Pages

Wednesday, July 11, 2012

Di antara syubhat-syubhat ahlul bid’ah ...

 
 
 

Di antara syubhat-syubhat ahlul bid’ah dalam rangka menggembosi pengamalan sunnah adalah ucapan mereka: “Kaum muslimin hari ini dalam keadaan lemah, diinjak-injak dan dijatuhkan martabatnya oleh musuh-musuh Islam. Di mana-mana terjadi pembantaian kaum muslimin seperti binatang ternak, tetapi kalian malah sibuk mempelajari sunnah-sunnah, mengajarkan dan menerapkannya! Apakah kalian tidak memikirkan saudara-saudara kalian yang dibantai?!…”
Kalimat yang semakna dengan ini sering dilontarkan oleh ahlul bid’ah dan musuh-musuh sunnah dari kalangan khawarij, syi’ah rafidlah, mu’tazilah atau pun para hizbiyyun dan dai-dai politik dari kalangan Ikhwanul Muslimin, Sururiyyin dan lain-lain. Mereka menganggap bahwa menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan penghalang perjuangan jihad melawan musuh-musuh Islam.

Prasangka ini muncul dari mereka karena mereka memandangnya dengan kacamata kebid’ahan. Dan karena per-juangan jihad mereka juga adalah perjuangan dengan cara-cara bid’ah, maka tentu saja akan bertentangan dengan sunnah-sunnah.


Kita jawab syubhat mereka dari beberapa sisi:
Pertama, perjuangan jihad mela-wan musuh-musuh Allah jika dilakukan dengan cara yang syar’i dan mencocoki ajaran Sunnah Rasulllah shalallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada pertentangan dengan usaha menghidupkan sunnah-sunnah beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam, sekalipun pada perkara-perkara yang mereka anggap furu’.
Bisa kita lihat pada generasi pertama umat ini, mereka adalah para mujahidin yang telah membuktikan kehebatan mereka di medan tempur melawan musuh-musuh Islam. Namun mereka tidak pernah sesaatpun meremehkan sunnah-sunnah seperti bersiwak, mengangkat pakaian di atas mata kaki, memotong kuku, merapikan kumis, membiarkan jenggot. Apalagi sunnah-sunnah yang berkaitan dengan ibadah mahdlah seperti gerakan-gerakan shalat yang sunnah, shalat lail dan membaca al-Qur’an serta dzikir pagi dan sore dan lain-lain.
Dengan demikian, sesungguhnya tidak ada pertentangan antara melaksa-nakan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan jihad melawan musuh-musuh Islam.
Kedua, dengan menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, kita akan semakin dekat kepada Allah. Dan ketika kita semakin dekat kepada Allah, maka Allah akan membela dan menolong kita. Sehingga kita katakan menghidupkan sunnah-sunnah justru mendukung datangnya kemenangan.
Allah berfirman:
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ …. الحج: 40
Sungguh Allah pasti akan menolong orang yang menolong agama-Nya… (al-Hajj: 40)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ. محمد: 7
Hai orang-orang mu’min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhamamad: 7)
Ketiga, orang yang menghidupkan sunnah-sunnah akan mencapai derajat wali dan kekasih Allah yang akan dibela oleh Allah dan dikabulkan doanya. Maka Allah akan memenangkan mereka ketika menghadapi musuh-musuhnya sekuat apapun mereka, karena Allah ada di pihak mereka.

Hal itu sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah berfirman:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقرَّبُ إَلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحَبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلْنِي َلأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي َلأُعِيْذَنَّهُ…. (رواه البخاري
Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka aku umumkan perang terhadapnya. Tidaklah ada seorang hamba yang mendekatkan diri kepada-Ku lebih aku sukai daripada melaksanakan apa yang aku wajibkan kepadanya, dan seorang hamba yang terus-menerus mendekat-kan diri kepada-Ku dengan mengerjakan yang sunnah-sunnah hingga Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengaran-nya yang dia mendengar dengannya; Aku akan menjadi penglihatannya yang dia melihat dengannya; Aku akan men-jadi tangannya yang dia memukul dengannya; dan Aku akan menjadi kaki-nya yang dia berjalan dengannya. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh pasti akan Aku beri. Dan jika dia berlindung kepada-Ku, sungguh pasti akan Aku lindungi… (HSR. Bukhari)
 
Dengan hadits ini kita mengetahui bahwa dengan diamalkannya sunnah-sunnah, walaupun pada perkara-perkara yang mustahab (tidak wajib) akan me-nyebabkan kecintaan Allah terhadapnya. Kecintaan itu akan menyebabkan pembe-aan Allah terhadapnya. Maka yang demi-kian sungguh akan mendukung perju-angan jihad fie sabilillah, bukan justru sebaliknya.
 
Keempat, lebih tegas lagi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa jalan keluar dari penderitaan dan kehinaan serta pe-nindasan orang-orang kafir adalah de-ngan kembali kepada agama Allah. Tidak dibedakan oleh beliau mana yang wajib dan mustahab, yang ushul maupun yang furu’, tidak pula dibedakan mana yang qusyur (kulit) dan mana yang lubab (inti). Artinya kembalilah kepada agama kalian secara kaaffah.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ. رواه أبو داود عن ابن عمر
Jika kalian telah berjual beli dengan cara riba, telah mengambil ekor-ekor sapi, telah ridla dengan perkebunan-perkebunan dan kalian telah meninggalkan jihad, maka Allah akan
timpakan atas kalian kehinaan, yang kehinaan itu tidak akan Allah cabut hingga kalian kembali kepada agama kalian. (HSR. Abu Dawud)

Dengan hadits ini kita ketahui bahwa jalan satu-satunya untuk melepas-kan dari kehinaan yang menimpa kaum muslimin adalah kembali kepada agama Allah. Sedangkan agama Allah adalah seluruh yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, Dengan kata lain sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka sungguh aneh pernyataan para hizbiyyun di atas yang bernada me-mojokkan sunnah dan menganggapnya sebagai penghalang bagi perjuangan ‘jihad’. Hal demikian karena apa yang mereka anggap ‘jihad’ ternyata sebuah gerakan kebid’ahan yang mereka beri la-bel ‘jihad’, yang tentu saja bertentangan dengan sunnah.

Lihat para politikus atau hizbiyyun, mereka menamakan perjuangan partai mereka pada pemilu dan parlemen sebagai jihad. Padahal pemilu dan demo-krasi adalah perkara bid’ah dan sangat bertentangan dengan ajaran Islam, kare-na ajaran ini menganut sistem suara ter-banyak, sementara dalam Islam tidak demikian.

Akhirnya, ‘jihad’ mereka pasti akan bertentangan dengan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena mereka berusaha untuk meraih pengikut sebanyak-banyaknya untuk memenangkan partainya; sedangkan orang yang menghidupkan sunnah–sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam akan terlihat asing, sedikit bahkan akan dijauhi kebanyakan umat. Untuk itu mereka menganggap dengan diamalkan dan dihi-dupkannya sunnah-sunnah akan mengurangi suara partainya. Dan dengan berkurangnya pengikut mereka akan meng-gagalkan perjuangan mereka di parlemen.

Contoh kedua, apa yang dilakukan oleh khawarij. ‘Jihad’ menurut mereka adalah melakukan pemberontakan terhadap penguasa muslim yang sah. Tentu saja mereka akan menganggap halal da-rah kaum muslimin yang ada di peme-rintahan. 
Hal ini bertentangan dengan perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk taat kepada penguasa walaupun ia berbuat dhalim dan seterusnya. Dengan hal ini pula tentu saja mereka akan menghalalkan darah kaum muslimin yang ada di pemerintahan. Ini bertentangan dengan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan haramnya darah kaum muslimin, kecuali pada tiga perkara, yaitu qishash bagi orang yang membunuh muslim dengan sengaja tanpa haq, hukum rajam bagi pezina yang sudah menikah dan hukum mati bagi orang murtad.

Dengan model ‘jihad’ yang seperti ini, pasti mereka akan menganggap sunnah-sunnah sebagai penghalang.
Demikian pula bagi mu’tazilah. Mereka tidak mau menerima sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kecuali yang mereka anggap masuk akal. Sehingga perjuangan mereka adalah perjuangan dengan cara-cara akal dan hawa nafsu mereka. Perjuangan model ini tentu saja akan kembali menganggap sunnah-sunnah sebagai penghalang perjuangan mereka. Dan mereka akan alergi jika melihat orang-orang menghidupkan sunnah, di mana akal mereka tidak mampu mengetahui hikmah-hikmahnya.

Demikianlah semua kelompok ahlul bid’ah akan menjauhkan umat dari sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan berba-gai macam syubhat yang mereka perbuat. Kalimat di atas hanyalah alasan yang diada-adakan, sesungguhnya sebab uta-manya adalah karena mereka benci pada sunnah.

Sebagai penutup kita ingatkan ke-pada seluruh kaum muslimin untuk kembali kepada agama Allah, ikutilah sunnah-sunnah Rasulullahshalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya sebab terjadinya bencana, kehinaan dan diinjak-injaknya kaum muslimin oleh musuh-musuhnya adalah karena kelalaian mereka dari agama Allah. Ketika mereka meremehkan ajaran Allah dan melupakannya, maka terjadilah apa yang telah terjadi dari kehinaan dan kerendahan yang menimpa umat Islam. Dalam keadaan seperti, tidak ada jalan lain bagi kita kecuali kembali kepada agama tersebut secara keseluruhan, baik yang diwajibkan, maupun dengan meng-hidupkan yang mustahab, mempelajari, mengamalkan dan menyampaikannya kepada umat.

Allah telah berjanji kepada mereka yang beriman dan beramal shalih akan diberi kemuliaan dan menjadi penguasa di muka bumi dalam firman-Nya:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ. النور: 55
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan men-jadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesu-dah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada memperseku-tukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (an-Nuur: 55).Wallahu a’lam

Ustadz Muhammad Umar As-Sewed
~Khairuddin Din

1 comment:

  1. bukan kah Penguasa muslim yg sah itu dalam kekalifahan Islam,bukan DEmokrasi?(BId'ah bukan?)kalo pemimpin dl kekalifahan memang harus ditaati walau pun hatinya seperti hati syaiton...

    ReplyDelete