Pages

Saturday, June 30, 2012

Buat kamu apakah Arti REMAJA

Assalammu'alaikum waRahmatullah waBarakatuh kepada brothers dan sisters yang berada diatas agama Islam yang membenarkan tauhid serta menjadi hujjah kepada setiap kesesatan manusia yang menyimpang daripada manhaj beragama yang sebenar=)

Ana ingin mengambil kesempatan ini untuk memberikan sedikit insight kepada buku kecil yang insyallah akan diterbitkan dalam masa terdekat. Dengan izin dan bantuan daripada Allah azza wajalla jika telah terbit buku kecil yang pertama maka akan diberikan buku kecil kedua mengenai aqidah dan cara beragama untuk di perbaiki untuk manfaat pelajar baru insyallah.

Ana hanya ingin memberikan version yang telah dipendekkan untuk remaja yang bersemangat mempelajari agama di sebuah tempat dimana ana lebih aktif berdakwah khusus topic rukun Islam sahaja. Ana berkongsi semoga manfaat.


MUQADDIMAH

بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره, ونعوذ باالله من شرور انفسنا ومن سيئات اعمالنا, من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. ونشهد أن لا إله الا الله وحده لاشريك له ونشهد أن محمدا عبده ورسوله.

Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam”
(3:102)

يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا
“Wahai sekalian manusia! Bertaqwalah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri yang satu (Adam), dan yang menjadikan daripada (Adam) itu pasangannya (Hawa), dan juga yang membiakkan dari keduanya (zuriat keturunan) lelaki dan perempuan yang ramai. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-yebut namaNya, serta peliharalah hubungan (silaturrahim) kaum kerabat; kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu”
(4:1)

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang tepat - benar (dalam segala perkara), Supaya Ia memberi taufiq dengan menjayakan amal-amal kamu, dan mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah) sesiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah berjaya mencapai sebesar-besar kejayaan”
(33:70-71)

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wa sallam. Seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan , setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu tempatnya di Neraka.

Amma ba’du:

“..Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan..”
(31:20)

Allah azza wajalla telah berfirman sebagai peringatan buat manusia agar beragama dengan dalil yang terang lagi jelas yaitu yang datangnya daripada al-Qur’an dan as-Sunnah.

“..Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya..”
(17:36)

Alangkah indahnya kehidupan seorang muslim yang berjalan dipermukaan bumi Allah untuk menuntut 'ilmu kerana Rasulullah saw pernah bersabda:

"..Barangsiapa menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan permudahkan jalan baginya ke syurga.."
(HR Muslim)


Mengenal Allah azza wajalla sesuai dengan kebenaran-Nya

Wajib bagi seseorang muslim itu mengenal tuhannya sesuai dengan sifatnya sepertimana Allah azza wajalla mengkhabarkan dirinya bukan dengan khayalan semata-mata mahupun dengan akal logika kerana akal manusia tidak akan mungkin mampu untuk memahami kebesaran Sang Pencipta namun diwajipkan keatas seorang muslim itu untuk beriman dengan sebenar-benar keimanan dan bersifat menyerah diri tanpa banyak mempersoalkan Zat Rabbul ‘alamin kerana Rasulullah saw yang menerima wahyu dan kerasulan tidak pernah membincangkan kepada para sahabat r.a. perkara yang tidak harus disoalkan. Maka kami beriman seperti dalil berikut sebutkan:

“..Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat..”
(42:11)

“..Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (Allah)..”
(112:4)

“..Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam..”
(7:54)

Maka kesimpulan adalah Dialah Allah azza wajalla yang mempunyai Zat dan Sifat sesuai dengan kebesaran-Nya tanpa boleh seseorang mengubah, membatalkan, menyembunyikan kecuali harus membenarkan sebagaimana didatangkan di dalam al-Quran dan as-Sunnah.

Berkata Imam Malik rahimahullah:
“..Bersemayam (Allah di ‘arasy) maklum, dan bagaimana tidak diketahui, beriman dengannya (al-quran) wajib dan bertanya bid’ah..”
(al-Asma’ wa ash-Shifat oleh Imam al-Baihaqi)

Ketahuilah wahai tholibul ‘ilm bahawa umat Islam telah berpecah kepada beberapa golongan kerana mereka banyak mempersoalkan ketuhanan Allah jalla wa a’la sedangkan Rasulullah saw tidak pernah dan begitu juga para sahabat r.a. ajmain membincangkankan sesuatu yang Allah telah khabarkan tentang Zat dan Sifat-Nya sebagaimana di dalam al-Quranul Karim.

“..Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat (jelas seperti manusia, tanaman dll), itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat(tidak jelas sebenarnya seperti alam ghaib; Allah, Syurga, Neraka, Mizan dll). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal..”
(3:7)

Maka kami nasihatkan agar beriman dengan sebenar-benar keimanan dan hindarilah syubahat golongan orang-orang munafik dan ahlul hawa dalam beragama sehingga mereka diancam neraka jahannam. Kembalilah kepada cara beragama seperti para sahabat r.a. dan semoga kalian tergolong dalam golongan yang benar dan diredhai Allah azza wajalla.

“..Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali..”
(4:115)

“..Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar..”
(9:100)


Mengenal Rasulullah saw melalui ilmu

Sering kami mendapati manusia yang beragama dengan pemikiran manusia lain atau pendapat akalnya mahupun gurunya, nenek moyangnya, mimpi syaikhnya dan bermacam-macam tatacara mereka akan beragama dengan hawa nafsunya sehingga mereka tidak mengenal Islam yang dibawa oleh Muhammad saw, dan cara beragamanya Rasulullah saw dan para sahabat r.a. sedangkan kami dituntut beragama dengan Islam sepertimana yang diajar oleh Rasulullah saw kerana bagindalah yang mendapatkan wahyu dan tidaklah baginda berucap kecuali ianya adalah wahyu dan petunjuk Rasulullah saw dalam cara beragama. Hal demikian telah terjadi dan masih terjadi malah akan terus terjadi sebagai fitnah akhir zaman dimana manusia akan meninggalkan sunnah Rasulullah salallahu’alaihissalam dan mengikuti cara beragama yang dicipta (bid’ah) disebabkan syubahat para ulama’ yang tidak amanah yang berada di tengah-tengah manusia pada zaman fitnah ini sebelum terjadinya hari pembalasan.
Begitu juga hujjah dimana telah kami bersyahadah yakni berikrar untuk mencontohi Rasulullah saw dalam beragama bukan mengikuti sesuka hati untuk memilih mana ‘agama’ yang kami sesuaikan. Rukun Islam pertama yang menjadikan seseorang itu muslim adalah dengan mengambil pengikraran bahawa “Tiada tuhan yang berhaq untuk disembah kecuali Allah (tauhid) dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya”. Dengan syahadah tersebut menjadi tuntutan buat setiap muslim mengambil Rasulullah salallahu’alaihissalam sebagai contoh dalam segala urusan peribadahan yang merangkumi melakukan amal soleh dan meninggalkan maksiat terhadap Allah dimana ibadah itu sudah pasti mendatangkan dua hal yaitu mendekatkan diri kepada Allah azza wajalla serta syurga dan dijauhkan dari api neraka serta kemurkaan Allah azza wajalla.

“..Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah..”
(33:21)

“..Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang..”
(3:31)


Mengenal Agama Islam yang sebenar

Telah kami jelaskan bahawa manusia telah banyak tersesat dalam cara mereka beragama walaupun mereka telah berikrar seorang muslim dan sebahagian sangat berlebih-lebihan dalam mencintai Rasulullah salallahu’alaihissalam tetapi meninggalkan al-Quran dan as-Sunnah sedangkan itulah asas seseorang beragama. Maka diantara yang dituntut adalah mengenal Islam yang sebenar dan meninggalkan orang-orang yang menyimpang daripada Islam walaupun mereka menyembunyikan kesesatan mereka dalam jubah, sorban mahupun kepandaian membaca al-Quran dan bahasa arab. Selagi mereka tidak kembali kepada tatacara beragama sepertimana Rasulullah saw dan para sahabat r.a. beragama dengan Islam yang sebenar maka kami berkewajipan meninggalkan mereka dalam menimba ilmu Islam supaya kami tidak terfitnah dengan kebohongan mereka yang diselimuti dengan penyelewengan terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah.

“..Sesungguhnya sebahagian dari tanda-tanda hari kiamat ialah dicarinya ilmu itu dari para ahli bid’ah..”
(Kitab Zuhud Ibn Mubarak no.61-sahih oleh al-Albani)

Apabila disebut Islam maka kami akan bermaksud Islam yang diajarkan Allah azza wajalla kepada Rasulullah saw yang kemudian mengajarkannya kepada para sahabat r.a. ajmain. Maka kewajipan mengenal Islam bagi setiap muslim agar beragama dengannya dan meninggalkan agama orang kafir yang musyirik kepada Allah azza wajalla.

“..Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam..”
(3:19)

“..Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi..”
(3:85)

“..Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..”
(5:3)

“..Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu..”
(2:208)

Memahami al-Islam

Islam terbagi atas tiga dasar utama berdasarkan hadith Jibril a.s.:

Abdullah bin Umar berkata: "Telah menceritakan kepadaku bapakku (yaitu) Umar bin Al-Khattab, dia berkata:

"Pada suatu hari kami sedang berada di sisi Rasulullah saw tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang sangat putih bekas pakaiannya (dan) sangat hitam rambutnya, tidak nampak padanya bekas perjalanannya, dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya, sampai dia duduk menghadap kepada Rasulullah, lalu dia menyandarkan kedua lututnya ke kedua lutut beliau, dan dia meletakkan kedua telapak tangannya ke kedua paha beliau, lalu dia bertanya, "Hai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang [1]ISLAM?"

Maka Rasulullah saw menjawab, "Islam itu ialah:
1)Bahawa engkau bersaksi sesungguhnya tidak ada satupun tuhan yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, dan Muhammad itu adalah utusan Allah.
2)Engkau mendirikan solat
3)Mengeluarkan zakat
4)Puasa di bulan Ramadhan dan...
5)Menunaikan ibadah haji jika engkau sanggup berjalan ke sana"

Laki-laki itu berkata, "Engkau benar"

Umar berkata, "Kami merasa heran kepada orang ini, dia yang bertanya dan dia juga yang membenarkannya!?"

Laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahukanlah kepadaku tentang [2]IMAN?"

Beliau menjawab:
1)Engkau beriman kepada Allah
2)Para Malaikat
3)Kitab-kitab Nya
4)Para Rasul Nya
5)Hari Akhirat
6)Taqdir yang baiknya dan yang buruknya (Qada' dan Qadar)

Laki-laki itu berkata, "Engkau benar"

Maka laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahu kepadaku tentang [3]IHSAN?"

Rasulullah saw menjawab:
"Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Maka jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu"

Laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahukanlah kepadaku tentang hari KIAMAT (bila waktu terjadinya)?"

Beliau menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari orang yang bertanya"

Laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahukanlah kepadaku tentang TANDA-TANDANYA (hari kiamat)?"

Beliau menjawab, "Ialah seorang budak perempuan melahirkan tuannya. Dan engkau melihat orang-orang yang faqir yang bertelanjang kaki dan tidak berpakaian serta penggembala kambing, saling berlomba dalam membangunkan bangunan"

Umar mengatakan, "Kemudian laki-laki itu pergi. Maka aku tinggal dalam waktu yang lama, kemudian Rasul saw bertanya kepadaku:
"Hai Umar, tahukah engkau siapakah yang (datang) bertanya itu?"

Jawab Umar, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu"

Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya itulah JIBRIL as, dia datang kepada kamu untuk mengajarkan kepada kamu akan AGAMA kamu."

(HR Muslim no 8)


6 Rukun Iman yang wajib bagi setiap muslim memahaminya

1. Beriman kepada ALLAH:

Beriman kepada Allah azza wajalla bukan saja dengan membenarkan adanya Sang Pencipta yakni Allah azza wajalla tetapi mengenal-Nya dengan kebenaran dibimbingi oleh ilmu yang sahih dengan kefahaman Rasulullah salallahu’alaihissalam dalam menetapkan Dzat Allah jalla wa’ala serta tuntutan seorang hamba kepada-Nya yakni tauhid. Mentauhidkan Allah azza wajalla lawannya adalah mensyirikkan-Nya. Sedangkan tidak seorang Nabi dan Rasul diutus oleh Allah azza wajalla kecuali agar diajarkan manusia untuk menyembah-Nya dengan mentauhidkannya serta mengajarkan manusia erti kesyirikan supaya dijauhi dan berjihad melawannya.

“..Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku..”
(51:56)

Dengan maksud beribadah kepada Allah azza wajalla bukan dengan dicampuri kesyirikan tetapi mentauhidkan-Nya.

“..Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku (sahaja)..”
(21:25)

“..Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (tauhid) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus..”
(98:5)

Sedangkan jika manusia percaya adanya Allah azza wajalla tetapi mensyirikkan-Nya maka ia tidak akan mendatangkan manfaat kerana Allah azza wajalla tidak akan mengampunkan dosa syirik jika seseorang itu mati sebelum taubat serta setiap amalannya akan digugurkan tidak menjadi pahala di sisi-Nya.

“..Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar..”
(4:48)

“..Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya..”
(4:116)

“..Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi..”
(39:65)

Definisi Tauhid menurut syariat bermaksud:
“..mengesakan Allah dengan sesuatu yang khusus bagi-Nya, berupa RUBUBIYAH, ULUHIYAH, ASMA’ dan SIFAT..”
(Syarah Kitab Tauhid oleh Syaikh Utsaimin)

Tauhid Rububiyah:
Kepercayaan yang kuat bahawa Tuhan yang pencipta adalah hanyalah Allah azza wajalla tanpa kemungkinan adanya selain Allah sahaja dengan menolak bisikan syaitan tentang adanya Tuhan selain Allah yang Maha Esa lagi Maha Pencipta. Tidak ada selain di langit mahupun bumi, lautan mahupun darat dan yang ghaib mahupun yang dizahirkan golongan musyrik.

“..Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam..”
(1:2)

“..Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam..”
(7:54)

“..Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar..”
(2:255)

“..Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara..”
(4:171)

“..Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan..”
(21:22)

“..Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?..”
(13:16)

Tauhid rububiyah tidak menjadi manfaat bagi seseorang manusia yang mengimaninya tanpa hidayah daripada Allah azza wajalla untuk beriman dan memahami tauhid seterusnya; Uluhiyah & Asma’ wa Sifat. Hal demikian kerana kesemua makhluk di permukaan bumi mengenal tauhid rububiyah walaupun istilah diberikan kepada tuhan berbeza. Mereka berimannya ada satu sang pencipta yang mengurus penciptaan-Nya. Ini berdasarkan ayat Allah azza wajalla.

“..Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?..”
(43:87)

“..Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah." Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku." Kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri..”
(39:38)

Walaupun golongan komunis athis (free thinker)mengatakan bahawa mereka tidak percaya adanya tuhan yang mencipta malah idealogi mereka atas dasar pemikiran manusia, akan tetapi seandainya mereka dicampakkan daripada langit ke bumi maka mereka akan tetap menyebut ‘tuhan’ sebagai penolong disebabkan fitrahnya manusia berada diatas rububiyah. Ada pula golongan musyirik juga mengakui wujudnya Allah azza wajalla sebagai tuhan di langit yang mencipta dan menguasai tetapi mereka mengambil berhala-berhala sebagai perantaraan untuk memohon pertolongan dan perlindungan dimana disebutkan sebagai tawassul (perantaraan) dengan makhluk untuk syafa’at baginya.

“..Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)..”
(10:18)

“..Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar..”
(39:3)

“..Bahkan mereka mengambil pemberi syafa'at selain Allah. Katakanlah: "Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?" Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan..”
(39:43-44)

Seandainya Tauhid Rububiyah sudah cukup bagi seseorang untuk menjadi muslim dan sempurna aqidahnya maka pasti Rasulullah salallahu’alaihissalam tidak akan terus menerus mendakwahkan kalimatul tauhid ‘Laa illaha ilallah’ serta memerangi manusia, bahkan tidaklah perlu diutus seorang rasul pun. Akan tetapi tuntutan aqidah yang sahihah yang bersih daripada kesyirikan adalah dengan Tauhid Uluhiyah yakni mengesakan setiap bentuk peribadahan hanya kepada Allah azza wajalla.

“..Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan..”
(1:5)

“..Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya..”
(18:110)

Imam Ibn Qayyim rahimahullah berkata:
“..Seandainya keimanan kepada tauhid Rububiyah ini saja dapat menyelamatkan, tentu orang-orang musyrik telah diselamatkan. Akan tetapi urusan yang amat penting dan menjadi penentu adalah keimanan kepada tauhid Uluhiyah yang merupakan antara orang-orang musyrik dan orang-orang yang mentauhidkan Allah ta’ala..”
(Madaarijus Saalikiin 1/355)

Tauhid Uluhiyah:
Ittiqad yang jazam bahawa hanyalah Allah berhak untuk di tauhidkan dan dinisbatkan dalam setiap ibadah. Maka tauhid ini juga disebutkan sebagai Tauhid Ibadah yang bermaksud mentauhidkan Allah jalla wa’ala melalui segala pekerjaan hambanya yang mendekatkan dirinya kepada Rabbul ‘alamin apabila disyari’atkan seperti berdoa, takut (khauf), berharap (raja’), cinta (mahabbah), penyembelihan (dzabh), bernadzar (nadzar), meminta pertolongan (isti’anah), minta saat kesulitan (istighatsah), meminta perlindungan (isti’adzah), bertawakkal dan segala apa yang disyari’at dan diperintahkan Allah ta’ala dengan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu pun juga tanpa perantaraan tuhan-tuhan selain-Nya mahupun menyatukan dengan yang lain.

“..Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan..”
(1:5)

“..Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar..”
(31:30)

“..Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa..”
(2:21)

“..Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya..”
(16:36)

Semua para Rasul ‘alaihis salatu wassalam telah mula mendakwahkan kepada kaumnya dengan Tauhid Uluhiyah agar manusia beribadah dengan benar hanya kepada Allah azza wajalla tanpa menyekutukannya (syirik).

“..Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): "Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)..”
(23:32)

“..Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?..”
(7:65)

Akibat meninggalkan ajaran Rasulullah salallahu’alaihissalam akan membawa manusia kepada kesyirikan sekaligus akan membatalkan segala amalan seseorang sehingga boleh menyebabkan dia menjadi musyrik walaupun memakai nama seorang muslim seperti Ahmad. Maka akan tampak keislamannya dengan namanya atau dikenali dengan bahasanya dan bangsanya tetapi seandainya di dalam aqidahnya yang tidak zahir mempunyai kesyirikan maka dia akan tergolongan dalam golongan orang-orang yang musyrik. Dan telah kami sebutkan bahawa Allah ta’ala tidak akan mengampuni dosa syirik.

“..Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah (batal) amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi..”
(39:65)

“..Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar..”
(4:48)

Pengenalan terhadap tauhid Uluhiyah akan menjadikan jelas terhadap kesilapan yang besar apabila sekumpulan manusia mendakwahkan kepada tauhid wahdatul wujud. Dengan aqidah yang didakwahkan bahawa tidak ada yang wujud serta disembah selain hanyalah Allah azza wajalla maka setiap golongan musyrik ternyata hanyalah menyembah Allah azza wajalla. Walhal aqidah kewujudan sang Pencipta telah kami datangkan dalam penjelasan tauhid Rububiyah dan demikianlah sifat manusia yang akan berimannya wujudnya sang Pencipta walaupun tidak sempurna. Mereka yang mendakwahkan kepada tauhid wahdatul wujud yang bid’ah tidak akan membawa kepada kesempurnaan tauhid kerana tiada penegasan terhadap mengesakan segala seruan dan doa serta tawakkal hanya kepada Rabbul’alamin semata-mata. Prioritas adalah mengesakan setiap penyembahan hanya kepada Allah ta’ala tanpa mensyirikannya.

Syaikh Muhammad Khalil Harras rahimahullah berkata:
“..Suatu hal yang sangat mengherankan, bahawa kelompok asy’ariyah berpendapat bahawa inti yang paling utama dalam tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah ta’ala dalam penciptaan makhluk padahal telah dimaklumi bahawa pengesaan Allah ta’ala dalam penciptaan adalah tauhid Rububiyah sebagaimana juga diakui golongan musyrik yang percaya kewujudan Allah di langit namun bertawassul dengan berhala-berhala dan ketua agama mereka.
Adapun tauhid yang paling utama dan paling besar adalah tauhid Uluhiyah yang tidak perhatikan oleh mereka dan tidak berada dalam kitab mereka. Boleh jadi di sini rahsianya mengapa kebanyakkan diantara mereka (asy’ariyah) berlari kepada bid’ah-bid’ah Tashawuf. Mengakui dan cendrung membiarkan sarana-sarana kesyirikan yang dilakukan pada kuburan-kuburan para syaikh shufi..”
(Syarah Aqidah Wasithiyah tahqiq Alwi bin ‘Abdul Qadir as-Segaf. Hlm 41)

[Syaikh Muhammad Khalil Harras adalah seorang Salafi dan seorang peneliti yang lahir di Mesir pada tahun 1916 M. Gelaran doctor dalam Ilmu Tauhid dan Mantiq. Kuliah kedoktoran dari Universiti al-Azhar dan Univerisiti Muhammad Ibnu Saud. Wafat pada tahun 1975 M]


Tauhid Asma’ dan Sifat:

Ittiqad yang jelas daripada kekeliruan bahawa pengesaan Allah azza wajalla dengan asma’(nama) dan sifat(sifat) yang menjadi milik-Nya. Beriman dengan benar Zat-Nya sesuai sebagaimana disifat oleh Allah azza wajalla tanpa ta'thil(mengingkari), tamtsil(menyerupakan), tahrif(merubah atau mengganti), dan takyif(bertanya bagaimana). Maha suci Allah subhana wa ta’ala daripada menyerupai sifat makhluk-Nya.

a) Tahrif: Merubah nama dan sifat seperti istawa’ Allah di atas ‘Arsy (istawa’-bersemayam di tempat yang tinggi) diubah erti kepada istaula Allah di ‘Arsy (menguasai).

b) Ta’thil: Mengingkari, menafikan atau menghilangkan sifat-sifat Allah seperti Allah di atas ‘Arsy dinafikan firqah yang sesat dan mengatakan Allah berada di merata tempat.

c) Takyif: Bertanya-tanya mengenai hakikat dzat Allah sehingga memvisualisasi gambaran Allah jalla wa’ala. Sedangkan dituntut untuk mengimani hakikat sifat-Nya sebagaimana di datangkan maknanya.

d) Tamtsil/Tasbih: Menyerupakan sifat Allah kepada makhluk-Nya seperti mengatakan tangan Allah dalam menciptakan Adam ‘alaihissalam serupa dan semisal dengan tangan manusia.

Ahlus Sunnah wal Jamaah telah menetapkan sifat-sifat bagi Allah jalla wa’ala sebagaimana telah didatangkan oleh-Nya di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang sahihah. Kami mengambil sikap pertengahan diantara kedua golongan yang batil yang akan kami sebutkan di bawah.

Kami membantah keras terhadap golongan Musyabbihah yang berkeyakinan dan menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya tanpa mereka membezakan Sang Pencipta dengan Ciptaan-Nya. Seperti tangan Allah diserupakan dengan tangan makhluk. Na’udzubillah!

Kami juga membantah keras terhadap golongan Mu’aththilah yang berkeyakinan dengan mengingkari segala sifat-sifat Allah dan mereka mengambil langkah yang batil dalam mensucikan Allah ta’ala sekaligus menafikan apa yang telah di sifati dan di tetapkan oleh-Nya.

Ahlus Sunnah yang bermanhaj Salafus Soleh menetapkan segala sifat Allah azza wajalla dengan penetapan sesuai terhadap diri-Nya dengan kemuliaan-Nya dan keagongan-Nya, tanpa menyerupakan (tamtsil atau tasybih) dan tanpa mengingkari/menafikan (ta’thil) seiring dengan firman-Nya.

“..Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat..”
(42:11)

Di dalam kitab al-Aqidah ath-Thahawiyah yang disyarahkan oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan halaman 62 disebutkan:
“..Itulah sebabnya dikatakan bahwa al-Mu’aththil (orang yang mengingkari dan menafikan sifat-sifat Allah) adalah menyembah ketiadaan, dan sebaliknya al-Musyabbih (yang menyerupakan Allah dengan makhluk) adalah menyembah berhala. Sedangkan ahli Tauhid, dia menyembah Rabb yang Esa, Tunggal, dan tidak ada yang serupa dengan-Nya..”

Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, al-Auza’i, al-Laits bin Sa’ad dan Sufyan ats-Tsauri rahimahumullah tentang berita yang datang mengenai sifat-sifat Allah, mereka semua menjawab:
“..Terimalah sebagaimana di datangkan seadanya tanpa mempersoalkan bagaimana..”
(al-Lalika’I no.930)

Atas dasar demikian maka kewajipan bagi seorang muslim untuk menerima dan menetapkan sifat Allah ta’ala sebagaimana telah Dia memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan memberitahu nama-namaNya yang paling indah serta sifat-sifatNya yang mulia. Segala demikian telah disebutkan di dalam Kitab dan sunnah.

Syaikhul Islam ibn Taimiyyah rahimahullahu ta’ala berkata:
“..Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus Sunnah mengimani Tauhid al-Asma’ wash Shifat dengan menetapkan apa-apa yang telah Allah tetapkan atas diri-Nya dan telah ditetapkan Rasul-Nya salallahu’alaihissalam bagi-Nya, tanpa Tahrif dan Ta’thil serta tanpa Takyif dan Tamtsil. Menetapkan tanpa Tamtsil, menyucikan tanpa Ta’thil, menetapkan semua sifat-sifat Allah dan menafikan persamaan sifat-sifat Allah dengan makhluk-Nya.

Kesimpulan yang wajib difahami dalam keimanan terhadap tauhid asma’ wa sifat sebagai berikut:

Pertama: Menisbat segala sifat Allah azza wajalla sebagaimana disifati oleh-Nya di dalam al-Qur’an dan hadith Nabi saw yang sahihah.

Kedua: Menafi segala penyerupaan dengan-Nya sebagaimana firman-Nya.

“..Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia..”
(42:11)

“..dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia..”
(112:4)

“..(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy..”
(20:5)

“..Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar..”
(2:255)

Imam asy-Syafie rahimahullah berkata:
“..Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada apa-apa yang datang dari beliau sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah..”
(ar-Risalah al-Madaniyah oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah)

Imam Malik rahimahullah berkata:
“..Istiwa’ (sifat Allah bersemayam di atas ‘arsy-Nya) itu jelas pengertiannya, bagaimana cara hakikat itu tidak diketahui, beriman dengannya wajib dan bertanya tentang bagaimana keadaannya bid’ah..”
(Kitab Jalan Golongan yang Selamat oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu hlm.20)

Kesemua para ulama’ salafus soleh menyatakan bahawa Allah sahaja yang mengetahui ta’wilnya (tafsiran hakikat sifat-Nya) sebagaimana Dia telah memberitakan perihal orang-orang yang mendalami ilmunya di mana mereka menyatakan di dalam firman Allah ta’ala:

“..Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal..”
(3:7)

2. Beriman kepada MALAIKAT

Beriman bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Apapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di langit dan bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil, (terperinci), para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka secara ijmal(global).

“..Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya..”
(6:61)

“..(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala..”
(40:7)

“..Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun..”
(70:4)


3. Beriman kepada KITAB

Beriman bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya; yang benar-benar merupakan Kalam-Nya(firman atau ucapan). la adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar.

“..Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa..”
(24:34)

“..Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)..”
(5:44)

“..Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa..”
(2:2)

Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib untuk mengimaninya secara tafshil, yaitu: Suhuf(53:36), Taurat(5:44), Injil(17:55), Zabur(5:46), dan Al-Qur'an(5:48). Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya.

“..Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya..”
(59:7)

Al-Qur'an; yang memansuhkan kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur'an saja yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur'an adalah Kalam Allah yang diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.

“..Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya..”
(15:9)

Apa yang harus diketahui juga adalah pada zaman Rasulullah terdapat sejumlah para sahabat yang telah menghafal al-Qur’an. Di antara huffaz (penghafaz/ penghafal Al-Quran) terkenal daripada sahabat iaitu empat orang Khulafa Ar-Rasyidin (Abu Bakar al-Siddiq, Umar al-Khattab, Uthman al-Affan dan Ali bin Abi Talib), Talhah, Ibnu Mas’ud, Huzaifah, Abu Hurairah, Ibnu Omar, Ibnu Abbas, (Ai’syah dan Hafsah){isteri Rasullullah). Termasuk daripada orang-orang Ansar (penduduk asal Kota Madinah) seperti Ubai bin Ka’ab, Muaz bin Jabal, Zaid bin Thabit, Abu Darda’ dan Anas bin Malik.


4. Beriman kepada NABI & RASUL

Beriman bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik kepada cahaya tauhid.

“..Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku..”
(21:25)

“..Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya..”
(16:36)

Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal (global) sebagaimana wajib pula beriman secara tafshil (terperinci) kepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 di antara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur'an. Seorang muslim wajib menyelisihi aqidah golongan Yahudi dan Nasrani yang beriman dengan sebahagian para anbiya’ dan kufur terhadap selainnya. Maka jika seorang muslim tidak beriman dengan salah satu daripada anbiya’ maka dia telah kafir!

25 Rasul

[Adam][Idris][Nuh][Hud][Solih][Ibrahim][Luth][Ismail][Ishak][Yaqub][Yusuf][Ayyub] [Syu’aib][Musa][Harun][Zulkifli][Daud][Sulaiman][Ilyas][Ilyasa][Yunus][Zakaria][Yahya][Isa][Muhammad]

‘Ulul Azmi

[Nuh][Ibrahim][Musa][Isa][Muhammad]

Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad SAW. adalah yang paling mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi setelahnya.

“..Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul..”
(3:144)

“..Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu..”
(33:40)

a) Nabi dipilih dan dimuliakan oleh Allah swt dari sifat yang buruk dan menerima wahyu dari Allah swt. Diamanahkan untuk menegakkan ketaqwaan hanya kepada dirinya sendiri dan menjadi contoh sahaja tanpa kewajipan menegakkan kepada umatnya. Nabi dan Rasul hanyalah orang lelaki.

b) Rasul dipilih dan dimuliankan Allah swt dari sifat buruk dan celaan. Mereka menerima wahyu dari Allah swt bukan hanya untuk contoh bagi umatnya tetapi kewajipan menyampaikan kepada umatnya dan memimpin mereka. Bilangan mereka yang wajib diimani hanyalah 25 rasul dan mereka mempunyai mukjizat.


5. Beriman kepada QAUMUL KIAMAH

Beriman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki. Pengertian al-ba'ts, (kebangkitan) menurut syar'i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.

“..Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna..”
(75:3-4)

“..Dan bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati)..’
(53:47)

“..Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebathilan..”
(45:27)

Di dalam pembahasan hari kiamat wajib juga bagi seorang muslim agar beriman tentang adanya beberapa alam ghaib yang akan di tempuhi manusia yaitu:

1) Alam Barzakh
: Yaitu alam kubur bagi setiap manusia yang telah mati maka dia akan berada di satu alam yang tidak mampu manusia memasukinya kecuali hanya dengan kematian kerana diantara dunia kita dan alam berzakh ada sebuah tembok yang menutup.

“..(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka (alam barzakh) ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan..”
(23:99-100)

2) Padang Masyhar
: Suatu tempat dimana manusia akan dibangkitkan berjalan menuju Rabb dengan berbagai kondisi sesuai dengan amalan dan kehendak Allah azza wa jalla. Antara sebahagian riwayat yang sahih menjelaskan bahawa manusia akan berada dalam keadaan bogel tanpa merasakan malu, berlarinya manusia kepada Nabi Adam a.s. sehingga ke seluruh Nabi ulul Azmi sebelum ke Rasulullah saw untuk meminta syafaat, dan matahari di dekati kepada kepala manusia. (sila rujuk kepada kitab Yaumul Kiamah oleh Yusof al-Wabil)

“..Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan..”
(10:30)

3) Sidratil Muntaha
: Suatu tempat yang tertinggi di atas langit yang ke-7 dan telah dikunjung oleh Rasulullah saw pada waktu Mi’raj.

“..Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha..”
(53:13-14)

4) Sirat
: Ia adalah satu jembatan di atas neraka yang manusia akan diperintahkan untuk menyeberangi sehingga ada yang akan selamat ke syurga da nada yang akan jatuh ke neraka.

“..Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami [dan jangan menunda sampai kita menyeberang Sirat aman] dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.."
(66:8)

5) Syurga
: adalah satu tempat untuk di nikmati tanpa manusia merasakan kematian lagi; yang akan di kumpulkan oleh Allah azza wajalla kepada manusia yang mendapat keredhaan-Nya. Syurga menjadi destinasi terakhir untuk manusia seandainya mereka tidak di kekalkan di dalam neraka Allah azza wajalla.

“..Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin..”
(55:56)

“..Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya..”
(39:73)

“..Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka..”
(13:35)

“..Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan..”
(31:8)

Surga Firdaus
"..sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh bagi mereka adalah 'surga firdaus menjadi tempat tinggal.."
(18:107)

"..Dan orang-orang yang memelihara shalat: Mereka itu adalah orang-orang yang akan mewarisi (yaitu) yang bakal mewarisi surga firdaus, mereka kekal di dalamnya.."
(23:9-11)

Surga Adn
"..(Yakni) surga 'Adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, didalamnya mereka kekal. dan itulah (merupakan) balasan bagi orang yang (dalam keadaan) bersih (saat didunianya dari berbagai dosa).."
(20:76)

"..(Yaitu) surga'Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka.."
(38:50)

Surga Na'iim
"..Maka orang-orang beriman dan mengerjakan amal shaleh ada di dalam surga yang penuh kenikmatan.."
(22:56)

"..Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, bagi mereka bakal mendapat surga yang penuh kenikmatan.."
(31:8)

Surga Ma'wa
"...Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. maka bagi mereka mendapat surga-surga tempat kediaman, merupakan pahala pada apa yang telah mereka kerjakan.."
(32:19)

"..Maka sesungguhnya surga ma'walah tempat tinggal(nya).."
(79:41)

Surga Darussalam
"..Dan allah meriyeru(manusia) ke Darussalam (yakni surga), dan memimpin orang yang dikhendaki-nya kepada jalan yang lurus.."
(10:25)

Surga Daarul Muqoomah
"..Dan berkatalah mereka: Segala puji bagi allah yang telah mengapus (rasa) duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha Pengmpun lagi Maha Mensyukuri: Yang memberi tempat kami di dalam tempat yang kekal (surga) dan karunia-nya.."
(35:34-35)

Surga maqoomul Amiin
"..sesungguhnya orang-orang yang bertawakal tinggal didalam tempat yang aman (surga).."
(44:51)

Surga Khuldi
"..Katakanlah: "Apa (siksa) yang seperti itu yang baik, atau surga yang kekal, yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, sebagai balasan dan kediaman kembali mereka.."
(25:15)

6) Neraka
: adalah satu tempat untuk di azab tanpa manusia merasakan kematian lagi; yang akan di kumpulkan oleh Allah azza wajalla kepada manusia yang mendapat kemurkaan-Nya. Neraka menjadi destinasi sementara; yang merupakan sehari di dunia ibarat 40,000 tahun masanya di hari akhirat, untuk sebahagian manusia yang berdosa sebelum di masukkan di dalam syurga. Ada juga manusia yang kufur terhadap Allah azza wajalla maka mereka akan kekal di dalamnya tanpa ada sebarang kemungkinan untuk di keluarkan. A’udzubillah min zalik!

“..Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka." Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui..”
(7:38)

Huthamah
“..sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah..”
(104:4)

Hawiyah
“..maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah..”
(101:9)

Jahannam
“..Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya..”
(15:43)

Jahim
“..dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang- orang yang sesat..”
(26:91)

Saqar
“..Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar..”
(74:26)

Sa'ir
“..Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala..”
(67:10)

Wail
“..Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang..”
(83:1)


6. Beriman kepada QADR & QADAR

Beriman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah Subhanallahu wa ta'ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya. Akan tetapi manusia dilarang untuk banyak bertanya tentang takdir Allah azza wajalla. Apa yang harus diketahui adalah bahawa takdir boleh berubah dengan usaha dan doa jika di kehendaki oleh Allah azza wajalla. Ahlus sunnah wal jamaah menolak fahaman Qadariyah yang mendakwa bahawa Allah azza wajalla tidak mempunyai kuasa atas makhluk-Nya dan juga fahaman Jabariyah yang mendakwa bahawa manusia terikat dengan takdir Allah azza wajalla tanpa sebarang kemampuan untuk melakukan apa-apa seperti jika dia melakukan maksiat maka dia akan menyalahkan Allah kerana seolah kehendak-Nya.

“..Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir Allah, baik maupun yang buruk..”
(HR Muslim)

“..Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia..”
(13:11)

“..Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut (qadar) ukuran..”
(54:49)


Ana meminta jasa baik ustaz dan sahabat yang ana tag yang lebih 'alim daripada ana untuk bantu tegur atas kesalahan yang pasti terdapat dalam tulisan ini. Semoga sedikit perkongsian dapat mendatangkan manfaat bagi umat Islam dan semoga Allah melindungi hati ana daripada sifat yang tercela seperti riya' dan suka dipuji.
Allahu Musta'an
Baarakallahu fikum=)

Abu Mu’adz Mahathir Ibn Dawood
(Ghuraba' Fi Zamani)
Ghuraba' Fi Zamani

No comments:

Post a Comment