Pages

Thursday, July 28, 2011

Umur 18 Tahun Ibnu Khaldun Sudah Menguasai Ilmu Islam dan Umum, Kenapa Anak Kita Masih Les?



Menakjubkan sekali, pada umur 18 tahun Ibnu Khaldun sudah menguasai ilmu keislaman dan umum. Pada umur itu ia juga sudah mandiri dalam belajar dan tidak bergantung kepada seorang guru. Tentunya apa yang dialami Ibnu Khaldun berbeza dengan anak-anak kita saat ini, dimana pada umur sekian masih disibukkan dengan les sana- les sini. Anak-anak kita pun belum mandiri dalam belajar dan masih harus terikat pada seorang guru.


Penemuan itu didinyatakan oleh Dinar Kania Dewi, Kandidat Doktor Pendidikan Islam, dalam Diskusi Sabtuan INSISTS, berjudul Konsep Pendidikan Ibn Khaldun dalam Kitab Muqaddimah, Sabtu, 25/06/2011.


Ibnu Khaldun (1332 M/732 H) merupakan salah satu ilmuwan besar yang lahir ketika peradaban Islam mengalami ujian berat di Timur maupun di Barat. Boleh dikata Ibnu Khaldun adalah ulama langka. Namanya harum hingga Eropa dan Amerika sebagai asset ilmuwan dunia yang menguasai berbagai jenis keilmuan.


Selain menguasai ilmu Hadis dan fiqh, Ibn Khaldun juga menguasai ilmu-ilmu rasional (filosofis), yaitu teologi, logika, ilmu alam, matematika dan astronomi. Selain itu, Ibnu Khaldun juga seorang pendidik.


Berbeda dengan konsep Pendidikan Sekular, Ibn Khaldun berpandangan bahwa kebenaran yang hakiki bersumber dari Allah SWT.

“Ibnu Khaldun selalu meletakkan wahyu sebagai premis utama, bukan premis minor,” kata Dinar.


Dalam kitabnya Muqaddimah, Ibnu Khaldun juga menyoroti masaalah pendidikan pada zamannya yang masih relevan hingga saat ini. Menurut Ulama yang pernah menjadi Qadi di Universitas Al Azhar itu, ringkasan yang biasa diperintahkan seorang guru kepada murid adalah salah satu bentuk masalah dalam pengajaran.


“Ini boleh jadi muhassabah juga bagi kita, yang kekadang suka baca buku ringkasan, berbanding buku rujukannya langsung,” sambung Ibu dua anak ini.


Selain itu, pelbagai metode dalam pendidikan menyebabkan pelajar menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menguasai berbagai metode yang sebenarnya maknanya satu dan sama. Dinar pun akhirnya mengkritik kebijaksanaan pemerintah yang kerap berganti-ganti pendekatan.

“Saat ini pemerintah kita ganti menteri,ketika itu juga ganti pendekatan. Metode pun berbeza-beza dalam pendidikan kita saat ini bermula dari quantum learning, accelerated learning, hipnoparenting dan sebagainya.” Kritik Direktur Operasional Andalusia Islamic Education Management Service itu.


Salah satu ciri khas konsep pendidikan yang dilahirkan oleh Ulama kelahiran Tunisia tersebut adalah apa yang disebut dengan malakah. Malakah bolehlah dikatakan kebiasaan yang sudah mengakar umbi dalam diri seseorang hingga bentuk perbuatan itu dengan kukuh tertanam (dalam minda). Mencapai malakah hanya dimungkinkan melalui pembelajaran yang bertahap (tadrij) disertai pengulangan dan pembiasaan.


Malakah akan menciptakan pengetahuan reflek pada seseorang. Ilmu yang sudah dipelajarinya akan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.” jelas Dinar


Menurut Ibnu Khaldun,kaedah paling mudah untuk memperoleh malakah, adalah dengan melalui latihan diskusi atau debat ilmiah guna mengungkapkan fikiran-fikiran dengan jelas dan perdebatan masalah-masalah ilmiah. Inilah cara yang mampu menjernihkan persoalan dan menumbuhkan pengertian dan bukan melalui hafalan tanpa memahami makna yang terkandung di dalamnya


“Makanya, Ibnu Khaldun itu dianggap ahli dalam ilmu retorika,” ungkap Dinar.


Ada tiga hal metode pengajaran yang diperkenalkan oleh Ibnu Khaldun:


Pertama adalah Penyajian Global (sabil al-ijmal). Pada tahap awal pengajaran sebuah disiplin ilmu/ aspek keterampilan, guru hendaknya menyajikan hal-hal pokok, problem-problem yang prinsip dari setiap materi pembahasan dalam bab-bab yang dijelaskan. Keterangan atau penjelasan dari guru harus bersifat global (ijmal) serta memperhatikan potensi intelek (aql) dan kesediaan (isti’dad) dari setiap anak didiknya untuk memahami apa yang diajarkan kepadanya.

Kedua, Pengembangan (al-syarh wa al-bayan). Pengetahuan atau keterampilan yang disajikan harus diangkat ketingkat yang lebih tinggi. Guru harus menyertakan ulasan tetang berbagai aspek yang menjadi kontradiksi di dalamnya dan ragam pandangan (teori) yang terdapat pada materi tersebut. Keahlian pelajar pada tahap ini harus lebih disempurnakan.


Terakhir adalah penyimpulan (takhallus).Pokok pembahasan harus disampaikan dengan lebih mendalam dan lebih terperinci dalam konteks yang menyeluruh. Segala aspek yang ada berserta pemahamannya harus dipertajam lagi dan semua masalah penting, sulit dan kabur harus diperjelaskankan. Pada tahap terakhir ini diharapkan malakah dari pelajar mencapai kesempurnaannya. (pz)

Senin, 27/06/2011

sumber : era muslim

No comments:

Post a Comment