemua keputusan adalah menyekat penularan fahaman Wahhabiyyah atas alasan isu-isu khilafiyyah fiqhiyyah yang dibangkitkan boleh menggugat perpaduan umat Islam di Malaysia. Bagaimanapun keputusan tersebut tidak memutuskan Wahhabiyyah sebagai ajaran sesat".



Wednesday, July 17, 2013

Membaca ayat Al Quran :Di mana tempat A'uzubillah &dan bismillah dibaca


mushaf

Apabila kita di dalam majlis-majlis ilmu, sudah tentu kita tidak akan lari daripada membawakan dalil-dalil daripada ayat Al-Quran ataupun hadis Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam.

Berkenaan dengan ayat Al-Quran secara khasnya, seperti mana ayat Al-Quran yang saya bacakan tadi, saya tidak membacakan A’uzu billahi min al-syaithaani al-rajim dan saya tidak membacakan Bismillahi Al-Rahmani Al-Rahim. Saya tidak terlupa, sebaliknya saya memang sengaja, kerana itu juga termasuk dalam sunnah Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam. 

Perlu dibezakan apabila kita membaca ayat Al-Quran sama ada tujuannya untuk tilawah ataupun tujuannya untuk istidlal (sebagai pendalilan) yakni untuk tujuan mengajar dan membawa bukti dan hujjah.

Hanya untuk bacaan tilawah sahaja kita membaca A’uzu billahi min al-syaithaani al-rajim ataupun Bismillahirrahmanirrahim di mana Bismillah dibaca khas ketika di awal surah. Kesemua surah-surah Al-Quran sebanyak 114 dimulakan dengan Bismillah kecuali satu surah iaitu Surah Al-Taubah. Tetapi semua ayat-ayat Al-Quran tidak kira pada mulanya atau pertengahannya termasuk surah Al-Taubah itu mesti dimulakan dengan A’uzubillahi min al-syaitan al-rajim.

Sekiranya ayat itu di awal surah, maka ditambah dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim.
Kalau ayat itu di pertengahan atau di hujung surah, cukup dengan kita membaca A’uzubillahi min al-syaitan al-rajim, jangan dibaca Bismillahirrahmanirrahim.

Itu sekiranya ayat itu dibaca untuk tujuan tilawah iaitu untuk tujuan beribadah. Adapun sekiranya kita membacanya bertujuan untuk pendalilan atau untuk membawakan hujjah, jangan dibaca A’uzubillah, jauh sekali dari membaca Bismillah.

Ini adalah sunnahnya, di mana saya melihat ramai yang tidak mengetahui tentang sunnah ini. Bahkan kadang-kadang di atas mimbar Jumaat ada juga yang masih membaca A’uzubillahi min al-syaitan al-rajim ditambah lagi dengan Bismillahirrahmanirrahim walaupun bukan di awal surah.

Dan kadangkala ditambah lagi iaitu dibacanya dengan berlagu seolah-olah dia sedang membacanya untuk tilawah. Sedangkan dia bukan sedang tilawah, dia sedang membawa dalil dari Al-Quran secara khasnya. Jadi tidak perlu kepada semua itu.
-Dipetik dari rakaman forum Bertaubatlah Mengikut Al-Quran dan Sunnah, 26.05.2013-
 Ustaz Idris bin Sulaiman

Sunday, July 14, 2013

Pertembungan yang panjang


Pertembungan yang panjang

Seorang ulamak terkemuka, Sheikh Dr Yusuf Al Qaradhawi telah mengeluarkan fatwa tentang kewajiban ke atas semua rakyat Mesir untuk turun memberikan sokongan kepada Presiden Mesir yang sah yang telah telah dipilih melalui pilihanraya umum iaitu Ir Dr Muhammad Mursi.

Beliau menekankan kewajiban untuk mengheret keluar pihak ketenteraaan dari medan politik Mesir. Beliau menambah lagi, bahawa campur-tangan tentera dalam pemecatan Presiden telah menafikan sistem demokratik dan undang-undang. Beliau juga menegaskan bahawa para alim ulamak Universiti Al-azhar Sharif bersetuju dengan pendapat itu.

Dalam masa yang sama jutaan rakyat Mesir telah turun ke medan untuk mempertahan dan memperjuangakan hak-hak mereka yang termaktub di dalam undang-undang serta bersedia untuk berhadapan dengan sebarang kemungkinan. Tidak ada tanda-tanda bahawa mereka akan mengundur diri mahu pun menyerah kalah kepada pasukan bersenjata Mesir yang didalangi oleh pihak yang berkepentingan daripada dalam dan juga di luar negara.

Didoakan agar pasukan bersenjata Mesir 'berubah' pendirian dan mengembalikan kepimpinan kepada yang selayaknya secara terhormat.

Didoakan agar Ramadhan ini adalah Ramadhan yang bermakna buat rakyat dan negara Mesir, khususnya kepada para mahasiswa dan pengunjung dari Malaysia yang bermastautin di sana.

Moga-moga umat ini akan terus bekerja, berkeringat dan bergegas menuju kejayaan dan kemenangan yang hakiki di sisi Allah swt.


Baca lagi :

https://www.facebook.com/MesirKini?fref=ts

https://www.facebook.com/ismamesir?fref=ts
 

Bukti Nyata Syi'ah Bukan Islam


BUKTI NYATA SYI'AH BUKAN ISLAM

Dikalangan kita Banyak yang mengatakan bahwa Syiah itu bagian
dari Islam dan itu SALAH.Ternyata syiah bukan Islam,
Syiah Punya agama tersendri.

Berikut ini adalah perbedaan yang sangat menonjol lagi nyata dan jelas bahawa antara agama Islam dengan agama syi’ah, yang dengannya mudah-mudahan kaum muslimin dapat mengetahui hakikat sebenarnya ajaran agama syi’ah:

1. Pembawa Agama Islam adalah Muhammad Rasulullah.
1. Pembawa Agama Syi’ah adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ Al Himyari. [Majmu'Fatawa, 4/435]
---
2. Rukun Islam menurut agama Islam:
1. Dua Syahadat
2. Sholat
3. Puasa
4. Zakat
5. Haji
[HR Muslim no. 1 dari Ibnu Umar]

2. Rukun Islam ala agama Syi’ah:
1. Sholat
2. Puasa
3. Zakat
4. Haji
5. Wilayah/Kekuasaan
[Lihat Al Kafi Fil Ushul 2/18]
---
3. Rukun Iman menurut agama Islam ada 6 perkara , iaitu:
1. Iman Kepada Allah
2. Iman Kepada Malaikat
3. Iman Kepada Kitab-Kitab
4. Iman Kepada Para Rasul
5. Iman Kepada hari qiamat
6. Iman Kepada Qadha Qadar.
3. Rukun Iman ala Agama Syi’ah ada 5 Perkara, yaitu:
1. Tauhid
2. Kenabian
3. Imamah
4. Keadilan
5. Qiamat
---
4. Kitab suci umat Islam Al Qur’an yang berjumlah 6666 ayat (menurut pendapat yang masyhur).
4. Kitab suci kaum Syi’ah Mushaf Fathimah yang berjumlah 17.000
ayat (lebih banyak tiga kali lipat dari Al Qur’an milik kaum Muslimin).[Lihat kitab mereka Ushulul Kafi karya Al Kulaini 2/634]
---
5. Adzan menurut Agama Islam:
(Allōhu akbar) 4 kali
(Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali
(Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali
(Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali
(Hayya ‘alal falāh) 2 kali
(Allōhu akbar) 2 kali
(Lā ilāha illallōh) 1 kali
Lihat Video Adzan Agama Islam

5. Adzan Ala Agama Syi’ah:
(Allōhu akbar) 4 kali
(Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali
(Asyhadu anna Muhammadan
rōsulullōh) 2 kali
(Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyullōh)2 kali
(Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali
(Hayya ‘alal falāh) 2 kali
(Hayya ‘alā khoiril ‘amal) 2 kali
(Allōhu akbar) 2 kali
(Lā ilāha illallōh) 2 kali
Lihat Video Adzan Agama Syiah
---
6. Islam meyakini bahwa sholat diwajibkan pada 5 waktu.
6. Agama Syi’ah meyakini bahwa sholat diwajibkan hanya pada 3
waktu saja.
---
7. Islam meyakini bahwa sholat jum’at hukumnya wajib. [QS Al
Jumu'ah:9]
7. Agama Syi’ah meyakini bahwa sholat jum’at hukumnya tidak
wajib.
---
8. Islam menghormati seluruh sahabat Rasulullah dan meyakini
mereka orang-orang terbaik yangdigelari Radhiallohu ‘Anhum oleh
Allah. [QS At Taubah:100]

8. Agama Syi’ah meyakini bahwa seluruh sahabat Rasulullah telah
kafir (Murtad) kecuali Ahlul Bait (versi mereka), salman Al Farisi, Al
Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari. [Ar Raudhoh Minal Kafi Karya Al Kulaini 8/245-246]
---
9. Islam meyakini bahwa Abu Bakaradalah orang terbaik dari
umat ini setelah Rasulullah , kemudian setelahnya Umar bin Al
Khatthab, lalu Utsman bin ‘Affan, lalu ‘Ali bin Abi Thalib.

9. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang terbaik setelah Rasulullah
adalah Ali bin Abi Thalib, adapun Abu Bakar dan Umar bin Al Khatthab adalah dua berhala quraisy yang terlaknat. [Ajma'ul Fadha'ih karya AlMulla Kazhim hal. 157].
---
10. Islam meyakini bahwa Abu bakar adalah orang yang paling
berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah.

10. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang yang paling berhak menjadi
khalifah sepeninggal Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib.
---
11. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah khalifah pertama
yang sah.

11. Agama Syi’ah memposisikan Abu Bakar sebagai perampas
kekhalifahan dari ‘Ali bin Abi Thalib
---
12. Islam meyakini bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Amr binAl ‘Ash, Abu Sufyan termasuk sahabat Rasulullah
12. Agama Syi’ah meyakini bahwa mereka pengkhianat dan telah kafir (Murtad) dari Islam.
---
Perhatian: Semua yang kami sampaikan ini bersumberkan dari
kitab-kitab yang mereka jadikan rujukan dan sebagiannya dari situs
resmi mereka.
Sumber : Ust, Bachtiar Nashir Lc. MM - SEKJEN MIUMI

Friday, July 12, 2013

Kuffars and deviated Muslims wants Egypt secular - collabarating to overthrow Pres Morsi.



President Mohamed Morsi of Egypt was democratically elected in a fair and just election not as some parties claimed that he gained power by ousting former President Hosni Mubarak through demonstration. This parties claimed that Morsi got what he deserved and a taste of his own medicine. They said what goes around comes around. The sad thing is these parties include Islamic individuals and movements who probably made the statements due to thier dislike or in disagreement with the ideology of Ikhwanul Muslimin. I myself dont agree with some of the Muslim Brotherhood's ideology but that doesn't permit me to be bias with my views in regards to the development in Egypt.

WHAT IS HAPPENING THERE IS THAT A MILLITARY COUP HAD OUSTED A RIGHTFULLY ELECTED PRESIDENT AND IT IS ILLEGAL (HARAM) AND THAT IS THE TRUTH. SO TOU HAVE TO SAY THE TRUTH AS IT IS NO MATTER WHAT YOUR IDEOLOGIES ARE.

We don't follow the KUFFARS who refuse to denounce the developments in Egypt as a MILLITARY COUP.

President Mohamed Morsi is the closest you can get to having a true Muslim leader that I know of although in Malaysia we had one in the former Menteri Besar of Kelantan, Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat and in Afganistan the former leader of Taliban Mullah Mohamed Omar. The rest are a pale shadow.

Egypt has always been a secular state even though it has a population of 95% Muslim and the arrival of President Morsi threatens that status. The kuffars and deviated Muslims wants Egypt to remain secular and they are the ones collabarating with the millitary to overthrow President Morsi. Wake up my dear Muslim brothers and sisters!! Stop yourselves from being used again and again by these people who are the enemies of Islam. Until when are you all going to be ignorant and be used as a pawn in the game of chess that is being played by these enemies of Islam?

O ahlul Masri, the overwhelming majority of you are Muslims. Why are you like the foam of the ocean that disintergrate when it hit the shores. Rasulullah had prophesised your condition in the following hadith:
Narrated by Thauban رضي الله عنه ، The Messenger of ALLAH صلى الله عليه وسلم said: "The nations will soon gather up and call upon each other to gather up against you just as the diners call upon each other to the dinning plate." Someone asked: "Is it because of our little inu numbers at that time?" The Messenger of ALLAH صلى الله عليه وسلم said: "Certainly not, in fact, you would be in great numbers, but you would be like the foam of the ocean. And certainly ALLAH would remove the fear of you from the hearts of your enemies, and HE would certainly cast weakness into your hearts." Someone asked: "What is this weakness?" He replied: "Love for the worldly life and hatred for death."- Sahih.
(Sunan Abu Daud No.4297)
Please take heed from this hadith and unite upon the Qur'an and Sunnah and do not let the enemies of Islam corrupt your belief until you strike the necks of one another.

ALLAHUL MUSTA'AN.

Tuesday, July 9, 2013

FIQH SUNNAH- TARAWIH & QIYAM


1.     Anjuran Solat Tarawih Berjemaah
Tidak diragui bahawa Solat Qiamullail di Bulan Ramadhan yang lebih dikenali sebagai Solat Tarawih dianjurkan untuk dikerjakan secara berjemaah. Hal ini berdasarkan kepada:
A.  Perakuan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam terhadapnya;
B.  Perbuatan Baginda mengerjakannya secara berjemaah; dan
C.  Penjelasan Baginda tentang fadilatnya.

A.       Adapun perakuan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam
Hal ini berdasarkan kepada Hadis riwayat Tha’labah bin Abi Malik Al-Qardhi radhiyallahu ‘anhu yang berkata: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada suatu malam di Bulan Ramadhan lalu Baginda melihat sekumpulan manusia sedang solat berjemaah di penjuru Masjid. Baginda bertanya: Apakah yang sedang mereka kerjakan? Seorang Sahabat menjawab: Wahai Rasulullah, mereka adalah kumpulan yang tidak hafal Al-Quran dan Ubai bin Ka’ab yang hafal sedang mengimami solat mereka. Berkata Baginda, “Bagus apa yang mereka lakukan” atau “Benar apa yang mereka lakukan”. Baginda tidak melarang mereka berbuat begitu. (Riwayat Al-Baihaqi dll. dengan sanad yang saling menguatkan).
B.       Perbuatan Rasulullah mengerjakan Solat Tarawih secara Berjemaah
Hal ini sabit dalam beberapa hadis iaitu:
1.  Daripada Al-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Kami solat bersama Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam pada malam dua puluh tiga Ramadhan sehingga sepertiga malam pertama. Kemudian kami solat bersama Baginda pada malam dua puluh lima sehingga setengah malam. Pada malam ke dua puluh tujuh kami solat bersama Baginda sehingga kami sangka yang kami akan terlepas sahur.” (Sahih. Riwayat Ahmad)
2.  Daripada Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:
“Pada mulanya para Sahabat solat di Masjid Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam pada malam Ramadhan secara berasingan di mana seorang yang hafal sebahagian daripada Al-Quran akan mengimami jemaah yang terdiri daripada lima atau enam orang atau barangkali lebih sedikit atau lebih ramai daripada itu. Maka Baginda memerintahkan supaya aku meletakkan pelepah kurma di hadapan pintu rumahku. Aku pun melakukan apa yang diminta. Setelah selesai Solat Isyak Baginda menuju ke arahnya diikuti jemaah yang ada dalam masjid. Baginda mengimami solat mereka dengan solat yang cukup panjang.

Setelah itu Baginda masuk ke rumahnya dan membiarkan pelepah kurma itu pada tempatnya. Keesokan harinya penduduk Madinah bertanya tentang solat yang Baginda kerjakan pada malam sebelumnya. Pada malam berikutnya lebih ramai yang hadir ke masjid dan Baginda mengimamkan solat mereka.

Keesokan harinya penduduk Madinah berbicara tentangnya membuatkan pada malam ketiga lebih ramai jemaah yang datang dan solat bersama Rasulullah.

Pada malam keempat kehadiran jemaah di Masjid cukup ramai sehingga masjid tidak dapat menampung jumlah mereka. Rasulullah keluar mengimami solat Isyak dan sesudahnya Baginda masuk ke dalam rumah manakala jemaah Masjid terus menunggu.

Baginda bertanya kepadaku, mengapa dengan mereka wahai Aisyah? Aku berkata: Wahai Rasulullah, mereka mendengar tentang solatmu pada malam semalam maka mereka hadir untuk solat bersamamu. Baginda berkata, “Alihkan pelepah kurmamu wahai Aisyah”. Aku pun melaksanakannya.

Jemaah masjid terus menunggu di Masjid. Keesokan paginya Baginda keluar mengerjakan Subuh. Setelah selesai Baginda sallallahu ‘alaihi wasallam berpaling ke arah mereka, bertasyahhud dan berkata, “Wahai manusia, demi Allah aku tidak bermalam dalam keadaan tidak tahu tentang keadaan kamu, tetapi aku khuatir ia akan diwajibkan ke atas kamu (dalam satu riwayat: Tetapi aku khuatir solat malam akan diwajibkan ke atas kamu dan kamu tidak akan mampu melakukannya). Maka laksanakanlah amalan-amalan yang kamu mampu kerana sesungguhnya Allah tidak akan jemu melainkan apabila kamu jemu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hadis-hadis ini jelas menunjukkan bahawa Solat Tarawih dianjurkan secara berjemaah berdasarkan perbuatan Baginda sallallahu ‘alaihi wasallam pada ketiga-tiga malam yang pertama di dalam hadis di atas. Hal ini tidak bercanggah dengan perbuatan Baginda meninggalkannya pada malam keempat kerana Baginda memberi alasan “Aku khuatir ia akan diwajibkan ke atas kamu.

Jelas kekhuatiran ini telah terhenti sesudah kewafatan Baginda. Ini yang membuatkan Khalifah Omar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu menghidupkan Sunnah ini pada zamannya seperti mana yang akan dijelaskan nanti. Bahkan hal ini menjadi pegangan majoriti para Ulama.

  C.       Penjelasan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam Tentang Fadilat Solat Tarawih Berjemaah
Abu Dzar berkata, “Kami berpuasa dan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam tidak solat bersama kami sehingga tersisa tujuh hari daripada Bulan (Ramadhan). Maka Baginda mengimami solat kami sehingga sepertiga malam. Pada malam keenam Baginda tidak solat bersama kami. Pada malam kelima Baginda mengimami kami sehingga setengah malam. Kami berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana kalau sekiranya engkau teruskan solat pada baki waktu malam yang tersisa? Jawab Baginda, “Barangsiapa yang solat bersama imam sehingga dia selesai akan tertulis buatnya solat sepanjang malam.” Pada malam berikutnya Baginda tidak solat bersama kami. Pada malam ketiga terakhir, Baginda solat bersama kami dengan disertai keluarga dan para isteri Baginda. Baginda solat sehingga kami khuatir akan terlepas waktu sahur.” (Sahih. Riwayat Abu Daud)

Kenyataan Baginda sallallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa yang solat bersama imam…” jelas menunjukkan fadilat Solat Tarawih bersama imam. Hal ini disokong penjelasan Imam Ahmad ketika ditanya: (Adakah lebih baik) dilewatkan Solat Tarawih sehingga hujung malam? Jawab beliau, “Tidak, amalan kaum Muslimin lebih aku sukai.”  (Masaa’il Imam Ahmad oleh Imam Abu Daud)

Maksud beliau, solat Tarawih secara berjemaah di awal waktu malam lebih afdal di sisi beliau berbanding dengan solat sendiri di akhir malam. Walaupun waktu akhir malam (sepertiga malam yang terakhir) lebih afdal secara umumnya tetapi solat berjemaah tetap lebih afdal walaupun di awal waktu malam. Ini berdasarkan berbuatan Nabi solat berjemaah di masjid seperti mana dalam hadis di atas dan hal ini menjadi amalan masyarakat Islam daripada zaman Khalifah Omar Al-Khattab sehinggalah ke hari ini.
2.       Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam Tidak Pernah Solat Lebih daripada 11 Rakaat
Setelah penjelasan tentang anjuran Solat Tarawih secara berjemaah berdasarkan perakuan, perbuatan dan saranan Nabi, harus dijelaskan pula tentang jumlah rakaat yang didirikan oleh Baginda pada malam-malam tersebut secara berjemaah.
Dalam hal ini terdapat dua hadis iaitu Hadis Aisyah dan Hadis Jabir radhiyallahu ‘anhuma. Lafaznya:
Hadis Pertama: Daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, dia bertanya kepada Aisyah tentang bagaimana solat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam pada Bulan Ramadhan? Aisyah menjawab, ”Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam sama ada pada Bulan Ramadhan atau di luar Bulan Ramadhan tidak pernah solat melebihi sebelas rakaat. Baginda solat empat (rakaat) dan janganlah engkau bertanya tentang keelokan dan kepanjangannya. Lalu Baginda solat empat (rakaat lagi) dan janganlah engkau bertanya tentang keelokan dan kepanjanganya. Setelah itu Baginda solat tiga (rakaat).” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hadis Kedua: Berkata Jabir bin Abdullah, “Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam mengimami solat kami pada Bulan Ramadhan sebanyak lapan rakaat diikuti dengan solat witir. Pada malam berikutnya kami berkumpul di Masjid dengan harapan Baginda akan keluar (untuk mengimami solat) tetapi Baginda tidak keluar sehingga waktu Subuh. Kami berkata: Wahai Rasulullah, kami berkumpul pada malam tadi di Masjid dengan harapan engkau akan mengimami solat kami. Jawab Baginda, “Aku khuatir ia akan diwajibkan atas kamu.” (Hasan. Riwayat Al-Tabarani)
  • 3.    Hadis Solat Tarawih Dua Puluh Rakaat Sangat Lemah Tidak Boleh Dijadikan Sebagai Amalan
Berkata Ibnu Hajar:
“Adapun riwayat Ibnu Abi Syaibah daripada hadis Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahawasanya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam solat pada Bulan Ramadhan sebanyak dua puluh rakaat dan Solat Witir, sanadnya adalah lemah. Ia bercanggah dengan Hadis Aisyah dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang mana beliau (Aisyah) lebih tahu tentang amalan Rasulullah pada waktu malam berbanding dengan yang lain.” (Fathulbari, 4/205-206)
Imam Albani menyimpulkan bahawa hadis riwayat Ibnu Abbas di atas telah sampai ke tahap mauduu’ (palsu) kerana percanggahannya dengan kedua riwayat Aisyah dan Jabir tentang bahawa Rasulullah tidak pernah solat lebih daripada sebelas rakaat.
Imam Al-Sayuuti berkata:
“Kesimpulannya, (hadis) dua puluh rakaat tidak sabit daripada perbuatan Rasulullah. Adapun dalam Sahih Ibnu Hibban (hadis riwayat Jabir), apa yang kami simpulkan berdasarkan hadis Bukhari daripada riwayat Aisyah bahawa Baginda sallallahu ‘alaihi wasallam sama ada pada Bulan Ramadhan atau di luar Bulan Ramadhan tidak pernah solat melebihi sebelas rakaat, ia bertepatan dengannya (hadis riwayat Jabir) daripada sudut Baginda solat Tarawih lapan rakaat kemudian Baginda solat Witir tiga rakaat. Maka jumlahnya sebelas rakaat.
Hal ini disokong dengan kebiasaan Baginda sallallahu ‘alaihi wasallam sekiranya melakukan sesuatu Baginda akan melakukannya secara berterusan. Seperti mana Baginda solat dua rakaat yang diqada’ sesudah Solat Asar sedangkan waktu itu dilarang solat.
Maka kalau sekiranya Baginda sallallahu ‘alaihi wasallam pernah solat dua puluh rakaat walaupun sekali pasti Baginda tidak akan meninggalkan sama sekali amalan tersebut. Dan sekiranya hal ini berlaku pasti ia akan diketahui oleh Aisyah yang telah berkata dengan ucapan yang telah dijelaskan sebelum ini.”
  • 4.   Perbuatan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam Solat 11 Rakaat Menunjukkan Bahawa Tidak Boleh Solat Melebihi Jumlah Tersebut
Penjelasan sebelum ini menunjukkan bahawa jumlah Solat Qiamullail / Tarawih adalah sebelas rakaat berdasarkan nas yang sahih daripada perbuatan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam. Jika kita perhatikan, perbuatan Baginda terus-menerus solat dengan bilangan ini sepanjang hidupnya tanpa menambahnya sama ada di Bulan Ramadhan atau di bulan-bulan yang lain, ia menjadi petunjuk bahawa bilangan rakaatnya tidak boleh ditambah.
Keadaan ini sama seperti Solat Rawaatib dan solat-solat sunat yang lain seperti Solat Istisqaa’ dan Solat Gerhana yang mana Baginda turut mengerjakannya dengan bilangan rakaat-rakaat yang tertentu. Maka sebagaimana hal ini menjadi dalil buat para Ulama bagi mengatakan bahawa tidak boleh ditambah jumlah rakaat pada solat-solat ini, begitu jugalah halnya dengan Solat Tarawih yang mana bilangan rakaatnya juga tidak boleh ditambah melebihi daripada apa yang disunnahkan.
  • 5.   Syubhat-Syubhat dan Jawapannya
Ada baiknya disebutkan di sini beberapa syubhat yang mengatakan dibolehkan menambah bilangan rakaat Solat Tarawih melebihi sebelas rakaat.
Syubhat Pertama: Perselisihan para ulama dalam menetapkan jumlah rakaat Solat Tarawih sehingga ada yang mengatakan 41 rakaat, 36 rakaat, 34 rakaat, 28 rakaat, 24 rakaat, 20 rakaat, 16 rakaat dan 11 rakaat menunjukkan bahawa tidak ada nas yang menetapkan hanya sebelas rakaat.
Jawapan:
Tidak dinafikan bahawa perselisihan para ulama ada kalanya disebabkan oleh tidak adanya nas. Walau bagaimanapun, ini bukan satu-satu sebabnya. Ada kalanya ia disebabkan oleh hakikat bahawa nas itu tidak sampai kepada seseorang ulama yang berkata sebaliknya; atau nas itu sampai kepadanya tetapi dengan jalan riwayat yang tidak sahih; atau nasnya sampai kepadanya dengan jalan riwayat yang sahih tetapi dia memahaminya dengan cara yang menyelisihi pendapat ulama yang lain; atau sebab-sebab yang lain.
Hasilnya, perselisihan para ulama ada banyak sebabnya dan bukan hanya satu sebab iaitu kerana disebabkan tidak ada nas; atau dalam permasalahan kita ini; kerana tidak ada nas yang menetapkan jumlah rakaat Solat Tarawih.
Bahkan kita katakan realitinya dalam permasalahan ini terdapat nas yang menetapkan dan nas ini tidak boleh ditolak semata-mata dengan alasan adanya perselisihan para ulama. Apa yang menjadi kewajipan kita adalah dikembalikan perselisihan ini kepada nas bertepatan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
    فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 
Maksudnya: Demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sehingga mereka menjadikan engkau (wahai Rasulullah) sebagai hakim dalam mana-mana perselisihan yang timbul di antara mereka, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap apa yang engkau putuskan dan mereka menerima keputusan itu dengan sepenuhnya. (Al-Nisaa’, ayat 65)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
 فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ 
Maksudnya: Sekiranya kamu berselisih dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Quran) dan (Sunnah) RasulNya – jika kamu benar beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. (Al-Nisaa’, ayat 59)
Syubhat Kedua:
Dibolehkan menambah bilangan rakaat pada Solat Tarawih kerana tidak ada nas yang melarang. Atau;
Tidak dinafikan bahawa telah sabit bahawa Baginda hanya solat sebelas rakaat, manakala hadis Baginda solat dua puluh rakaat tidak sabit; walau bagaimanapun tidak ada halangan untuk kita menambah kerana Baginda tidak melarang.
Jawapan:
Perlu diketahui bahawa prinsip beramal ibadah adalah tauqifiyyah iaitu ia perlu sejajar dengan nas syarak. Prinsip ini telah pun disepakati para ulama. Tanpa prinsip ini, seseorang itu mungkin sahaja menambah rakaat pada solat sunat bahkan juga pada jumlah rakaat solat fardu atas dakwaan bahawa Baginda tidak melarangnya. Perkara ini jelas batil.
Syubhat Ketiga: Berpegang dengan nas-nas yang umum.
Sebahagian mereka berpegang dengan nas-nas umum yang menganjurkan untuk memperbanyakkan solat tanpa ditetapkan bilangan rakaatnya. Seperti kenyataan Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, “Solat malam dua-dua (rakaat)” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Jawapan:
Perbuatan berpegang dengan nas-nas yang umum hanya dibolehkan dalam amal ibadah yang tidak dihadkan batas-batasnya. Adapun sekiranya Syarak membataskan suatu nas yang umum dengan nas yang khusus, maka nas yang umum itu akan terikat dengan nas yang mengkhususkannya. Akhirnya, keumuman suatu nas yang umum tidak lagi boleh dijadikan hujah. Sebaliknya, ia perlu difahami dalam konteks nas khusus yang mengkhususkannya.
  • 6.       Sebab Sebenar Mengapa Para Ulama Berbeza Pendapat dalam Jumlah Rakaat Solat Tarawih
Imam Albani melihat bahawa terdapat dua sebab.
Sebab pertama yang paling kuat dan paling lumrah adalah kerana mereka tidak bertemu dengan nas yang menyebut tentang bilangan rakaatnya. Mereka ini jelas mempunyai keuzuran dalam tidak beramal dengan nas ini.
Sebab  kedua adalah mereka memahami nas ini dengan kefahaman bahawa ia tidak menunjukkan adanya larangan menambah pada bilangannya.
  • 7.  Kedudukan Kita Terhadap Mereka yang Menyelisihi Kita dalam Permasalahan ini
Walaupun kita beramal dengan Sunnah dalam bilangan rakaat Solat Tarawih dan mengatakan bahawa tidak dibolehkan menambah pada bilangan rakaatnya; hal ini tidak bererti kita menyesat atau membida’ahkan mereka yang menyelisihi kita dalam hal ini.
Ini kerana suatu itu hanya dikatakan bidaah dan pelakunya diancam atas perbuatannya sekiranya ia menepati istilah bidaah itu sendiri iaitu:
“Jalan dalam Agama yang direka-reka, bentuknya menyerupai Syariat, dan dilakukan dengan tujuan untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.” (Al-I’tisaam oleh Imam Syatibi)
Oleh itu, hanya mereka yang mengaada-adakan suatu bidaah dengan tujuan untuk berlebih-lebihan dalam beribadah dalam keadaan mengetahui bahawa ia bukan daripada Syarak akan dikategorikan sebagai pelaku bidaah yang mendapat ancaman daripada Allah.
Adapun mereka yang melakukan suatu yang menyelisihi Sunnah dengan tidak sengaja kerana perpegang dengan pendapat ijtihad mereka dan tanpa tujuan berlebih-lebihan dalam beribadah; mereka ini tidak digolongkan sebagai pelaku bidaah.
Golongan ahli bidaah adalah mereka yang menentang Sunnah dan menggalakkan perbuatan bidaah tanpa sebarang petunjuk ilmu ataupun dalil bahkan tanpa bertaklid kepada para ulama. Sebaliknya mereka sekadar mengikut hawa nafsu dan mancari keredaan manusia.
Tentu sahaja ini bukan sifat para ulama – yang terkenal dengan ilmu serta ketakwaan mereka – yang memilih pendapat mengharuskan solat Tarawih lebih daripada sebelas rakaat.  Lebih-lebih lagi ulama mujtahid daripada kalangan ulama mazhab fekah yang empat. Kita yakin bahawa mereka sama sekali tidak akan menganggap baik suatu bidaah kerana ingin berlebih-lebihan dalam beribadah.
  • 8.       Jalan Selamat Adalah dengan Mengikut Sunnah
Walau apa pun yang dikatakan tentang keharusan solat Tarawih lebih daripada sebelas rakaat, seseorang muslim yang telah melihat nas-nas tentang solat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadhan secara khasnya tentu tidak akan teragak-agak untuk mengatakan bahawa angka bilangan rakaat yang dilakukan Baginda tentu lebih afdal daripada sebarang tambahan pada bilangan rakaat tersebut. Ini berdasarkan kepada kenyataan Baginda, “Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad.” (Riwayat Muslim)
  • 9.       Sayyidina Omar Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu Menghidupkan Solat Tarawih Berjemaah dan Memerintahkan Ia dikerjakan Sebanyak Sebelas Rakaat
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelum ini, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam hanya mengimamkan Solat Tarawih berjemaah selama tiga malam dan Baginda berhenti melakukannya kerana khuatir Solat Tarawih akan bertukar menjadi wajib.
Maka akhirnya sesudah peristiwa itu, para Sahabat kembali mengerjakan solat Tarawih berjemaah dalam kumpulan-kumpulan yang kecil. Hal ini berterusan sehingga kewafatan Baginda dan berlanjutan pada zaman Khalifah Abu Bakar sehingga ke permulaan zaman Khalifah Omar Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu.
Khalifah Omar Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu akhirnya mengumpulkan jemaah masjid untuk solat di belakang seorang imam. Perkara ini diceritakan oleh Abdul Rahman bin Abdul Qari yang berkata:
“Aku keluar bersama Omar bin Al-Khattab pada suatu malam di Bulan Ramadhan ke masjid. Ternyata jemaah masjid solat secara berasingan. Ada yang solat bersendirian dan ada yang solat dalam jemaah yang kecil. Kata Omar, “Demi Allah, aku melihat kalau mereka dikumpulkan di belakang seorang imam itu lebih baik.” Akhirnya beliau mengumpulkan jemaah masjid solat di belakang Ubai bin Kaab.
Kemudian pada malam yang lain aku keluar bersama beliau dan mendapati jemaah masjid solat di belakang imam mereka (Ubai bin Kaab). Melihatnya Omar berkata, “Ini adalah sebaik-baik bidaah, dan mereka yang tidur dan tidak mengerjakannya (di awal malam sebaliknya mengerjakannya di akhir malam) lebih baik daripada mereka yang mengerjakannya, kerana masyarakat (ketika itu) mengerjakannya di awal malam.” (Riwayat Bukhari)
  • 10.   Omar Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu Memerintahkan Supaya dikerjakan Sebelas Rakaat
Hal ini disebutkan oleh Imam Malik bin Anas dalam kitabnya Al-Muwatta (no. 248) bahawa, “Omar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu memerintahkan supaya Ubai bin Kaab dan Tamim Al-Dari mengimamkan solat jemaah dengan sebanyak sebelas rakaat; dan imam akan membaca dua ratus ayat sehingga kami terpaksa bersandar di atas tongkat kerana lama berdiri; dan tidaklah kami selesai melainkan ketika sudah hampir fajar.” (Sanadnya dihukum sahih oleh Imam Al-Albani dalam Kitab Solat Tarawih, hlm. 53)
  • 11.    Tidak Sabit bahawa Omar Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu Mengerjakan Sebanyak Dua Puluh Rakaat Kerana Lemahnya Riwayat-Riwayat yang Menyebut Tentangnya
Seperti mana yang dijelaskan sebelum ini dalam riwayat yang sanadnya sahih bahawa Omar Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu telah memerintahkan supaya Solat Tarawih dikerjakan sebanyak sebelas rakaat.
Riwayat ini tidak boleh disanggah dengan apa yang diriwayatkan oleh Abdul Razzak dalam kitabnya Al-Musannaf dengan jalur sanad yang berbeza iaitu dengan lafaz “dua pulu satu (rakaat)”. Ini kerana riwayat dengan lafaz ini jelas salah daripada dua sudut iaitu:
Pertama: Ia menyalahi riwayat perawi yang thiqah yang meriwayatnya dengan lafaz “sebelas rakaat”.
Kedua: Abdul Razak bersendirian dalam meriwayatnya dengan lafaz ini. Walaupun beliau secara amnya seorang perawai yang thiqah lagi hafis yang mengarang kitab yang masyhur. Tetapi beliau di akhir umurnya menjadi buta dan daya ingatanya bertukar seperti mana yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Taqriib.
Dalam perkara ini terdapat juga beberapa riwayat yang lain tentang jumlah rakaat Solat Tarawih yang dikerjakan pada zaman Khalifah Omar. Ada riwayat yang mengatakan dua puluh dan ada yang mengatakan sehingga dua puluh tiga rakaat tetapi kesemuanya daif seperti mana yang dijelaskan oleh Imam Albani dalam kitabnya Solat Tarawih.
Di samping Omar Al-Khattab, terdapat juga riwayat-riwayat daripada Ali bin Abi Talib, Ubai bin Kaab dan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhum bahawasanya mereka solat Tarawih sekitar dua puluh hingga dua puluh tiga rakaat tetapi kesemuanya juga daif.
Wallahu a’lam.
وَصلَّى الله عَلى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم
Kajang, 28 Sya’ban 1434, 07.07.2013

Ustaz Idris Sulaiman  (Abu Omar Idris bin Sulaiman)