Pages

Friday, December 7, 2012

Janganlah kalian duduk dengan orang-orang yang berpegang pada rasional mereka..

‘Umar bin al-Khattab radyAllahu’anhu berkata:

“..Janganlah kalian duduk dengan orang-orang yang berpegang pada rasional mereka[1]. Kerana sesungguhya mereka itu musuh-musuh Sunnah Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam[2], mereka tidak mampu menghafal (memerlihara) as-Sunnah, mereka lupa (dalam sebuah riwayat, mereka diserang) hadith-hadith Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka pun tidak mampu untuk memahaminya[3], mereka ditanya tentang hal yang tidak mereka ketahui lalu merasa malu untuk mengatakan, “Kami tidak tahu” sehingga mereka berfatwa dengan rasional mereka[4], maka mereka tersesat dari jalan yang lurus dan bahkan menyesatkan banyak orang[5]. Sesungguhnya Nabimu tidaklah wafat kecuali setelah Allah azza wajalla mencukupi dengan wahyu dan menjauhkan rasional[6]. Dan seandainya rasional lebih utama daripada Sunnah, niscaya mengusap bahagian bawah kedua sepatu (khuf) lebih utama daripada mengusap bahagian atasnya[7]..”

(Atsar Sahih al-Laalikai dalam Syarh Ushoolil I’tiqad no.201)
Kemudian aku menambah penjelasan agar manfaat:

  • [1] Terdapat larangan berduduk dengan ahlul bid'ah dan ini sangat masyhur di kalangan pelajar yang istiqamah atas manhaj Ahlus Sunnah serta tidak muwazanah dengan ahlul bid'ah. Kemudian yang dimaksudkan d
    i sini adalah ahli ra'yi (akal-akalan) dan merupakan larangan daripada Khalifah Umar radyallahu'anhu dimana berdasarkan hadith Irbad bin Sariyah, kaum muslimin harus mengambil perhatian larangan ini.
    "..Barangsiapa diantara kalian yang hidup setelah peninggalanku, dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib bagimu untuk berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah Khulafa’ Rasyidin yang diberi hidayah dan juga mereka berada diatas petunjuk, berpegang teguhlah padanya dan gigitlah dengan gigi gerhammu, serta jauhilah berbagai perkara baru (dalam agama) kerana sesungguhnya setiap hal yang baru (dalam agama) adalah bid’ah..”
    (Tirmidzi no.2676-sahih)

    [2] Ketahuilah-semoga Allah merahmati kalian-bahawa musuh Islam adalah golongan kuffar yang berada di luar Islam dan di dalam Islam adalah golongan munafiqun dan ahlul bid'ah yang menentang agama Allah azza wajalla.

    [3] Di dalam sebuah hadith sahih, Nabi salallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
    "..Barangsiapa yang dipilih Allah azza wajalla kebaikan buatnya maka akan diberikan kefahaman terhadap agamanya.."
    kemudian hadith berikutnya yang masyhur sahih:
    "..Semoga Allah memberi kebaikan kepada orang yang mendengarkan perkataanku kemudian dia menghafalnya, lalu menyampaikannya sebagaimana yang dia dengarkan. Bisa jadi orang yang membawa fiqh bukanlah seorang faqih, dan bisa jadi orang yang membawa fiqh ini membawanya kepada orang yang lebih faqih daripada dirinya.."
     
    Maka dapat difahami bahwa sebahagian manusia merasakan berat bagi mereka mambaca atau menghafal hujjah dan kemungkinan mereka yang berlandaskan rasional mereka tidak memahami hujjah tersebut kerana kefahaman merupakan kurnia daripada Allah azza wajalla dan tidak kesemua orang yang diangkat derajatnya di sisi-Nya sebagai ahli dzikir (ahli ilmu).

    [4] Merupakan sikap amanah para ulama' apabila menghadapi sesuatu soalan yang mereka tidak mengetahui atau ragu akan hadith yang mereka miliki dan mungkin disebabkan fitnah kebohongan kaum rafidhah dan munafiq pada zamannya mahupun kekhawatiran berdusta terhadap agama Allah azza wajalla, mereka akan mengatakan "Allahu'alam" atau "Aku tidak tahu". Malah Nabi salallahu 'alaihi wa sallam serta Malaikat Jibril 'alaihi sallam menyebutkan "Aku tidak tahu" kerana belum datang wahyu kepada mereka (Lihat Shifah Al-Fatwa wa Al-Mufti wa Al-Mustafti hlm 9).
     
    Allah azza wajalla berfirman:
    "..Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung..”
    (6:116)
    Al-Barra mengatakan, “..Aku melihat tiga ratus pengikut perang Badar, tidak seorang pun diantara mereka melainkan ingin bila sahabatnya yang menjadi ahli fatwa, bukan dirinya..”
    (Lihat Afatul ‘Ilm oleh Abu Abdillah Muhammad Ruslan)

    [5] Orang-orang yang sesat daripada jalan Tuhannya kerana meninggalkan manhaj Salafus Soleh disebutkan di dalam surah an-Nisa’ ayat 115:
    “..Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali..”
    (4:115)
    Bahkan dengan mereka memalingkan wajah mereka daripada al-Qur’an dan as-Sunnah maka kesesatan mereka dipimpin oleh syaithan la’natullah dan mereka merasakan mereka telah mendapat petunjuk:
    “..Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk..”
    (43:36-37)
    Kemudian mereka yang mendapatkan sijil untuk menjadi tokoh dalam bicara terhadap agama sedangkan mereka meninggalkan manhaj Ahlus Sunnah dengan akal mereka dan prinsip dasar yang baru mereka ciptakan dengan hawa nafsu mereka, tidak mereka sedari terhadap mereka hadith berikut:
    “..Diantara tanda-tanda dekatnya hari kiamat, diambilnya ilmu daripada asoghir (ahli bid’ah)..”
    (Kitab az-Zuhud oleh Ibn Mubarak)
    Kemudian hadith berikutnya:
    “..Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh yang apabila ditanya mereka akan memberikan fatwa tanpa didasarkan ilmu lalu mereka pun sesat serta menyesatkan..”
    (Shahih Muslim No.4828)

    [6] Berdasarkan ayat al-Qur’an:
    "..Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..”
    (5:3)
    Dan di dalam hadith nabi salallahu ‘alaihi wa sallam:
    “..Aku tinggalkan kalian dalam suasana terang benderang. Malamnya seperti siang. Tidak ada yang tergelincir setelahku kecuali orang yang celaka..”
    (Ibnu Majah no.43)

    [7] Yaitu menegaskan bahawa agama Islam adalah isttiba’ bukan rasional. Lihatlah sikap para sabahat radyallahu’anhum ajma’in yang termaktub di dalam al-Qur’an:
    “..Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung..”
    (24:51)
    Berkata ‘Abdullah Ibn Mas’ud dalam menjelaskan sikap kaum muslimin terhadap perintah daripada Allah dan Rasul-Nya:
    “..Ikutilah dan janganlah mengada-adakan kerana sesungguhnya (ajaran syari’at yang ada) telah mencukupi kalian, hendaklah kalian berpegang pada tuntutan agama yang (ada sejak) dulu kala..”
    (al-Laalikai dalam Syarh Ushoolil I’tiqad no.126)

    Allahu'alam
    Abu Mu'adz

No comments:

Post a Comment