Pages

Thursday, November 10, 2011

Erti Sebuah Pengorbanan



Bersempena dengan Eidil Adha atau Hari Raya Korban yang baru berlalu,marilahkita sama-sama kembali sejenak , merenung apakah yg kita fahami dan kehendaki dengan sebuah PENGORBANAN.


Allah ta’ala berfirman,

“وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللهِ، وَاللهُ رَؤُوْفٌ بِالْعِبَادِ”.

Artinya: “Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. QS. Al-Baqarah: 207.

Pengorbanan yang hakiki adalah pengorbanan yang tulus untuk mencari ridha Allah. Dan itu tentunya amat beragam, salah satu bentuk terbesarnya: berkorban untuk membela akidah dan sunnah yang diwariskan Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam.


Adalah Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, seorang ulama besar Islam di abad ketiga hijriah, mencontohkan pada kita ketegaran pengorbanan dalam membela akidah Islam.

Dikisahkan bahwa semasa hidupnya, selama kurang lebih 34 tahun, beliau mengalami masa muncul dan tersebarnya doktrin al-Qur’an adalah makhluk; sebuah ideologi kufur yang diusung oleh sekte Mu’tazilah dan diamini secara berturut-turut oleh tiga penguasa saat itu; al-Ma’mûn, al-Mu’tashim dan al-Wâtsiq.

Selama puluhan tahun beliau tetap tegar mempertahankan akidah yang benar yang menyatakan bahwa al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk. Selama itu pula beliau diintimidasi, diancam bahkan dipenjara akibat membela akidah yang benar.

Puncaknya, setelah gagal memaksa beliau untuk menganut doktrin sesat tersebut, dan berkali-kali mereka dipermalukan akibat kalah beradu argumentasi dengan beliau, akhirnya mereka menempuh jalan kekerasan fisik.

Imam Ahmad diseret ke bawah teriknya sinar matahari, lalu dihadirkan para algojo ahli cambuk. Tatkala penguasa melihat cambuk-cambuk yang akan digunakan sudah lama, diapun memerintahkan untuk didatangkan cambuk-cambuk yang masih baru.

Dimulailah deraan cambuk pertama, lisan Imam Ahmad menimpalinya dengan dzikrullah. Cambukan kedua, ketiga, keempat, tetap beliau balas dengan lantunan asma’-asma’ Allah. Ketika sampai pada cambukan yang kesembilan belas, al-Mu’tashim bangkit dari tempat duduknya berjalan mendekati Imam Ahmad dan berkata, “Wahai Ahmad, apakah rasa sakit telah mematikan jwamu? Harus dengan apa kamu ingin mengakhiri hidupmu? Apakah engkau ingin mengalahkan mereka semua?”.

Sementara suara ahlul bid’ah sahut menyahut mengompori penguasa, “Wahai khalifah, Bunuh saja dia, bunuh saja dia!”.

Al-Mu’tashim melanjutkan, “Kasihanilah dirimu dan ikutlah denganku! Sesungguhnya manakala kau mengikutiku, gelar imam akan tetap kau sandang!?”.

Imam Ahmad menjawab, “Wahai amirul mukminin, berikanlah padaku dalil dari al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu’alaihiwasallam yang membenarkan ideologi yang paduka anut, saat itulah aku akan mengatakan apa yang paduka katakan!”.

Al-Mu’tashim pun kembali lagi ke singgasananya dan memerintahkan untuk memperkeras cambukan, sementara darah turus mengucur deras dari tubuhnya, hingga akhirnya Imam Ahmad tidak sadarkan diri.

Di saat pingsan, badan Imam Ahmad dibaringkan di atas tikar milik seseorang. Tatkala sadar, disodorkan pada beliau bubur dan air minum. Namun beliau menolaknya dan berkata, “Tidak, aku sedang berpuasa dan aku tidak mau membatalkan puasaku!”. Lalu beliau menunaikan shalat Dhuhur berjamaah dengan muridnya.


Itulah potret pengorbanan yang hakiki; pengorbanan untuk membela akidah Islam dan sunnah Nabi shallallahu’alaihiwasallam.

Jika di zaman ini, manakala akidah Islam dinodai dengan doktrin-doktrin kekufuran serta kesyirikan dan sunnah Rasul shallallahu’alaihiwasallam dikotori dengan bid’ah juga khurafat, lalu masih banyak di antara kaum muslimin yang adem ayem saja tanpa merasa terusik sedikitpun, itu menunjukkan bahwa jiwa pengorbanan mereka perlu dipersoalkan dan ketajaman iman mereka masih perlu diasah.


Wajib hukumnya bagi kita semua untuk membela agama Allah sesuai dengan keupayaan dan kemampuan masing-masing dengan cara yang bijak, hikmah dan elegan, sesuai dengan norma-norma yang digariskan Allah dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam.

Semoga khutbah singkat ini bisa menginspirasi kita semua dan kaum muslimin untuk meluruskan pemahaman akan makna pengorbanan, serta membumikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin ya rabbal ‘alamin.

Oleh: Abdullah Zaen, Lc, MA

sumber :tunasIlmu.com

1 comment:

  1. Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

    ReplyDelete