Pages

Saturday, July 23, 2011

Erti SEbuah Perjuangan



Menjadi perkara yang telah dipahami oleh setiap orang bahwa kejayaan selalu diiringi(datang bersama ) dengan kesungguhan dan perjuangan dalam mencapai cita-cita dan harapan. Keberhasilan bukanlah warisan yang boleh diperolehi dengan mudah ataupun barang murah yang boleh didapatkan di mana saja. Akan tetapi sunnatullah menuntut bahwa keberhasilan akan diberikan kepada para pejuang dan diri yang mau berkorban.


Ini bukan sekedar logik akal, akan tetapi inilah yang ditunjukkan oleh al-Qur’an, tatkala Allah ta’ala berfirman (yang artinya),

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan [menuju keridhaan] Kami. Dan sesungguhnya Allah akan bersama dengan orang-orang yang berbuat ihsan.” (QS. al-Ankabut: 69)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Allah mengaitkan antara hidayah dengan jihad/kesungguhan. Ini artinya, orang yang paling besar mendapat hidayah adalah yang paling besar kesungguhannya[dalam menuruti jalan kami(jalan ytang lurus yang kami hidayahkan ).

Sedangkan jihad yang paling wajib adalah jihad menundukkan jiwa kepada KEBENARAN -yang dibawa Rasulullah salllahu 'alaihi wasallam, dan berjuang mengendalikan hawa nafsu, berjihad melawan[bujukan] syaitan, dan berjihad melawan [panjang angan-angan terhadap] dunia.


Maka barangsiapa yang berjihad melawan keempat hal ini akan Allah tunjukkan kepadanya jalan-jalan keredhaan-Nya [*] yang akan mengantarkan menuju surga-Nya. Dan barangsiapa yang meninggalkan jihad itu maka dia akan kehilangan sebahagian petunjuk sekadar [sebanyak ]
mana jihad/perjuangan yang dia abaikan.”[**] (adh-Dhau’ al-Munir [4/518])


Demikianlah saudaraku, hal itu menunjukkan betapa besar buah dari jihad itu. Di mana pun, orang-orang yang memiliki keunggulan dalam hal ini adalah orang yang tepat untuk dijadikan sebagai rujukan di tengah perselisihan, bukan sebarang orang.

Al-Auza’i dan Ibnul Mubarak berkata,

“Apabila orang-orang berselisih tentang sesuatu maka perhatikanlah kepada apa yang dipegang oleh Ahluts Tsughur.”
-Yang dimaksud adalah ahlul jihad (lihat adh-Dhau’ al-Munir [4/518])

Memang, berbicara lebih mudah daripada melakukan sebuah tindakan. Oleh sebab itulah di samping kekuatan ilmu dan ma’rifah, manusia juga diberikan kekuatan tekad dan harapan.


Kejayaan tidak akan diraih hanya dengan omongan, namun ia juga memerlukan sebuah tindakan nyata dalam kehidupan. Siapa pun yang menginginkan ilmu maka dia dituntut untuk mengerahkan kesungguhan diri , demikian juga orang yang menginginkankan kekayaan dan kesejahteraan. Mereka rela untuk pergi pagi pulang petang, memeras keringat, membanting tulang, demi mencapai apa yang mereka kira sebagai sebuah masa depan dan kebahagiaan yang diimpikan.

Yang jelas, bagi seorang mukmin menyia-nyiakan waktu yang singkat dan amat berharga ini untuk perkara-perkara rendah, semu dan sementara adalah sebuah kehinaan dan kerugian.

Oleh sebab itu, sebagaimana kata pepatah,

“Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”

Inilah motivasi sekaligus, penghibur hati, sekaligus cambuk bagi orang-orang yang dirundung kesedihan akibat beratnya jalan yang mereka tempuh dan sedikitnya teman yang meringankan beban mereka. Tidak perlu risau dan khawatir, Allah tidak akan menyia-nyiakan jerih payah hamba-hamba-Nya yang berbuat baik…


Saudaraku, kekecewaan mampu berubah menjadi kebahagiaan, tatkala kita menyadari bahwa sesungguhnya banyak sekali musibah dan tekanan yang kita alami sebenarnya bersumber dari kelalaian dan kelengahan diri kita sendiri.


Oleh sebab itu Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

“Orang yang paling bijak adalah yang menjadikan keluhannya tertuju kepada Allah dari hal-hal yang berkenaan dgn apa yang ada pada dirinya sendiri, bukan dari diri orang lain.” (lihat al-Fawa’id)



No comments:

Post a Comment