IMAN adalah kedua-dua : cahaya dan kekuatan ; dengannya
manusia meningkat setinggi-tingginya sehingga mencapai nilai yang melayakkannya ke Syurga.
Dengan kegelapan KUFUR, ia jatuh serendah-rendah darjat yang membawanya ke Neraka..
Pages
▼
Monday, May 6, 2013
Kisah Syeikh Al BaniDengan Para pemuda Takfiri
KISAH SYAIKH AL-ALBANI DENGAN PARA PEMUDA TAKFIRI
Salah satu ulama yang telah menginspirasi saya dalam berlemah lembut
terhadap ekstrimis takfiri. Adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
(Almarhum) yg telah menunjukkan muamalah baiknya terhadap para takfiri
hingga akhirnya hal itu menjadikan pintu hidayah bagi mereka.
Syaikh Basim Faishol al-Jawabiroh menceritakan :
…Kala itu aku masih berstatus
sebagai pelajar di SMA. Dan di waktu itu juga, aku bersama sekumpulan
pemuda mengkafirkan kaum muslimin, dan kami tidak mau sholat bersama
mereka di masjid2 mereka karena menurut kami mereka adalah masyarakat yg
bodoh.
Org2 yg menyelisihi kami di Yordania selalu mengancam
kami dengan syaikh Muhammad nashiruddin al-Albani bahwa beliau adalah
satu-satunya orang yg mampu berdiskusi dgn kami dan meyakinkan kami
hingga kembali ke jalan yg lurus.
Ketika Syaikh Nashiruddin
tiba di Yordania dari Damaskus, diceritakan kpd beliau bahwa ada
sekumpulan pemuda yg gemar mengkafirkan kaum muslimin. Maka, beliau
sangat ingin bertemu dgn kami. Diutuslah saudara iparnya yg bernama
Nidzham Sukkajha kepada kami. Dia menyampaikan kpd kami tentang
keinginan Syaikh Nashir berjumpa dgn kami. Maka kami menjawab :
"Barangsiapa yg menginginkan kami hendaknya dia datang kepada kami,
bukan kami yg pergi ke sana."
Akan tetapi, Syaikh Takfiri kami
memberitahukan kpd kami bahwa Syaikh Nashir termasuk salah satu ulama
kaum muslimin yg memiliki kedudukan dalam ilmunya dan umurnya yg sdh
tua, maka kamilah yg harus pergi kepadanya.
Berangkatlah kami
menuju rumah iparnya, yaitu Nidzham, kala itu menjelang shalat Isya.
Salah seorang dari kami mengumandangkan adzan, lalu kita berdiri utk
sholat. Syaikh Nashiruddin berkata "Apakah kami yg mensholati kalian
(menjadi imam -pent) atau kalian yg mensholati kami?" Maka Syaikh
Takfiri kami menjawab "KAMI MENYAKINI KEKAFIRANMU !". Syaikh Nashiruddin
membalasnya "SEDANGKAN AKU JUSTRU MENYAKINI KEIMANAN KALIAN". Lalu
Syaikh Takfiri kamilah yg sholat (menjadi Imam -pent) bersama kami
semua, sedangkan dia (Syaikh Albani -pent) juga bersama kami.
Setelah itu Syaikh Nashir duduk dalam sebuah diskusi bersama kami,
Diskusi tersebut terus berlangsung hingga akhir malam. Kebanyakan
diskusi tersebut berlangsung dgn Syaikh Takfiri kami, sedangkan kami yg
notabene masih remaja terkadang duduk dan terkadang berdiri, lalu kami
merentangkan kaki kami dan membaringkan punggung2 kami. Sedangkan Syaikh
Nashir, dia tetap pada satu posisi duduk dari awal sampai akhir dan
tidak merubah posisi tersebut sedikitpun dalam dikusi yg selalu membahas
tentang ini dan itu. Saat itu aku sangat terkagum dgn kesabaran beliau.
Lalu kami saling berjanji untuk bertemu pada hari berikutnya. Ketika
kami pulang ke rumah, kami mengumpulkan dalil2 yg mendukung perbuatan
takfir sesuai dgn klaim kami.
Pada hari berikutnya, Syaikh
Nashir datang ke rumah salah seorang kawan kami, dan kami telah siap dgn
kitab2 dan bantahan2 atas Syaikh Nashir. Diskusi akhirnya berlangsung
selepas Isya hingga sebelum fajar. Lalu kami berjanji utk mendatangi
tempat tinggalnya.
Selepas Isya pada hari ke-3, kami pergi ke
tempat tinggalnya. Diskusi berlangsung sampai Muadzzin mengumandangkan
adzan subuh. Dalam diskusi tersebut kami selalu menyebut banyak ayat yg
menunjukkan pengkafiran secara dhohirnya. Kami juga menyebut hadits2 yg
teksnya mengandung pengkafiran secara dhohir terhadap pelaku dosa besar.
Syaikh Nashir seperti org yg berintelensi tinggi, dia membantah dalil
ini dan menunjukkan dalil lainnya, beliau menggabungkan antara dalil2 yg
kelihatannya saling bertentangan tersebut dengan ucapan2 para ulama
salaf dan imam2 yg terkemuka dari kalangan ahlussunnah wal jama'ah.
Setelah adzan subuh kami berangkat bersama2 berdampingan dgn Syaikh Nashir menuju sebuah masjid utk menunaikan sholat subuh.
Setelah Syaikh Nashir meyakinkan kpd kami akan kesalahan dan kesesatan
manhaj (takfiri -pent) yg telah kami jalani selama ini, kami akhirnya
kembali (ke manhaj yg haq -pent) dari pemikiran takfir kami
-Alhamdulillah- kecuali sebagian kecil (dari kami) yang justru murtad
dari islam beberapa tahun kemudian. Kami memohon keselamatan kepada
Allah.
Diterjemahkan dari Kitab al-Imaam al-Albaani
rahimahullah ta'ala, Duruus wa Mawaaqif wa 'Ibar, hal 157-158. Oleh
Syaikh Abdul Aziz ibn Muhammad al-Sadhaan. Daar al-Tawhid Riyadh Cet I
1429 H/2008 M.
No comments:
Post a Comment