Pages

Thursday, April 26, 2012

Etika dalam Berbicara


1. Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan. Allah Subhannahu
wa Ta'ala berfirman yang artinya:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali
bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah
atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara
manusia”. (An-Nisa: 114).

2. Hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak
terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat
difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksapaksakan.

3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu. Hadits
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menyatakan: “Termasuk
kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak
berguna”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

4. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam hadisnya menuturkan :
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:”Cukuplah
menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan
semua apa yang telah ia dengar”.(HR. Muslim)

5. Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun kamu
berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun
bercanda. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Aku
adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang
menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan
(penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang
meninggalkan dusta sekalipun bercanda”. (HR. Abu Daud dan dinilai
hasan oleh Al-Albani).

6. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah radhiallahuanha telah menuturkan:
“Sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam
apabila membi-carakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang
menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya”. (Mutta-faq’alaih).

7. Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam bersabda: “Seorang mu’min itu bukan pencela atau pengutuk atau keji
pembicaraannya”. (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Mufrad, dan
dishahihkan oleh Al-Albani).

8. Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam
berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu anhu disebutkan: “Dan
sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh
dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang
yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun”. Para
shahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi
menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR. At-Turmudzi, dinilai
hasan oleh Al-Albani).

9. Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: “Dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain”.(Al-Hujurat: 12).

10. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak
memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui
apa yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau
mendustakannya.

11. Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah
kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.

12. Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan
perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain
dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian,
permusuhan dan pertentangan.

13. Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang
rendah orang yang berbicara. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman
yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolokolokan
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolokolokan)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan
pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena)
boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita
(yang mengolok-olokan). (Al-Hujurat: 11).

Diambil dari :
Al-Qismu Al-Ilmi, penerbit Dar Al-Wathan, Saudi Arabia
Karangan :
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz

No comments:

Post a Comment