Pages

Monday, March 31, 2014

Dusta Syiah terhadap Al-Qur’an




Dusta Syiah terhadap Al-Qur’an

Kenalilah kesesatan aqidah2 syi’ah, salah satunya bagaimana bentuk keyakinan Syi’ah Rafidhah terhadap Al-Qur’an Al-Karim ?

Syi’ah Rafidhah meyakini bahwa Ulama Ahlul Bait sepakat mengatakan: “Al-Qur’an diturunkan dengan empat bagian; seperempat diturunkan kepada kita, seperempat pada musuh kita, seperempat berupa sejarah dan perumpamaan-perumpamaan dan seperempat berupa kewajiban dan hukum.

Mereka berkata: “Jika Al- Qur’an dibaca sesuai dengan apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala maka akan muncul dalam Al-Qur’an 70 orang laki-laki Quraisy yang terlaknat nama–namanya serta ayah ibunya. Yang dimaksud mereka adalah para shahabat. Mereka meyakini bahwa Ahlul Bait mempunyai Mushaf yang isinya tidak sama dengan Mushaf umat muslim pada umumnya dan menyebutnya dengan nama Mushaf Fatimah. Mereka juga meyakini bahwa orang yang mengumpulkan Al-Quran dengan sempurna hanyalah sayyidina Ali.

Ni’matullah Al-Jaza-iri -ulama Syi’ah- dalam kitab Al-Anwar An-Nu’maniyah (vol 2 hal 360)
berkata: “Sudah begitu masyhur dalam hadits-hadits bahwa Al-Qur’an sebagaimana ketika diturunkan tidak ada seorangpun yang menyusunnya kecuali Amirul Mu’minin ‘Alaihi sallam (Ali bin Abi Thalib) atas wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam. Setelah Nabi wafat Imam Ali melaksanakan wasiat tersebut selama 6 bulan, kemudian setelah selesai mengumpulkan Al-Qur’an seperti yang diturunkan, beliau mendatangi Khalifah-khalifah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam seraya berkata kepada mereka: “Ini adalah kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.”

Umar bin Khaththab menjawab: “Kami tidak butuh kamu dan Al-Qur’anmu. Kami sudah punya Al-Qur’an yang ditulis oleh Utsman.

Ali berkata: “Kalian tidak akan bisa melihatnya setelah hari ini dan siapapun juga sampai lahirnya keturunanku yang bernama al-Mahdi, dan Al-Qur’an yang dibawa Al-Mahdi banyak tambahan dan tidak mengalami distorsi sedikit pun. Dikarenakan Utsman termasuk penulis wahyu yang sesuai dengan maslahat yang diinginkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam yaitu jangan sampai ada orang menuduh bahwasannya Al-Qur’an adalah buatan seseorang, atau bukan yang diturunkan oleh malaikat Jibril, sebagaimana yang dituduhkan oleh para pendahulu mereka, ternyata mereka juga berkata seperti itu. Begitu juga Mu’awiyah, diangkat menjadi penulis wahyu selama 6 bulan sebelum wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam dengan alasan seperti di atas. Utsman dan para shahabat tidak pernah berkumpul bersama kecuali di masjid dengan orang banyak. Mereka hanya menulis Al-Qur’an yang telah dibawa oleh malaikat Jibril ‘Alaihi sallam. Adapun Al-Qur’an yang tersimpan dalam rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam tidak ada seorang pun yang menulisnya selain Amirul Mu’minin ‘Alaihi sallam, karena beliau punya hubungan mahram yang memudahkannya untuk keluar masuk rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam.” (Al-Anwar An-Nu’maniyah , vol 2 hal 360).


Statemen di atas tidak perlu dikomentari karena jelas mengandung kedustaan yang nyata.

Di bawah ini merupakan sebagian dari penjelasan ulama-ulama Syi’ah supaya Ikhwan wa Akhwat bisa mengetahui bahwasannya realita yang ada tidak seperti yang selama ini dituduhkan:

Inilah pendapat ulama Syi’ah yg sangat menyimpang:

1. Syaikh Al-Mufid, yang diklaim orang Syi’ah termasuk salah satu pendiri madzhab Syi’ah berkata: “Beberapa hadits sudah masyhur dari kalangan keluarga Nabi bahwasanya Al-Qur’an itu mengalami perubahan dan terdapat pengurangan dan pembuangan yang dilakukan oleh orang-orang yang dhalim. Disadur dari kitab Awa’il Al-Maqolat hal 91.

2. Abu Al-Hasan Al-’Amili berkata: “Ketahuilah sesungguhnya kebenaran yang harus diakui berdasarkan hadits-hadits mutawatir adalah, “Al-Qur’an yang ada saat ini mengalami banyak perubahan setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam dan para shahabat yang mengumpulkannya banyak membuang kalimat-kalimat dan ayat-ayat. Dikutip dari kitab Mir’atul Anwar wa Misykatul Asror hal 36 pasal keempat yang berjudul Bayanu Khulashoti Aqwali Ulamaina fi Taghyiri Al-Qur’an wa ‘adamihi wa Tazyifi Istidlali Man Ankara At-Thaghyir. Selanjutnya Al-’Amili mengatakan:

Sesungguhnya meyakini Al-Qur’an telah mengalami distorsi merupakan pokok dari ajaran Syi’ah. Redaksi aslinya sebagai berikut: “Dan menurut saya sudah jelas kebenaran asumsi di atas setelah menganalisis hadits-hadits dan meneliti beberapa atsar sehingga memungkinkan untuk mengatakan bahwa pendapat itu menjadi keyakinan mazhab Syi’ah dan termasuk ambisi besar dalam perampasan khilafah.”

3. Ni’matullah al-Jaza-iri berkata: “Menerima kemutawatiran Al-Qur’an merupakan wahyu illahi dan seluruhnya telah diturunkan oleh malaikat Jibril berarti mendustakan hadits-hadits yang sudah masyhur bahkan mutawatir yang menjelaskan terjadinya distorsi dalam Al-Qur’an baik kalimatnya, materinya dan I’robnya. Padahal hadits-hadits tersebut telah disepakati keshahihannya oleh ulama kami. Dari kitab Al-Anwar al-Nu’maniyah (vol:2 hal:357)

4. Sulthan Muhammad al-Khurasani berkata: “Ketahuilah sudah banyak hadits-hadits yang diriwayatkan dari imam–imam yang suci yang menyatakan adanya penambahan, pengurangan dan perubahan dalam Al-Qur’an”.
Refrensi dari kitab Bayanu al-Sa’adah fi Maqomat al- ‘Ibadah.

Pernyataan-pernyataan mereka yang demikian ini sangat banyak. Mereka meyakini bahwasannya para shahabat keliru dalam mengumpulkan dan menyusun mushaf. Pengurangan, penambahan dan kesalahan adalah hasil kerja dari tangan-tangan mereka.

(Hermanzsyah Reza) via fp nahimunkar.com

***

Firman Allah Ta’ala:

{إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ} [الحجر: 9]
9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya[793]. (QS Al-Hijr/15: 9)

[793] Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

Silakan, Anda mau percaya kepada perkataan orang-orang syiah atau kepada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Kepercayaan itu akan dibawa sampai mati. Bagi yang mengingkari firman Allah Ta’ala, pasti akan mendapatkan balasan siksa kekal di nereka karena kafir. Sebaliknya bagi yang mengimani firman Allah Ta’ala tentu akan mendapatkan pahala, dimasukkan ke surga. Betapa bahagianya.

Di dunia ini tinggal memilih. Bila salah pilih, maka penyesalan di akherat kelak akan menimpanya dan tidak ada tebusannya. Hati-hati dan waspada, sebelum menyesal tiada tara.

(nahimunkar.com)

- See more at: http://www.nahimunkar.com/dusta-syiah-terhadap-al-quran/#sthash.87Gfyrop.dpuf

Saturday, March 29, 2014

Adapun Ahlus Sunnah, maka mereka mengatakan : pondasi agama adalah ittiba' sedangkan pemikiran itu mengikutinya.





Imam al-Ashbahani rahimahullah berkata,

"Ketahuilah, sesungguhnya pemisah antara kita dengan ahli bid'ah adalah dalam masalah akal. Karena sesungguhnya mereka membangun agamanya di atas pemikiran akal semata, dan mereka menjadikan ittiba' dan atsar harus mengikuti hasil pemikiran mereka.

Adapun Ahlus Sunnah, maka mereka mengatakan : pondasi agama adalah ittiba' sedangkan pemikiran itu mengikutinya.

Sebab seandainya asas agama itu adalah pemikiran niscaya umat manusia tidak perlu bimbingan wahyu, tidak butuh kepada para nabi.

Kalau memang seperti itu niscaya sia-sia lah makna perintah dan larangan.
Setiap orang pun akan berbicara dengan seenaknya.

 Dan kalau seandainya agama itu dibangun di atas hasil pemikiran niscaya diperbolehkan bagi orang-orang beriman untuk tidak menerima ajaran apapun kecuali apabila pemikiran (logika) mereka telah bisa menerimanya."
(lihat Da'a'im Minhaj an-Nubuwwah, hal. 336)

~Syeikh Sony Salafus Soleh

WHAT ARE THEY TRYING SO HARD TO HIDE FROM US?


 
 
 
WHAT ARE THEY TRYING SO HARD TO HIDE FROM US?

The faults are not with the technologies or the aviation industry; neither are the faults with other airlines that code-shared with MAS or their governments, they are equally baffled & annoyed of this:

Most of the crucial information & facts are kept by the Malaysian counterparts & they are trying their very best to HIDE all these from the public under various pretexts. And Malaysian Airline is part of Malaysian government’s asset, so it is only logical to hold the ruling regime responsible.

- Why so many U-turns on their very own U-turns OF THEIR U-turns, when comes to making statements & revelations, even in the Parliament?
- Where's the Radar Data?
- Who's holding it? And why not release it?
- Why cannot share the ATC transcript?
- Where’s that cargo manifest of MH370?
- While the US and China will be at the Indian Ocean soon, why can’t Najib wait until they complete their search before making the hasty announcement last Monday, March 24th 2014?
- By the way, why is US so quiet (passive) on this? I assume IF MH370 did fly over to the Indian Ocean, do you believe it CANNOT be seen on their military radar at Diego Garcia? Come on … !

Moreover, Malaysia is reportedly STILL unwilling to release full cargo manifest of MH370 to its Australian counterpart in order to facilitate their Search & Rescue efforts as of Monday, March 24th 2014, after 17 days since the flight disappeared on March 8th 2014.

China too, has asked to see the data on which Malaysia's conclusion was based.

In Beijing, relatives of the passengers released a statement accusing the Malaysian government of trying to "delay, distort and hide the truth".

Most importantly, what are they trying so hard to HIDE FROM US?

And more questions lining up ...

PS: The moving Sea-based X-band Radar at Pacific and Indian Ocean can detect moving object even as small as a golf ball. Hello USA Incorporated, are you telling us you cannot detect a gigantic moving Boeing aircraft near your Diego Garcia military installation? Are you hiding our flight MH370? And have you got what you wanted from China?! What about the MESS you have caused Malaysia … !

For those who prefer logical & sensible deduction, the theory of HIJACK to Diego Garcia seems as the next most plausible.
 

Zikir Selepas Solat



  Zikir Selepas Solat

Pertanyaan :

Assalamu ‘alaikum. Mohon saya dibantu.
Bagaimana zikir dan doa sesudah shalat fardhu sesuai Sunnah Rasulullah secara lengkap, agar saya bisa mantap beribadah. Terima kasih sebelumnya.
Suparno (suparno**@yahoo.***)

Jawaban :

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh.
Secara umum, zikir setelah shalat fardhu adalah sebagai berikut :
 

- Setelah salam membaca istigfar sebanyak tiga kali kemudian mengucapkan,

اللَّهُمَ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Ya Allah, Engkau Mahasejahtera, dan dari-Mu kesejahteraan. Mahaberkah Engkau, wahai Rabb pemilik keagungan dan kemuliaan.” (Sahih; H.R. Muslim, no. 591)
 
Patut diperhatikan bahwa lafal zikir di atas tidak boleh ditambah dengan kata-kata:
وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَأَدْخِلْنَا دَارَ السَّلاّمِ
Hal itu dikarenakan lafal tersebut tidak berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihat Misykatul Mashabih, 1:303; Hasyiyah Ath-Thahawi ‘alal Maraqiy, 2:311.
 

- Kemudian mengucapkan,
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Tidak ada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mampu mencegah sesuatu yang telah Engkau berikan dan tidak ada yang mampu memberi sesuatu yang Engkau cegah. Tidak bermanfaat kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya untuk (menebus) siksaan-Mu.” (Sahih; H.R. Bukhari, no. 6862; Muslim, no. 593; An-Nasa’i, no. 1341)
 
- Setelah itu, Anda bisa mengucapkan tasbih (سبحان الله), tahmid (الحمد لله), dan takbir (الله أكبر) sebanyak 33 kali,
kemudian menyempurnakannya sehingga genap menjadi seratus dengan mengucapkan,



لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah; Rasulullah bersabda,
مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Barang siapa yang bertasbih, bertahmid, dan bertakbir sebanyak 33 kali setelah melaksanakan shalat fardhu sehingga berjumlah 99 kemudian menggenapkannya untuk yang keseratus dengan ucapan “لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ” , maka kesalahannya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (Sahih; H.R. Muslim, no. 597)
 
- Apabila kondisi tidak memungkinkan untuk membaca lafal tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing sebanyak 33 kali, Anda bisa juga mengucapkan tasbih, takbir, dan tahmid sebanyak 10 kali.
Hal ini berdasarkan hadis Abdullah bin Amru radhiallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَلَّتَانِ لَا يُحْصِيهِمَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ أَلَا وَهُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ يُسَبِّحُ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَيَحْمَدُهُ عَشْرًا وَيُكَبِّرُهُ عَشْرًا
Ada dua perkara, setiap muslim yang konsisten melakukannya akan masuk ke dalam surga. Keduanya sangatlah mudah, namun sangat jarang yang mampu konsisten mengamalkannya. (Perkara yang pertama) adalah bertasbih, bertahmid, dan bertakbir masing-masing sebanyak sepuluh kali sesudah menunaikan shalat fardhu.” (Sahih; H.R. Tirmidzi, no. 3410; Shahihut Tirmidzi, no. 2714)
 
- Kemudian membaca Ayat Kursi serta surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِي دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ إِلاَّ أَنْ يَمُوْتَ
“Barang siapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai menunaikan shalat fardhu (wajib), maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian.”

(Sahih; H.R. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir, no. 7532, Al-Jami’ush Shaghir wa Ziyadatuhu, no. 11410)

 
Uqbah bin Amir radhiallahu ‘anhu berkata,
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku agar membaca surat Al-Mu’awwidzat (Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas) setiap selesai menunaikan shalat.”
(Sahih; H.R. Abu Daud, no. 1523; Shahih Sunan Abi Daud, no. 1348)

 
Kami menyarankan kepada Bapak Suparno untuk memiliki buku kecil Hishnul Muslim karya Dr. Sa’id Al-Qahthani yang memuat zikir-zikir yang sesuai dengan tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang Alhamdulillah telah banyak diterjemahkan.

Jika ingin mengetahui beberapa ketentuan fikih yang terkait dengan zikir dan doa, Bapak bisa mencari buku Wirid dan Dzikir karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwaz yang diterbitkan Pustaka Imam Syafi’i.

Semoga dimudahkan.

 
Dijawab oleh Ustadz Muhammad Nur Ichwan Muslim, S.T. (Dewan Pembina Konsultasi Syariah).
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

 

http://www.konsultasisyariah.com/zikir-dan-doa-sesudah-shalat-fardhu/?t=ZikirdanDoaSesudahShalatFardhu


---------------------------------------------------------------------

 
------------------------------------------------------------------------
 

Tidak Boleh Ingkar Masalah Khilaf?



 
Tidak Boleh Ingkar Masalah Khilaf?
Oleh: Dr. Abdul Basit Abdul Rahman.

بسم الله الرحمن الرحيم

Khilaf di kalangan ulama’ pada asalnya adalah suatu keluasan Syariah dan rahmat bagi umat ini. Ianya akan menjadi sempit dan susah apabila dimasuki oleh hawa nafsu, atau mementingkan diri sahaja, atau berlaku tanpa mengikut jalan yang dibenarkan oleh Syariah. Pada ketika itu ia akan bertukar kepada perpecahan, perbalahan, persengketaan dan menimbulkan huru-hara di kalangan ummah.


Perbincangan kali ini akan mengupas tajuk Qaedah yang masyhur di kalangan para pendakwah iaitu; “Tidak boleh ingkar masalah khilaf”. 
Ungkapan “Tidak boleh ingkar masalah khilaf” sangat masyhur, sehingga sebahagian ulama menjadikannya sebagai satu Qaedah dalam fiqh dan memasukkannya dalam karangan tentang Qawaed Al-Fiqh. Tetapi sebahagian pendakwah atau ustaz memahaminya dengan cara yang silap. Kononnya asalkan ia dikira sebagai satu pendapat, maka automatik permasalahan tersebut dilabelkan sebagai permasalahan khilaf yang tidak boleh diingkari.
Inilah ungkapan yang kadangkala membantut sesuatu perbincangan atau penilaian terhadap kesahihan sesuatu pendapat atau amalan. Kata-kata ini kerap dijadikan benteng untuk mempertahankan satu-satu pendapat sekalipun pendapat itu tidak muktabar dalam syariat bahkan hujahnya semata-mata kerana ada khilaf.

Para ulama’ yang memperhalusi (muhaqqiq) kepada masalah ini mengatakan bahawa mengambil qaedah secara umum adalah tidak tepat, bahkan ia sebenarnya adalah “Tidak boleh ingkar masalah IJTIHAD”. Iaitu masalah yang tidak terdapat dalil atau nas yang soreh (jelas) kepada masalah tersebut.  
Dhabit masalah Ijtihadiyyah; ialah satu hukum yang dikeluarkan dengan cara ijtihad, kerana tiada ijma’ atau nas yang qat’i dalam perkara tersebut. Jika ada nas sekalipun, ianya bersifat zhanni, ertinya boleh diterjemahkan kepada banyak kemungkinan dan ditakwil. (Ini kerana jika sudah ada nas yang jelas, tiada lagi ijtihad dalam perkara tersebut!)

Baca seterusnya di sini..


---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak semua khilaf itu perlu diraikan.

Al-Hafizh As-Suyuthi menuturkan dalam Al-Itqan fi Ulum Al-Qur-an:

".... Laisa kullu khilafin jaa-a mu'tabaron, illa khilafan lahu hazhzhun minan nazhor....."

Imam Asy Syafie - dalam ar-Risalah - menjelaskan bahawa khilaf yang dibenarkan (dibolehkan untuk meraikannya / berlapang dada padanya) adalah khilaf yang berpaksi kepada tiga pendalilan berikut:

1- Al-Qur'an
2- As-Sunnah
3- Ijma' (kesepakatan)

Adapun prselisihan yang ditolak adalah:

1- Perselisihan dalam masalah akidah, yakni semua keyakinan / pemikiran / kepercayaan yang menyelisihi akidah Salafus Soleh (para sahabat Nabi, tabi'in dan tabi'ut tabi'in).

2- Pendapat yang dibina di atas dasar hawa nafsu dan akal semata, tidak berpandukan dalil al-Qur'an, as-Sunnah, ijmak dan qiyas.

P/S: Qiyas tidak dibolehkan dalam masalah ibadah.

----------------------------------

Qiyas adalah kaedah untuk memberi hukum pada perkara baharu yang tidak muncul pada zaman nabi berdasarkan kesamaan illat (analogi) pada perkara yang wujud pada zaman Nabi. Ibadah adalah persoalan yang sudah selesai dan lengkap sebelum ALlah mewafatkan Rasul-Nya. Tidak mungkin ibadah berevolusi mengikut perkembangan zaman dan tamadun manusia. Hanya manusia yang tidak bertamadun sahaja berani mereka cipta ibadah dan menjanjikan sekian-sekian pahala di atas ibadah itu

~Mohd Hairi Nonchi

Tragedi MH370 - Ini Lah Wajah Tangan Ghaib Di Belakang nya



Mari kita keluar dari hujahan biasa dan menjemukan.


Mari kita bual apa yang ramai orang tidak suka bual atau terhad perbualan nya kerana “lack of knowledge” berkenaan hal ini.


Ok kita mula kan dengan gambar ini. 

.
---------------------------.
.
.

Tentu Kita tidak boleh menuduh perkara yang kita tiada bukti nyata, tetapi kita harus memilki kekuatan meneka.

Harus diketahui tanda tangan perbuatan Dajal (signature) ada lah tiada siapa boleh kesan, akan banyak teori ujud, ramai akan jadi suspek. Itu ada lah Signature Dajal.


Antara nya Pembunuhan JF Kennedy dan peristiwa 9/11.


Dalam peristiwa pembunuhan JF Kennedy, ramai menjadi suspek banyak kejadian tuduh menuduh dan sehingga kini masih belum sah siapa yang arah pembunuhan nya secara rasmi.
Maka sah itu lah kerja Dajal/Iluminatti.







Kemudian peristiwa 9/11 sama juga, konon Arab terroris kemudian nya Mossad dan akhir nya masih kabur siapa punya kerja. Itu lah Signature Dajal/Iluminatti





Kesemua 74 orang yang berkait dengan konspirasi pembunuhan JF Kenenedy lenyap satu persatu selepas itu.


Though much of the evidence has been destroyed over the years, and more than 74 people who knew about the conspiracy have been murdered to keep them silent, the evidence that still remains is overwhelming. It was Bush Sr. and all of his Nazi Illuminati buddies in the CIA, together with the help of the Italian Mafia that killed Kennedy”


Nabi Muhamad sendiri belum menemui Dajal tetapi dikisah kan bahawa Dajal ada lah golongan makhluk yang diberi tempuh oleh Allah ta ala.


Hanya 63 tahun sahaja Dajal di pasung. Sebaik sahaja saat kelahiran Nabi Muhamad 2 perkara terjadi, Dajal di pasung dan api besar sembahan Majusi di Rumawi terpadam.


Mereka yang di atas sepeerti Rockefeler dan Rosthchild bukan lah Dajal tetapi ada lah anggota utama Iluminatti yang berkepala kan Dajal.


Mereka ada agenda tersendiri yang sudah pun di ketahui sebaik sahaja risalah tersulit mereka terbongkar apabila pembawa surat mereka di panah petir.


Apa kaitan MH370 dengan kisah Dajal? MH370 hanya lah “mangsa” . Bukan MH370 yang di”target” tetapi apa yang ada didalam kandungan nya , otak otak saintis dan juga hasil kerja mereka.

Ingat lah sebelum muncul Dajal yang mana persiapan menyambut nya sedang rancak di laksana kan oleh kuncu nya , bumi harus dikurang kan jumlah penduduk nya jika boleh sebanyak 500 juta sahaja. Jumlah yang manageble.

Ini akan di jaya kan dengan penciptaan perang dunia ke3.

Jumlah sedikit yang boleh di control pada perkiraan Dajal ada lah untuk berhadapan dengan Nabi Isa.dan pengikut nya.

Jika ikut risalah Yahudi ia tidak lama lagi dalam jangkaan 30-50 tahun sahaja. Apa pun Wallahhualam.

Semua orang boleh berteori asalkan ada "backup note" nya.

Seuma orang juga boleh menafi, tetapi harus ada "back up" note  juga untuk menafikan.

Negara Jiran juga tahu tetapi terpaksa berlakon kerana takut kepada kekuatan kuasa yang merencana kan nya.

http://thechulan.blogspot.com/2013/12/bila-jet-pejuang-malaysia-berlepas-saje.html

"Semenjak Adam di ciptakan sampai berdiri nya kiamat tidak ada hal yang lebih besar dari fitnah Dajal"
(Dari Riwayat Muslim)

"Seandainya dia (Dajal) keluar sedangkan aku berada dikalangan kamu, maka aku lah yang akan berhadapan dengan nya bagi mewakili setiap umat Islam, dan jika dia kelua selepas kematian ku, maka setiap kamu ada lah penyelamat bagi diri sendiri (bagi melawan nya) dan Allah ada lah penolong kamu sekelian"
(Riwayat dari Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah dari Ummamh)

teruskan membaca di sini...

Friday, March 28, 2014

Peringatan RASULULLAH S.A.W: Hiburan HEDONISTIK Menjadikan MANUSIA Umpama KERA Dan BABI







Emosi manusia dipengaruhi oleh apa yang berada di dalam hatinya. Emosi manusia terkadang ceria, sedih, marah, bosan, dan sebagainya. Apa yang didengar dan dilihat oleh manusia akan mempengaruhi emosinya. Hati perlukan ketenangan untuk menjadi ceria dan gembira. Manusia memerlukan hiburan bagi menceriakan dan menggembirakan hati.

Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT, sesuai dan menepati fitrah manusia. Manusia memerlukan hiburan, maka Islam membenarkan manusia berhibur. Namun Islam memberikan garis panduan agar hiburan yang dilihat dan didengar oleh manusia itu, betul-betul mendatangkan manfaat kepada kehidupan manusia.

Prof Dr Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan, "Islam tidak mewajibkan manusia agar semua perkataan yang diucapkan sehari-hari sebagai zikir, semua renungannya sebagai berfikir, semua pendengarannya hanyalah al-Quran dan semua masa lapangnya mesti berada di dalam masjid. Bahkan Islam mengiktiraf kewujudan manusia itu dengan fitrah dan tabiatnya yang tersendiri sebagaimana yang diciptakan Allah SWT buat mereka. Allah menciptakan manusia supaya mereka senang, ketawa dan bermain-main sebagaimana diciptakan bagi manusia itu keinginan untuk makan dan minum." (Halal dan haram dalam Islam, hlm. 479)

Seorang sahabat Nabi Muhammad saw bernama Hanzalah al-Usaidi melaporkan, "Pada suatu hari, ketika saya sedang berjalan-jalan, saya bertemu dengan Abu Bakar. Beliau bertanya, 'Apa khabar kamu, wahai Hanzalah?' Saya pun menjawab, 'Hanzalah ini sudah menjadi seperti orang munafik!' Abu Bakar terperanjat, lalu bertanya lagi, 'Maha suci Allah! Kenapa kamu berkata sedemikian wahai Hanzalah?' Saya menjawab, 'Bagaimana saya tidak jadi seperti orang munafik! Apabila kita berada di sisi Nabi Muhammad saw, baginda mengingatkan kita tentang neraka dan syurga sehingga seolah-olahnya kita dapat melihatnya di hadapan mata kita. Tetapi, apabila kita beredar meninggalkan baginda, kita telah dilalaikan dengan anak pinak dan harta benda kita, sehingga kita melupakan peringatan yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad itu.' Abu Bakar menjawab, 'Memang benar apa yang kamu katakan itu wahai Hanzalah. Saya pun merasakan seperti itu.' Selepas itu, kami berdua pergi berjumpa dengan Nabi Muhammad. Kami duduk di hadapan Nabi Muhammad, lalu saya berkata, 'Wahai Utusan Allah. Hanzalah sudah jadi seperti orang munafik!' Baginda bertanya, 'Apa yang telah kamu lakukan wahai Hanzalah!' Saya pun menjelaskan, 'Wahai Utusan Allah. Apabila kami berada di sisi tuan, tuan mengingatkan kami tentang neraka dan syurga sehingga seolah-olahnya kami dapat melihatnya di hadapan mata kami. Tetapi, apabila kami beredar meninggalkan tuan, kami telah dilalaikan dengan anak pinak dan harta benda kami, sehingga kami melupakan peringatan yang telah disampaikan oleh tuan itu.' Lantas Nabi Muhammad saw bersabda, 'Demi jiwaku yang berada dalam genggamanNya. Sesungguhnya jika kamu menepati keadaan seperti yang kamu biasanya berada di sisiku dan ketika dalam berzikir, nescaya kamu akan disamakan dengan malaikat di tempat-tempat duduk kamu dan di jalan-jalan kamu. Tetapi wahai Hanzalah, sesaat begini dan sesaat begitu. Sesaat begini dan sesaat begitu. Sesaat begini dan sesaat begitu.'" (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Muslim.)

Imam al-Nawawi menjelaskan bahawa hadis tersebut menunjukkan bahawa sebagai seorang Muslim kita dituntut untuk memperbanyakkan berzikir kepada Allah dan mengingati serta berhati-hati dengan persoalan akhirat. Namun begitu, pada sela waktu tertentu kita dibenarkan untuk meninggalkan perkara tersebut untuk menikmati nikmat-nikmat yang Allah sediakan di dunia ini (Syarah sahih Muslim, jil. 17, hlm. 65).

Walaupun manusia dibenarkan oleh Allah untuk mencari hiburan agar hati menjadi tenang dan mendatangkan keceriaan serta kegembiraan dalam hidup, namun manusia tidak dibiarkan menentukan apa sahaja atas nama hiburan. Apa yang dilihat dan didengar manusia memerlukan panduan daripada Allah; Tuhan pencipta sekalian alam, yang maha mengetahui apa yang mendatangkan manfaat atau mudarat kepada manusia dan kehidupan. Jika dibiarkan manusia bebas memilih bentuk hiburan yang disukai oleh nafsunya, maka kehidupan akan menjadi rosak dan porak peranda.

Hiburan di zaman moden kini yang berteraskan falsafah hedonisme, telah jauh terpesong daripada garis panduan Islam berkaitan hiburan. Hedonisme merupakan satu aliran falsafah yang menjelaskan bahawa keseronokan merupakan matlamat utama dalam hidup. Ia merupakan ajaran atau pandangan bahawa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia (http://en.wikipedia.org/wiki/Hedonism).
Aliran falsafah hedonisme mula berkembang di Eropah Barat sekitar kurun 14M dan kemudian menjalar ke seluruh dunia (Wade, I.O, The clandestine organisation and diffusion of philosophic ideas in France from 1700 to 1750, 1967). Pemikiran kafir ini telah lahirkan manusia yang hidup dalam kelalaian, mengamalkan gaya hidup bebas sehingga mengorbankan nilai akhlak mulia yang berteraskan agama.

Hasil pemikiran kafir ini juga melahirkan manusia yang menjadikan keseronokan dan kemewahan yang berlebihan sebagai keutamaan dalam kehidupan seharian. Konsep hiburan yang lahir daripada hedonisme bukan sahaja gagal memberi ketenangan jiwa dan kedamaian dalam sanubari manusia, bahkan mencetuskan masalah dan kecelaruan dalam kehidupan.

Penganut hedonisme menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan yang disembah. Oleh sebab itu, hiburan hedonistik bukan sahaja gagal mendidik jiwa, malahan mendorong kepada kelalaian, maksiat dan pergaulan bebas yang akhirnya mengundang kepada gejala sosial yang merosakkan kesejahteraan hidup umat Islam. Arak, dadah, dan wanita seksi yang menjadi teras hiburan hedonistik telah menjadikan kehidupan manusia masa kini punah ranah.

Firman Allah SWT dalam al-Quran; Surah al-Jathiyah ayat 23 yang bermaksud, "Dengan yang demikian, bagaimana fikiranmu (wahai Muhammad) terhadap orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan yang dipatuhinya, dan dia pula disesatkan oleh Allah kerana diketahuiNya (bahawa dia tetap kufur ingkar). Dan dimeteraikan pula atas pendengarannya dan hatinya, serta diadakan lapisan penutup atas penglihatannya? Maka siapakah lagi yang dapat memberi hidayah petunjuk kepadanya sesudah Allah (menjadikan dia berkeadaan demikian)? Oleh itu, mengapa kamu (wahai orang yang ingkar) tidak ingat dan insaf?"

Nabi Muhammad saw telah memberikan peringatan, akan ada dalam kalangan orang Islam di akhir zaman yang berhibur melampaui batas agama. Mereka ini dilabel oleh Nabi Muhammad sebagai 'manusia berperangai kera dan babi'. Abu Malik al- Asy’ari melaporkan, "Rasulullah s.a.w. bersabda, 'Sesungguhnya sebahagian daripada umatku akan meminum arak dan menamakannya dengan bukan nama asalnya dan dialunkan muzik kepada mereka serta dihiburkan oleh penyanyi-penyanyi perempuan. Allah akan membenamkan mereka ke dalam perut bumi dan Allah akan menjadikan mereka kera dan babi.'” (Hadis diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah)

Oleh itu, umat Islam wajib mengembalikan seluruh aspek kehidupan termasuk hiburan, kepada panduan Islam. Hiburan yang dibenarkan Islam adalah hiburan yang mendatangkan manfaat kepada hidup manusia. Sebaliknya, hiburan yang bertentangan dengan Islam, seperti hiburan hedonistik, adalah hiburan yang mendatangkan mudarat kepada hidup manusia.

Info:
Program hiburan yang dibenarkan menurut Perundangan Islam perlu memenuhi ciri berikut:
1) Bermatlamatkan kebaikan dan kesejahteraan.
2) Diadakan di tempat yang bersesuaian supaya tidak mengganggu ketenteraman awam dan orang ramai.
3) Mengambil kira masa yang bersesuaian dengan sensitiviti masyarakat dan ajaran Islam.
4) Tidak disertai oleh perbuatan haram atau maksiat
5) Tidak mengandungi acara yang bersifat provokasi yang boleh menimbulkan sikap prejudis atau permusuhan
6) Tidak mengandungi unsur-unsur pemujaan atau penyembahan yang bertentangan dengan ajaran Islam

Ciri persembahan muzik yang dibenarkan:
1) Tidak menimbulkan gerak geri liar
2) Tidak mendorong kepada perbuatan maksiat
3) Tidak melalaikan

Ciri persembahan artis yang dibenarkan:
1) Berinteraksi dengan penonton secara sopan dan disertai kata-kata yang boleh membina nilai-nilai kemanusiaan.
2) Berpakaian kemas, sopan serta tidak memakai pakaian yang boleh mendedahkan diri kepada eksploitasi penonton dan tidak bercanggah dengan kehendak Islam
3) Tidak melakukan gerak geri dan perkataan yang boleh menimbulkan perasaan yang mendorong kepada maksiat dan menghina Islam.
4) Tidak mengucapkan kata-kata yang menggalakkan perbuatan maksiat atau menghina agama Islam.

Ciri persembahan tarian yang dibenarkan:
1) Berpakaian kemas, sopan serta tidak memakai pakaian yang boleh mendedahkan kepada eksploitasi penonton dan tidak bercanggah dengan kehendak Islam.
2) Gerak tari yang dipersembahkan tidak menimbulkan fitnah.
3) Tidak berlaku percampuran antara lelaki dengan perempuan yang boleh menimbulkan fitnah. 4) Tidak bertujuan pemujaan atau penyembahan
5) Tidak dipersembahkan dengan gaya yang memberahikan. (JAKIM, Garis Panduan Hiburan Dalam Islam, 2005)

 OLEH:
DR. ARIEFF SALLEH BIN ROSMAN,FELO FATWA

Penjelasan mengenai UCAPAN takziah berkaitan tragedi MH370




PENJELASAN MENGENAI UCAPAN TAKZIAH BERKAITAN TRAGEDI MH370

Rentetan daripada pengumuman Perdana Menteri Malaysia pada 24 Mac 2014 dalam satu sidang media khas bahawa pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH 370 yang hilang daripada radar sejak 8 Mac 2014 disahkan berakhir di tengah-tengah Lautan Hindi, disusuli dengan keputusan Muzakarah Khas Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan pada 25 Mac 2014 yang memutuskan bahawa semua penumpang dan anak kapal pesawat tersebut dikategorikan sebagai Mafqud yang secara zahir dan kebarangkalian kuatnya telah dianggap terkorban, maka timbul persoalan tentang pandangan Islam berkenaan ucapan takziah kepada ahli keluarga mangsa yang terlibat.

Persoalan ini timbul kerana walaupun mangsa-mangsa yang berstatus mafqud yang kebarangkalian kuatnya telah tiada berdasarkan kepada pengamatan pakar-pakar yang terlibat dalam misi pencarian, tetapi status kematian mereka perlu disabit dan disahkan oleh mahkamah, sebagaimana keputusan Muzakarah.
Jadi, apakah hukum mengucapkan takziah kepada ahli keluarga para penumpang dan anak kapal MH 370?

Merujuk kepada pengertian takziah yang berasal daripada perkataan Bahasa Arab, ia member maksud memujuk supaya sabar dan menggembirakan. Dari sudut fiqah, takziah ialah ucapan-ucapan yang ditujukan kepada orang yang ditimpa musibah bagi memujuk mereka supaya bersabar. Ia boleh diucapkan dalam bentuk doa seperti, “Mudah-mudahan Allah menggandakan pahala kamu dengan ujian ini”, atau “Mudah-mudahan Allah mengurniakan kesabaran kepada kamu dalam menghadapi musibah ini”, dan lain-lain.

Walaupun perkataan takziah begitu sinonim dengan kematian, dan di dalam kitab-kitab fiqah juga banyak dibicarakan dalam bab hukum-hakam jenazah, tetapi sebenarnya ucapan takziah tidak khusus kepada musibah kematian. Malah ia digalakkan untuk diucapkan kepada mereka yang ditimpa apa sahaja musibah selain daripada kematian.

Ini berdasarkan kepada sabda Nabi Sallallahu Alahi Wasallam yang bermaksud: “Tidaklah seseorang mukmin mengucapkan takziah kepada saudaranya dengan suatu musibah, kecuali Allah akan memakaikannya dengan pakaian kemuliaan pada hari akhirat”. (Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, 1:511, no: 1602).

Al-Munawi menjelaskan maksud hadis dengan mengatakan, “Pada hadis tersebut, member takziah adalah sunat muakkadah (sunat yang sangat dituntut), dan ia tidak khusus pada kematiansahaja, kerana hadis tersebut menyebut musibah secara mutlaq”.(Al-Munawi, Faydh al-Qadir, 5:495).

Seorang ulama mazhab Syafie, Al-Ramli menyebut, “Keumuman perkataan mereka tentang sunat takziah kerana musibah, meliputi takziah kerana kehilangan harta”.(Al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj, 3:13).

Dengan melihat kepada lafaz hadis yang umum tentang takziah terhadap orang yang ditimpa musibah beserta tafsiran ulama mengenainya, dan melihat kepada maksud dan objektif daripada pensyariatan ucapan takziah iaitu untuk memujuk mereka supaya sabar dan tabah menghadapi musibah, maka disimpulkan bahawa ucapan takziah untuk selain musibah kematian juga adalah digalakkan.

Justeru,adalah digalakkan dan dengan cara berhikmah untuk mengucapkan takziah kepada ahli keluarga penumpang dan anak kapal pesawat MH370 di atas musibah yang menimpa. Mudah-mudahan dengan berkongsi kesedihan dengan mereka dan menunjukkan rasa cakna dan prihatin kita terhadap mereka, akan terubat rasa sedih daripada tragedi tersebut.

Wallahu A’lam.



 Dato' Hj Othman Bin Mustapha's status.
------------------------------------------------------------
KEPUTUSAN MUZAKARAH KHAS
JAWATANKUASA FATWA MAJLIS KEBANGSAAN BAGI HAL EHWAL UGAMA ISLAM MALAYSIA MENGENAI TRAGEDI MH370

Tarikh: 25 Mac 2014
Masa: 6.00 Petang
Tempat: Dewan Syura JAKIM

1.Setelah mendengar dan meneliti tiga (3) kertas kerja yang telah disediakan mengenai penentuan hukum syarak dalam tragedi MH370, dan setelah berbincang serta meneliti semua pandangan ulama’ serta pandangan ahli-ahli pakar pelbagai bidang sejak daripada tragedi ini berlaku pada 8 Mac 2014 hinggalah kepada pengumuman YAB Perdana Menteri Malaysia pada 24 Mac 2014 bahawa pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 disahkan berakhir di tengah-tengah Lautan Hindi di kawasan barat Perth Australia, Muzakarah menegaskan bahawa pensabitan kematian seseorang mempunyai kesan dan implikasi yang besar dari perspektif syarak. Justeru dalam Islam terdapat kaedah-kaedah yang telah digariskan bagi menangani permasalahan mereka yang tidak diketahui samada masih hidup atau sudah mati, dan dalam Fiqh kes seperti ini dikenali sebagai Mafqud (orang yang hilang).

2.Muzakarah menjelaskan bahawa berdasarkan pandangan as-Syafie “Mafqud ialah orang yang tidak didengari khabarnya, dan barangkali kemungkinan besarnya dia telah mati”. (Al-Syafie, Al-Umm, 6:182). Para ulama memperincikan bahawa mafqud dibahagikan kepada dua bahagian dan hukum kedua-duanya adalah berbeza. Pertama: Mafqud yang secara zahir dan kebarangkalian kuatnya dianggap telah terkorban. Mafqud bahagian ini ialah orang yang hilang dalam suatu bencana kebinasaan. (Ibn Qudamah, Al-Mughni, 6:389). Kedua: Mafqud yang secara zahir dia masih hidup. Contohnya seseorang yang keluar dari rumahnya untuk berniaga atau melancong tetapi tidak kembali pulang ke rumahnya.

3.Daripada contoh mafqud yang dibawakan oleh Ibn Qudamah, Muzakarah berpandangan bahawa dalam kes pesawat MH370 yang berakhir dalam lautan yang amat luas dan dalam, mayat-mayat dan bangkai pesawat menghadapi kesukaran untuk ditemui, dan pandangan pakar mengatakan bahawa survival manusia untuk hidup adalah tipis, maka kes ini bolehlah dikategorikan sebagai Mafqud yang secara zahir dan kebarangkalian kuatnya dia dianggap telah terkorban.

4.Muzakarah juga menjelaskan bahawa mengenai kadar tempoh mafqud sebelum diputuskan status kematiannya, tidak terdapat nas yang jelas daripada dalil-dalil Quran dan Sunnah berkenaan penetapan tempoh-tempoh tertentu secara tetap. Kebanyakan pendapat yang dinukilkan adalah bersumberkan kepada pendapat-pendapat para sahabat dan pendapat-pendapat tersebut bukan dalam bentuk kesepakatan yang boleh dinilai sebagai hujah ijmak, kerana wujud perselisihan dalam kalangan sahabat dan tabi’en. Namun keperluan kepada tempoh pencarian bagi mafqud adalah disepakati oleh para ulama’.

Muzakarah juga berpendapat bahawa perbezaan yang ketara dari segi uruf dan masa perlu diambilkira dalam penentuan tempoh mafqud ini kerana ia memberi kesan dalam pengsabitan hukum-hakam seterusnya.

5.Dalam hal ini, Muzakarah memutuskan bahawa dalam tragedi MH370 ini, keperluan menetapkan tempoh mafqud adalah terletak kepada pertimbangan ulil amri berdasarkan kepada ijtihadnya selaras dengan pandangan majoriti ulama, termasuk mazhab Syafie, mazhab Maliki, mazhab Hanafi dan satu riwayat mazhab Hanbali. (Nihayah al-Muhtaj, 6:28; Hasyiyah al-Dusuki, 4:434; Hasyiyah Ibn Abidin, 3:332; Al-Kasysyaf, 4:391).

Justeru, berasaskan kepada Kaedah Fiqhiyyah iaitu ‘Menghilangkan Kemudaratan’, lima(5) prinsip Maqasid Syariyyah iaitu menjaga agama, nyawa, harta, keturunan dan akal serta berasaskan kepada Siyasah Syariyyah dalam menjaga kemaslahahatan keluarga dan pihak-pihak yang terlibat serta bersesuaian dengan uruf dan waqi’, Muzakarah memutuskan bahawa keadaan mafqud dalam tragedi ini tidak memerlukan kadar tempoh tertentu kerana usaha-usaha pencarian yang telah dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh walaupun dalam keadaan lautan yang amat mencabar serta qarinah-qarinah yang boleh diambilkira sebelum dan selepas pengumuman Kerajaan bahawa pesawat MH370 berakhir di tengah-tengah Lautan Hindi, telah melalui tempoh munasabah bagi mafqud yang boleh diputuskan oleh Ulil Amri.

6.Sehubungan itu berdasarkan semua keterangan dan hujah-hujah yang dinyatakan tersebut, Muzakarah bersetuju memutuskan bahawa semua penumpang pesawat MH 370 adalah dikategorikan sebagai “Mafqud yang secara zahir dan kebarangkalian kuatnya telah dianggap terkorban”.

Oleh itu, memandangkan usaha-usaha mencari telah dijalankan dalam tempoh yang munasabah bagi mafqud dengan penggunaan pelbagai aset dan alat komunikasi berteknologi tinggi serta kewujudan qarinah-qarinah yang boleh diambilkira, maka Muzakarah berpendapat bahawa penumpang pesawat MH370 tersebut boleh dianggap telah terkorban. Walau bagaimanapun pengesahan atau pensabitan kematian hendaklah diputuskan oleh Mahkamah berdasarkan peruntukan undang-undang sedia ada.

Muzakarah juga berpandangan bahawa memandangkan pihak berkuasa masih terus mencari kesan daripada tragedi tersebut termasuk mayat atau cebisan mayat penumpang yang terkorban, maka Solat Jenazah Ghaib tidak perlu dilaksanakan lagi.

7.Muzakarah juga memutuskan bahawa jika dalam usaha pencarian kesan daripada tragedi tersebut, pihak berkuasa berjaya menemui mayat atau cebisan mayat, maka wajiblah diuruskan mayat tersebut seperti yang ditetapkan oleh Islam.

Oleh kerana penumpang MH370 ini terdiri daripada berbagai agama dan jika tidak dapat dibezakan antara Islam dan bukan Islam, maka untuk menguruskan mayat orang Islam dalam keadaan bercampur ini, hendaklah diuruskan kesemua mayat yang dijumpai tersebut mengikut Islam dan sewaktu Solat Jenazah hendaklah diniatkan hanya untuk orang Islam sahaja.

Jika yang ditemui itu hanya cebisan-cebisan atau sebahagian anggota kecil sahaja, maka hendaklah dikumpulkan semuanya dan diuruskan mengikut Islam dan ketika Solat Jenazah hendaklah diniatkan untuk orang-orang Islam sahaja.

8.Mengenai hal-hal berkaitan pengagihan harta pusaka, pembubaran status perkahwinan mangsa, atau hukum-hukum lain yang bersangkutan daripada tragedi ini, Muzakarah menegaskan bahawa ianya hendaklah dirujuk kepada pihak berkuasa berkaitan berasaskan peruntukan undang-undang yang telah ditetapkan setelah pengesahan atau pensabitan kematian diputuskan oleh mahkamah.

9.Muzakarah juga berpandangan bahawa dalam menghadapi suasana tragedi ini, pelaksanaan ibadah-ibadah seperti Solat Hajat, bacaan Yasin dan sebagainya bolehlah diteruskan oleh umat Islam.

10.Muzakarah juga memutuskan bahawa orang-orang Islam yang disabitkan kematiannya dalam tragedi MH370 ini adalah tergolong sebagai Syahid Akhirat berasaskan kepada hadis Nabi s.a.w. yang menyebutkan bahawa mati kerana tenggelam termasuk dalam salah satu kategori Syahid Akhirat.

Disediakan oleh:
DATO’ HAJI OTHMAN BIN MUSTAPHA
Setiausaha
Jawatankuasa Fatwa
Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia

Disahkan oleh:
PROF. EMERITUS TAN SRI DATO’ DR. ABDUL SHUKOR BIN HJ. HUSIN
Pengerusi
Jawatankuasa Fatwa
Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia