Membalas Kebencian Dengan Kasih sayang
Kemuliaan hati seorang istri untuk menyayangi suami dan anak-anaknya
sebuah kehidupan yang begitu indah karena mampu melewati semua luka dan
derita sehingga bisa mempertahankan rumah tangganya, anak-anaknya dan
suami untuk meraih keridhaan Allah dan kebahagiaan keluarganya. Itulah
perjalanan seorang ibu, dalam penuturannya berawal dari sebuah
kesuksesan yang diraih suaminya membuat hidup keluarga menjadi lebih
baik. Anak-anak yang ke sekolah jalan kaki menjadi diantar pakai mobil.
Rumah yang dulu panas kemudian ada pendingin. Kebutuhan hidup yang serba
sulit menjadi tercukupi bahkan melimpah. 'Hidup kami bahagia..'tutur
beliau.
Dipuncak kariernya sang suami terlihat lebih sayang kepada
keluarga. Sampai kemudian dikejutkan oleh kenyataan pahit datang tanpa
disadarinya. Suaminya meninggalkan rumah dan mengaku telah lama menikah
dengan perempuan lain.
Hatinya hancur karena harus banting tulang untuk
menghidupi anak-anaknya. 'Hanya pada Allahlah saya memohon dan berserah
diri..' ungkap beliau. Sampai batas titik nadir Allah Subhanahu wa
Ta'ala menguji dirinya. Dalam kondisi dengan hati terluka itulah beliau
datang ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh dengan harapan mendapatkan
keberkahan dari Allah sehingga membuka pintu hati suaminya.
Beberapa hari kemudian. Tiba-tiba suaminya datang kembali ke rumah
bersama anak kecil dari istri mudanya. Suaminya bercerita bahwa istri
mudanya telah meninggal dunia, usahanya mengalami kebangkrutan dan
menjadi pengangguran.
Dipeluk suaminya dengan tertumpah semua air
matanya. Didekap erat tubuh suaminya, dia bersedih sekaligus gembira
karena suaminya telah kembali. Air matanya tak terbendung. Seolah
penderitaan yang dialami selama ini tak sebanding dengan penderitaan
yang dialami oleh sang suami. "Rumah menjadi ramai karena anggota
keluarga bertambah," kata beliau. 'Saya mengajarkan kepada anak-anak
memaafkan, bukan melupakan tetapi membalas keburukan dengan kebaikan,
membalas kebencian dengan kasih sayang karena begitulah Rasulullah
mengajarkan kita, sampai akhirnya anak-anak saya menerima dengan baik'
tutur sang Ibu terlihat wajahnya yang telah termakan usia.
Setiap hari
suaminya pergi mencari nafkah, berangkat pagi sampai pulang malam. Pada
suatu hari suaminya sakit terkena bronchitis dan muntah darah. Sebulan
ia merawat suaminya. Dielus dan dibelai rambut sang suami yang telah
memutih dengan senyuman seorang istri membuatnya sembuh kembali.
"Saya membenci, marah dan kesal. Kasih Sayang Allah menyentuh hati saya
agar saya bisa memaafkan, mengasihi dan menyayangi kepada orang-orang
yang telah menyakiti hati saya bahkan tiada kenal lelah saya berdoa
memohon kepada Allah agar saya dan anak-anak diberi kekuatan untuk bisa
bersabar melewati ujian dan cobaan ini. Allah mengabulkan doa saya dan
keluarga kami menjadi penuh kebahagaiaan." Ucap beliau dengan air mata
yang bercucuran.
Subhnallah."Barangsiapa bertaawakal kepada Allah
niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS
Ath-Thalaq 4).
----
Sahabatku, aminkan doa ini menjaga
keharmonisan keluarga kita. "Robbana atmin lana nurona waghfirlana,
innaka ‘ala kulli syay`in qodirun. “Wahai Tuhan kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” (QS At-Tahrim [66]:8).
Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
Membalas Kebencian Dengan Kasih sayang
Kemuliaan hati seorang istri untuk menyayangi suami dan anak-anaknya sebuah kehidupan yang begitu indah karena mampu melewati semua luka dan derita sehingga bisa mempertahankan rumah tangganya, anak-anaknya dan suami untuk meraih keridhaan Allah dan kebahagiaan keluarganya. Itulah perjalanan seorang ibu, dalam penuturannya berawal dari sebuah kesuksesan yang diraih suaminya membuat hidup keluarga menjadi lebih baik. Anak-anak yang ke sekolah jalan kaki menjadi diantar pakai mobil. Rumah yang dulu panas kemudian ada pendingin. Kebutuhan hidup yang serba sulit menjadi tercukupi bahkan melimpah. 'Hidup kami bahagia..'tutur beliau.
Dipuncak kariernya sang suami terlihat lebih sayang kepada keluarga. Sampai kemudian dikejutkan oleh kenyataan pahit datang tanpa disadarinya. Suaminya meninggalkan rumah dan mengaku telah lama menikah dengan perempuan lain.
Hatinya hancur karena harus banting tulang untuk menghidupi anak-anaknya. 'Hanya pada Allahlah saya memohon dan berserah diri..' ungkap beliau. Sampai batas titik nadir Allah Subhanahu wa Ta'ala menguji dirinya. Dalam kondisi dengan hati terluka itulah beliau datang ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh dengan harapan mendapatkan keberkahan dari Allah sehingga membuka pintu hati suaminya.
Beberapa hari kemudian. Tiba-tiba suaminya datang kembali ke rumah bersama anak kecil dari istri mudanya. Suaminya bercerita bahwa istri mudanya telah meninggal dunia, usahanya mengalami kebangkrutan dan menjadi pengangguran.
Dipeluk suaminya dengan tertumpah semua air matanya. Didekap erat tubuh suaminya, dia bersedih sekaligus gembira karena suaminya telah kembali. Air matanya tak terbendung. Seolah penderitaan yang dialami selama ini tak sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh sang suami. "Rumah menjadi ramai karena anggota keluarga bertambah," kata beliau. 'Saya mengajarkan kepada anak-anak memaafkan, bukan melupakan tetapi membalas keburukan dengan kebaikan, membalas kebencian dengan kasih sayang karena begitulah Rasulullah mengajarkan kita, sampai akhirnya anak-anak saya menerima dengan baik' tutur sang Ibu terlihat wajahnya yang telah termakan usia.
Setiap hari suaminya pergi mencari nafkah, berangkat pagi sampai pulang malam. Pada suatu hari suaminya sakit terkena bronchitis dan muntah darah. Sebulan ia merawat suaminya. Dielus dan dibelai rambut sang suami yang telah memutih dengan senyuman seorang istri membuatnya sembuh kembali.
"Saya membenci, marah dan kesal. Kasih Sayang Allah menyentuh hati saya agar saya bisa memaafkan, mengasihi dan menyayangi kepada orang-orang yang telah menyakiti hati saya bahkan tiada kenal lelah saya berdoa memohon kepada Allah agar saya dan anak-anak diberi kekuatan untuk bisa bersabar melewati ujian dan cobaan ini. Allah mengabulkan doa saya dan keluarga kami menjadi penuh kebahagaiaan." Ucap beliau dengan air mata yang bercucuran.
Subhnallah."Barangsiapa bertaawakal kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS Ath-Thalaq 4).
----
Sahabatku, aminkan doa ini menjaga keharmonisan keluarga kita. "Robbana atmin lana nurona waghfirlana, innaka ‘ala kulli syay`in qodirun. “Wahai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS At-Tahrim [66]:8).
Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
Kemuliaan hati seorang istri untuk menyayangi suami dan anak-anaknya sebuah kehidupan yang begitu indah karena mampu melewati semua luka dan derita sehingga bisa mempertahankan rumah tangganya, anak-anaknya dan suami untuk meraih keridhaan Allah dan kebahagiaan keluarganya. Itulah perjalanan seorang ibu, dalam penuturannya berawal dari sebuah kesuksesan yang diraih suaminya membuat hidup keluarga menjadi lebih baik. Anak-anak yang ke sekolah jalan kaki menjadi diantar pakai mobil. Rumah yang dulu panas kemudian ada pendingin. Kebutuhan hidup yang serba sulit menjadi tercukupi bahkan melimpah. 'Hidup kami bahagia..'tutur beliau.
Dipuncak kariernya sang suami terlihat lebih sayang kepada keluarga. Sampai kemudian dikejutkan oleh kenyataan pahit datang tanpa disadarinya. Suaminya meninggalkan rumah dan mengaku telah lama menikah dengan perempuan lain.
Hatinya hancur karena harus banting tulang untuk menghidupi anak-anaknya. 'Hanya pada Allahlah saya memohon dan berserah diri..' ungkap beliau. Sampai batas titik nadir Allah Subhanahu wa Ta'ala menguji dirinya. Dalam kondisi dengan hati terluka itulah beliau datang ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh dengan harapan mendapatkan keberkahan dari Allah sehingga membuka pintu hati suaminya.
Beberapa hari kemudian. Tiba-tiba suaminya datang kembali ke rumah bersama anak kecil dari istri mudanya. Suaminya bercerita bahwa istri mudanya telah meninggal dunia, usahanya mengalami kebangkrutan dan menjadi pengangguran.
Dipeluk suaminya dengan tertumpah semua air matanya. Didekap erat tubuh suaminya, dia bersedih sekaligus gembira karena suaminya telah kembali. Air matanya tak terbendung. Seolah penderitaan yang dialami selama ini tak sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh sang suami. "Rumah menjadi ramai karena anggota keluarga bertambah," kata beliau. 'Saya mengajarkan kepada anak-anak memaafkan, bukan melupakan tetapi membalas keburukan dengan kebaikan, membalas kebencian dengan kasih sayang karena begitulah Rasulullah mengajarkan kita, sampai akhirnya anak-anak saya menerima dengan baik' tutur sang Ibu terlihat wajahnya yang telah termakan usia.
Setiap hari suaminya pergi mencari nafkah, berangkat pagi sampai pulang malam. Pada suatu hari suaminya sakit terkena bronchitis dan muntah darah. Sebulan ia merawat suaminya. Dielus dan dibelai rambut sang suami yang telah memutih dengan senyuman seorang istri membuatnya sembuh kembali.
"Saya membenci, marah dan kesal. Kasih Sayang Allah menyentuh hati saya agar saya bisa memaafkan, mengasihi dan menyayangi kepada orang-orang yang telah menyakiti hati saya bahkan tiada kenal lelah saya berdoa memohon kepada Allah agar saya dan anak-anak diberi kekuatan untuk bisa bersabar melewati ujian dan cobaan ini. Allah mengabulkan doa saya dan keluarga kami menjadi penuh kebahagaiaan." Ucap beliau dengan air mata yang bercucuran.
Subhnallah."Barangsiapa bertaawakal kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS Ath-Thalaq 4).
----
Sahabatku, aminkan doa ini menjaga keharmonisan keluarga kita. "Robbana atmin lana nurona waghfirlana, innaka ‘ala kulli syay`in qodirun. “Wahai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS At-Tahrim [66]:8).
Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
No comments:
Post a Comment