Tuesday, September 18, 2012

Pakaian yang Diharamkan Syariat

Pakaian yang Diharamkan Syariat 
April 21, 2008 oleh Admin Ulama Sunnah
Oleh: Asy Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin (dalam bentuk Khutbah Jum’at)
Segala puji milik Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kita dan keburukan perbuatan kita. Barangsiapa yang Allah beri hidayah, maka tidak ada yang mampu menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk padanya. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. hamba yang tidak boleh disembah dan rasul yang tidak boleh didustakan. Baginda menunaikan ibadah kepada Rabbnya dan telah menyampaikan risalah-Nya. Menyampaikan kemanfaatan kepada ummatnya dan berjihad fisabilillah dengan sebenar-benar jihad. Semoga shalawat Allah dan salam-Nya terlimpah untuknya, keluarganya dan para sahabatnya serta yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari pembalasan. Amma ba’du.
Bag I : Termasuk Kekuasaan dan Nikmat Allah 

Sungguh Allah telah berfirman :
يَا بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آَيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Wahai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu:- Pakaian untuk menutup auratmu dan- Pakaian indah untuk perhiasan. dan- Pakaian takwa itulah yang paling baik.yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.” ( Al A’raf : 26)
Ya, itulah termasuk dari tanda kekuasaan Allah, dimana Allah menjadikan jasad manusia itu telanjang, tanpa ditutupi bulu, rambut, wool dan tidak pula pakaian, supaya manusia tahu bahwa dirinya telanjang kecuali dengan memakai pakaian. Sehingga dengan hal itu dia senantiasa ingat bahwa dia memerlukan kepada pakaian yang lahir mahupun batin. Perlukan pakaian lahir untuk menutupi auratnya. Perlukan pakaian batin untuk menghapuskan kesalahan-kesalahannya.
Maka dalam ayat yang mulia ini, Allah menerangkan apa yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya, dimana Allah menurunkan untuk mereka tiga jenis pakaian. Dua jenis secara lahir (dapat dilihat) dan satu jenis batin.
Adapun dua jenis yang lahir, keduanya adalah pakaian yang bersifat dharurat yang dengannya manusia menutupi auratnya, yang dia kenakan kebadannya dan itu merupakan kewajiban. Dan pakaian yang kedua yang disebut Risy dikatakan juga riyasy iaitu pakaian keindahan dan perhiasan yang lebih dari sekadar pakaian dharurat.
Adapun jenis yang batin adalah pakaian taqwa iaitu taqwa kepada Allah dengan menjalani segenap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan pakaian jenis ini adalah lebih baik dari kedua jenis pakaian lahir tadi. Hal itu kerana ia menutupi aurat/aib manusia di dunia dan di akhirat.
                                            وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ …..(3)
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (At Thalaq : 2-3)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا (4) ذَلِكَ أَمْرُ اللَّهِ أَنْزَلَهُ إِلَيْكُمْ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا (5)
“Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, nescaya dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (At Thalaq : 4-5)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (29)
Wahai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami akan memberikan kepadamu Furqaan. dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al Anfal : 29)
Dan kerana pakaian bathin ini khusus bagi mukmin yang bertaqwa kepada Allah . Adapun pakaian lahir dengan kedua jenisnya sama-sama memilikinya antara orang mukmin dan kafir, orang baik dan orang jahat, orang fasik dan orang taat, bahkan terkadang orang kafir, orang jahat dan orang fasik diberi pakaian (yang lahir) yang tidak diberikan kepada orang yang beriman.
Wahai kaum muslimin
Sesungguhnya pakaian itu adalah perhiasan yang Allah keluarkan untuk para hamba-Nya dan Allah menghalalkannya bagi mereka dan Allah mengingkari orang yang mengharamkannya tanpa petunjuk dan dalil. Allah berfirman :
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (32)
Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang Telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang Mengetahui. (Al A’raf 32)
Wahai kaum muslimin
Sesungguhnya idhafah (penyandaran) kata ziinah (perhiasan) ini kepada (lafadzul jalalah) Allah dan pensifatannya bahwa Dialah yang mengeluarkan untuk hamba-Nya sungguh menjadi bukti yang terbesar bahwa bukan hak kita untuk kita membuat hukum sendiri mengenai penghalalannya atau pengharamannya, hanya saja hukumnya dikembalikan kepada Allah semata karena Dialah yang mengeluarkannya untuk para hamba-Nya dan bukan hak kita pula untuk menggunakan perhiasan ini sesuka hati kita, hanya saja kita menggunakannya sesuai sisi peraturan-Nya yang ditentukan atas kita tanpa kita melampui batas
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (229)
Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Al Baqarah : 229)
Dan Allah telah membuat peraturan dalam hal pakaian ini dan telah membatasi penggunaannya dari  jenis dan cara memakainya, dari sisi penghalalan dan pengharamannya, supaya kita dalam masalah pakaian ini tidak melampui batas yang tidak sepatutnya bagi kita.
Adapun yang halal. Maka halal adalah hukum asal didalam pakaian-pakaian ini, karena Allah berfirman :
Dialah yang menciptakan untuk kalian semua yang dimuka bumi
Maka siapapun orangnya mengharamkan sesuatu pakaian, maka kita katakan kepadanya tunjukkan dalilnya atas hal itu, kalau tidak ada maka pakaian itu termasuk apa yang diciptakan Allah untuk kita dan itu halal bagi kita sampai ada dalil yang melarangnya. Karena itu yang halal dari pakaian ini jauh lebih banyak dari pada yang diharamkan dan yang haram adalah sedikit dibandingkan dengannya karena pemberian Allah lebih luas dari larangan-Nya.
Tidaklah Allah melarang sesuatu kecuali berdasar hikmah yang mendalam yang menuntut untuk dilarang.
Wahai kaum muslimin ! …
Diantara pakaian yang diharamkan adalah pakaian yang sekarang telah terkenal dan tersebar iaitu pakaian yang ada gambar (makhluk bernyawa), kerana pernah Aisyah -Radhiyallahu’anha- membeli namruqah. Namruqah adalah bantal atau sarung bantal yang ada gambar-gambar (makhluk bernyawa), kemudian Nabi Shalallahu’alai wasallam datang, ketika baginda melihatnya baginda berdiri didepan pintu dan tidak mahu masuk. kata Aisyah : “Aku melihat ketidak senangan diwajah baginda”, maka aku katakan : “Wahai Rasulullah saya kembali kepada Allah dan rasulnya, apa salah saya ?”. Maka Rasulullah Shalallahu’alai wasallam bersabda : “Kenapa ada namruqah ini ?”, maka aku jawab : “Aku membelinya untukmu agar engkau pakai duduk diatasnya dan berbantalkan dengannya”. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya pembuat gambar ini diseksa pada hari kiamat dengan dikatakan kepada mereka hidupkanlah apa yang kamu ciptakan, kemudian baginda bersabda :
إن البيت الذي فيه الصور لا تدخله الملائكة
“Rumah yang ada gambarnya, maka malaikat tidak akan memasukinya. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Wahai kaum muslimin !…
Sesungguhnya hadits ini termasuk diantara hadits yang paling shahih yang datang dari Nabi Shalallahu’alai wasallam, dan kalian telah mendengarnya bahwa nabi Shalallahu’alai wasallam berdiri didepan pintu dan tidak mahu masuk kerana dirumah ada sarung bantal yang bergambar dan tampak ketidak sukaan itu pada raut wajah baginda Shalallahu’alai wasallam sehingga ummul mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha menyatakan taubat kerana apa yang dia lihat pada wajah Rasulullah Shalallahu’alai wasallam . 
Wahai kaum muslimin ! …
Kalau hal tersebut terjadi pada sarung bantal padahal sarung bantal itu terpisah dari tubuh maka bagaimana pandangan kalian tentang gambar yang ada pada pakaian-pakaian ? bagaimana pendapat kalian tentang gambar tersebut jika gambar itu adalah gambar seorang pemimpin kafir atau seorang pemimpin kejahatan atau gambar seorang fasik atau seorang kafir ? apa pendapat kalian apabila gambar ini ada pada pakaian kita , pakaian keluarga kita dan pakaian anak kita ?
Wahai kaum muslimin !…
Sungguh aku hairan akan matinya rasa cemburu kalian terhadap batasan ini sampai tidak membezakan antara yang merugikan dan yang bermanfaat, antara yang haram dan yang mubah. Aku sangat hairan bagaimana kita membiarkan hal ini semakin membesar dizaman yang sebentar ini. Dan kita – Alhamdulillah –Kitabullah (Al Qur’an) dan sunnah RasulNya Shalallahu’alai wasallam ada bersama kita dan bersama kita pula para ulama yang memfatwakan kepada kita hal tersebut. Dan menjelaskan kepada kita hukum Allah dan Rasul Nya
Maka aku katakan : Wahai kaum muslimin !…
Sungguh yang wajib bagi kita adalah memutus peredaran pakaian ini, hendaknya kita memutusnya dengan sesempurna mungkin dan untuk tidak membelinya satupun kerana jual belinya itu adalah haram, memakainya juga haram, merasa ridha dengannya adalah haram, mencatat jual belinya juga haram, Kerana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al Maidah : 2)
Dan Nabi Shalallahu’alai wasallam bersabda :Sesungguhnya jika Allah mengharamkan sesuatu maka juga mengharamkan harganya.
Wahai kaum muslimin,
Sesungguhnya musuh-musuh islam mendatangkan kepada kita hal-hal semacam ini, sungguh mereka mendatangkan kepada kita dengan peperangan di segala penjuru dan menyerang kita dari segala arah. Mereka meletakkan gambar-gambar ini pada pakaian sehingga disebahagian kain ada gambar haiwan yang besar mahupun yang kecil terkadang dengan warna-warni dan terkadang dengan menaruh potongan kain atau tenunan bergambar haiwan. Dan membuat hiasan yang berbentuk kupu-kupu atau ikan, singa dan ular dan lainnya yang bergambar binatang atau gambar laki-laki, gambar wanita. Semuanya ini diantara kita ada yang memakainya sehingga dia memilih supaya malaikat meninggalkan rumahnya meninggalkan dirinya. Musuh-mush kita telah banyak mempengaruhi kita dalam hal ini agar kita merendahkan perintah Allah dan Rasun-Nya dan agar kita melupakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan agar kita meremehkan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Sungguh aku katakan dan aku ulangi bahwa memakai gambar-gambar tersebut atau pakaian yang ada gambar-gambarnya adalah haram dan menjual belikannya adalah haram karena hal itu merupakan tolong menolong diatas dosa dan pelanggaran. Dan sunggub Allah Ta’ala telah berfirman : ……..
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (2)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Al Maidah : 2)
Dan sebagaimana tidak boleh seorang muslim memakai gambar atau apa yang bergambar. Dia juga tidak boleh memakaikannya pada bayi kecilnya baik laki-laki mahupun perempuan. Dan sungguh para ulama telah mengatakan diantaranya ulama hanabilah : diharamkan memakaikan pada anak kecil apa yang diharamkan atas orang dewasa.
Dan kesimpulan dari ini semua … wahai kaum muslimin :
Bila sekarang ini ada pada manusia sesuatu dari pakaian–pakaian tersebut atau berupa perhiasan yang ada padanya gambar binatang maka hendaklah dia memotong kepalanya adapun jika terdapat pada kain, jika berupa tenunan maka dengan membuangnya atau mencabut bahagian kepalanya. Dan bila berupa goresan-goresan dengan warna, maka berilah pada bahagian kepala warna yang akan menghapusnya.
Dalam shahih Muslim Abi Al Hayyaj al asady bahwa Ali bin Abi tholib berkata kepadanya : mahukah engkau aku utus seperti dulu Rasulullah Shalallahu’alai wasallam mengutusku : Jangan engkau biarkan satu patungpun kecuali engkau ratakan dan jangan engkau biarkan satu gambarpun kecuali engkau hapus. Dan jangan biarkan kubur yang ditinggikan kecuali engkau ratakan. 
Ini bila dinisbahkan kepada apa yang kita beli dan kita miliki, adapun yang tidak kita beli, maka solusi dari hal itu hendaklah kita putus peredarannya dengan sebenar-benarnya dan kita tidak membeli serta kita peringatkan saudara-saudara dan sahabat-sahabat kita dari membelinya. sehingga diketahui oleh orang-orang kafir yang mendatangkan barang-barang itu kepada kita atau orang-orang islam yang belum mengetahui. Bila mereka tahu bahwa hal itu telah diputus (diboikot) oleh kaum muslimin iaitu orang – orang yang takut kepada Allah dan bertaqwa kepadaNya, maka mereka tidak akan mendatangkannya setelah itu atau mereka tidak akan mendatangkannya kecuali dalam jumlah sedikit sehingga berhentilah perkaranya. Kita memohon kepada Allah agar menjaga kita dan kalian dari keburukan makhluk-Nya.
Akan tetapi telah terjadi bahwa pakaian-pakaian ini telah memenuhi pasar-pasar kita, lalu bagaimana tindakan kita ?!, Maka jawaban akan hal tersebut adalah kita katakan ; sebagaimana pakaian siap pakai memenuhi pasaran, segala puji milik Allah sungguh telah memenuhi pula pakaian-pakaian belum siap pakai yang memungkinkan seseorang membeli apa yang diinginkan berupa sepotong kain kemudian menyerahkannya kepada tukang jahit dan betapa banyak tukang jahit ada disekitar kita.
Wahai kaum muslimin,
Sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan sebuah penyakit kecuali pasti menurunkan ubatnya. Akan tetapi inti semua itu adalah pada jujurnya tekad, benarnya niat dan kuatnya iman. Dan pada keberanian dan pada mengalahkan nafsu yang memerintah kepada kejelekan. Maka barang siapa yang jiwa (nafsu) mutmainnahnya mampu mengalahkan nafsu “amarotumbissu’nya ” (yang memerintah kejelekan), sungguh dia selamat. Dan sebaliknya siapa yang nafsu amarotumbissu’nya mengalahkan nafsun mutmainnahnya sungguh celaka. Dengarkanlah firman Allah Ta’ala :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي
Wahai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho lagi diridhoi-Nya.Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,Masuklah ke dalam syurga-Ku.
Apakah kalian ingin termasuk orang yang diajak bicara dengan kalimat-kalimat dalam ayat ini ataukah ingin termasuk orang yang diajak bicara dengan selain itu. Tentu kalian tidak menginginkan kecuali menjadi orang yang diajak bicara dalam ayat ini :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28)
Wahai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho lagi diridhoi-Nya.
Wallahu a’alam.
Ayyuhal MuslimunTermasuk pakaian yang diharamkan yang khusus diharamkan bagi laki-laki adalah pakaian yang melebihi mata kaki baik seluar baju, musdah atau yang lainnya, berdasarkan sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam :
ما أسفل الكعبين من الإزار ففي النار . ‌
Apa-apa yang dibawah mata kaki dari kain penutup badan (seperti sarung) maka tempatnya di neraka. (HR. Al Bukhari)
Dan berkata Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma ;
ما قال رسول الله صلى الله عليه و سلم في الإزار فهو في القميص
“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak mengatakan pada sarung kecuali berlaku pada qamis ( baju )”
Maka tidak halal bagi laki-laki menurunkan sedikit saja dari pakaiannya dibawah mata kaki kerana Nabi mengancam hal itu dengan neraka. Dan tidaklah terancam dengan neraka kecuali atas perbuatan yang haram, bahkan tidak terancam dengan siksa neraka kecuali atas perkara yang merupakan dosa besar.
Sungguh sebagian manusia menyangka bahwa hadits ini bagi orang yang menurunkan pakaiannya karena huyala’ (sombong). Sementara khuyala’ adalah manakala seseorang menghayalkan dirinya berada pada kedudukan yang tinggi, merasa besar diri (angkuh) dan bangga diri (ujub). Aku katakan : sebagian orang menyangka bahwa hadits ini tentang orang yang menurunkan pakiannya kerana khuyala kerana Nabi Shalallahu’alaihi wasallam bersabda :
من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة . ‌
Barang siapa yang menurunkan bajunya kerana khuyala maka Allah tidak akan memandangnya di yaumul qiyamah. (HR. Ahmad. Dishahihkan As Syaikh Al Albani di Shahihul Jami’ no.hadits 6188)
Maka orang yang menyangka demikian membawa yang muthlaq (umum) tersebut kepada yang muqayyad (terbatas), namun sangkaan ini tidak benar (Dengan alasan. Pent):
PERTAMA : Bahwa Nabi Shalallahu’alaihi wasallam memisahkan/membezakan antara keduanya pada satu hadits yang diriwayatkan oleh Malik, Abu Daud, dan An Nasa’i dengan sanad yang shahih dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu’anhu berkata : Aku mendengar Nabi Shalallahu’alaihi wasallam bersabda :
ــ إزرة المؤمن إلى نصف الساق و لا جناح عليه فيما بينه و بين الكعبين ما كان أسفل من الكعبين فهو في النار من جر إزاره بطرا لم ينظر الله إليه يوم القيامة .
“Sarung seorang mukmin sampai setengah betis, dan tidaklah mengapa kalau diantara pertengahan betis dengan mata kakinya dan yang dibawah mata kaki maka dineraka. Dan barang siapa yang menjulurkan sarungnya kerana sombong maka Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat.” ( Hadits Shahih lihat Shahih Al Jami’ no hadits 921)
Maka pada hadits tersebut Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam membagi pakaian menjadi 4 macam :
Pertama : Sampai pertengahan betis dan ini adalah sarungnya seorang mukmin (yang afdhol. Pent.)
Kedua : Boleh, iaitu diantara tengah betis dengan mata kaki, maka ini boleh. Dan ini termasuk amalan shahabat radhiyallahu ‘ahum, sebagaimana Abu Bakar radhiyallahu’anhu berkata : salah satu ujung sarungku tergurai sehingga aku senantiasa menjaganya. Ini menunjukkan bahwa sarungnya Abu Bakar dibawah tengah betis yakni turun dari itu kerana  kalau tidak seperti itu niscaya apabila (turun sampai) menyetuh tanah pasti akan terbuka auratnya, dan hal ini adalah suatu yang mustahil.
Ketiga : Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda :
ما كان أسفل من الكعبين فهو في النار
Kain yang dibawah mata kaki maka dineraka.” (HR. Al Bukhari)
Keempat : Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda :
من جر إزاره بطرا لم ينظر الله إليه يوم القيامة
Dan barang siapa yang menjulurkan sarungnya kerana sombong maka Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat”
Maka Nabi Shalallahu’alaihi wasallam membezakan antara dua bagian ini. Membezakan keduanya dengan adanya dua bentuk ancaman (yang berbeza sebagaimana tersebut diatas. Pent.)
Adapun KEDUA : bahwasannya ancaman pada dua hadits ini berbeza dan sebabnya berbeza adalah- ancaman bagi yang menjulurkan sarungnya dengan khuyala (sombong) bahwa Allah tidak akan melihatnya,- sedangkan ancaman bagi yang menurunkannya melebihi mata kaki adalah ia di neraka, maka siksaan pada perkara ini adalah merupakan juz’iyyah (satu bahagian) sedangkan hukuman bagi yangpertama iaitu Allah tidak akan melihatnya, ini adalah lebih besar dari siksa bagian dari tubuhnya dengan neraka.
Adapun sebabnya berbeza juga yang satu menurunkannya dibawah mata kaki sedangkan yang kedua menjulurkannya dengan khuyala’ dan ini lebih besar (dosanya) oleh kerana itu siksanya lebih besar. Sungguh ulama ushul fiqih berkata :
انه إذا اختلف السبب و الحكم في الدليلين لا يحمل أحدهما على الأخر
Jika berbeza sebab dan hukum pada dua dalil maka yang satu tidak dibawa kepada pengertian yang lainnya. (ertinya harus pula dibedakan penetapan hukum dari masing-masingnya. Pent.)
Atas dasar ini maka tidak halal bagi laki-laki untuk menurunkan sedikitpun dari pakaiannya dibawah mata kaki, baik berupa celana atau baju atau misdah ataupun yang lainnya. Jika ia melakukannya maka balasannya akan diadzab bagian yang turun itu dengan neraka.
Dan juga tidak halal sedikitpun baginya untuk menjulurkan pakaiannya dengan Khuyala’ (sombong), jika ia lakukan maka balasannya adalah Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat. Bahkan dishahih Muslim dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shalallahu’alaihi wasallam bersabda :
ــ ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة و لا ينظر إليهم و لا يزكيهم و لهم عذاب أليم :
“Ada tiga golongan yang Allah tidak mengajak mereka bicara di hari kiamat, dan tidak mahu melihat mereka dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih”.(baginda shalallahu’alaihi wassallam mengulangnya tiga kali, kerana merupakan permasalahan besar dan agar berhati-hati orang yang mendengarnya)
Maka berkatalah Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu : sungguh celaka dan merugi mereka ini, siapakah mereka wahai Rasulullah ? jawab baginda :
المسبل إزاره و المنان الذي لا يعطي شيئا إلا منه و المنفق سلعته بالحلف الكاذب . ‌
Musbil sarungnya (laki-laki yang menjulurkan kainnya sampai dibawah mata kaki), Al mannan yaitu orang yang tidak memberi sesuatu kecuali menyebut nyebut pemberian itu dan orang yang menawarkan barang dagangannya dengan sumpah palsu. (HR. Muslim dan Ahmad. Dishahihkan Syaikh Al Albany di Shahih Al Jami’ no.hadits 3067)
Ada seorang pemuda dari anshor masuk menemui Umar Ibnul Khatthab – Radhiyallahu’anhu – memujinya dihadapan manusia pada hari dia ditusuk, ketika pemuda itu hendak pergi ternyata sarungya menyentuh tanah, maka Umar berkata : panggil kembali pemuda itu maka mereka memanggilnya kembali menghadap Umar. Beliau berkata : wahai anak saudaraku naikkan pakaianmu, kerana hal itu akan membuat pakaianmu lebih kemas dan lebih bertaqwa kepada Rabbmu. Sungguh baik sekali ucapan Umar Ibnul Khattab – radhiyallahu’anhu-.
Disini beliau menyebutkan dua faedah besar dalam hal menaikkan pakaian :
Pertama : pakaian menjadi kemas kerana bahagian bawahnya tidak mengenai tanah
Kedua : bertaqwa kepada Allah Azza wa jalla
,وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
Pakaian takwa itulah yang paling baik. ( Al A’raf : 26)
Kadang orang awam berkata : saya tidak peduli bahagian bawah pakaian saya menyentuh tanah. Maka jawabannya kita katakan : jika kamu tak peduli hal itu maka apakah kamu juga tidak peduli jika kamu menyepelekan taqwa kepada Allah Ta’ala dan kamu pergunakan nikmat-Nya untuk memaksiati-Nya. Sehingga berubahlah nikmat yang kamu peroleh menjadi adzab dan kesenangan menjadi kepedihan.
Wahai kaum muslimin, bertaqwalah kalian kepada Allah. Pergunakan nikmat-Nya untuk taat kepada-Nya dan jagalah aturan syareat-Nya dan tegakkan kewajiban-kewajiban dan beribadahlah kepada Nya dengan sebenar-benar ibadah.
Ketahuilah bahwa kalian nanti akan menemui-Nya dan bergembiralah orang-orang mukmin.
Demikianlah perkataanku aku mohon ampunan untukku dan untuk kalian serta seluruh kaum muslimin dari dosa-dosa. Dan mintalah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penyayang.
(Ditranskrip dari Video CD Khutbah Jum’at Terbitan Tasjilat Al Ilmi Yogyakarta. Penterjemah : Muh. Shaghir. Editor : Al-Ustadz Muhammad Rifa’i)
Sumber: http://darussalaf.org/stories.php?id=612      

No comments:

Post a Comment