Pages

Friday, December 7, 2012

PERBAIKILAH QALBUMU WAHAI SAUDARAKU SALAFIY

 
 
PERBAIKILAH QALBUMU WAHAI SAUDARAKU SALAFIY



Oleh: Syaikh Abu Nasr Muhammad Bin Abdullah Al Imam Ar Raimy Hafizullah

Segala puji bagi Allah dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang haq kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, semoga sholawat dan salam senantiasa Allah curahkan kepadanya, kepada keluarganya dan para sahabatnya.

Semoga Allah menerima kebaikan ayahanda kami Al ‘Allaamah Syaikh Robi’ Al Madkholiy atas naiehat yang telah beliau sampaikan, yang nasihat tersebut menunjukkan semangat besar beliau atas kaum muslimin secara umum dan atas saudara-saudara beliau para ahlussunnah secara khusus. Dalam nasihat ini, beliau telah mengingatkan kita dengan nasihat ayahanda dan syaikh kita Al ‘Allaamah Al Waadi`iy semoga Allah merahmati beliau. Beliau dahulu seringkali berwasiat dengan keikhlasan untuk Allah. Beliau pernah berkata:

“Sesungguhnya kita lebih mengkhawatirkan (perlakuan buruk) dari diri kita sendiri terhadap dakwah ini, daripada (perlakuan buruk) orang lain terhadapnya”.

Maka wasiat-wasiat ahlul ilmi dan nasihat-nasihat mereka, haruslah senantiasa dijadikan pelajaran, diterima, dicamkan sungguh-sungguh dan dilaksanakan. Maka perkataan Syaikh kita Al Waadi’iy -semoga Allah merahmati beliau-:

“Sesungguhnya kita lebih mengkhawatirkan (perlakuan buruk) dari diri kita sendiri”

Ini adalah perkara penting. Iaitu agar kita semua tahu bahwa kesalahan-kesalahan kita dan pelanggaran-pelanggaran kita lebih membahayakan dakwah kita daripada apa yang diperbuat oleh para lawan terhadapnya di sekian banyak kesempatan.

Kalau pelanggaran-pelanggaran ini dipertahankan oleh para pelakunya secara bersikukuh, dengan memberikan sanggahan dan melontarkan bantahan.

Maka wahai para ikhwah, aku ajak diriku dan saudara-saudaraku -semoga Allah menjaga mereka- untuk memberi perhatian terhadap perbaikan qalbu-qalbu kita.

Modal kita adalah qalbu-qalbu kita. Kalau baik qalbu-qalbu ini, maka bergembiralah. Dan hendaknya kita meneladani orang-orang yang paling baik dan paling mulia setelah para Nabi dan Rasul, iaitu para Sahabat rodhiyallaahu’anhum. Para Sahabat, qalbu-qalbu mereka dipenuhi kebaikan. Sehingga ketika turun firman Allah:

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, nescaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu…” (Q.S.2:284)

Mereka langsung menemui Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam dan berlutut serta berkata: “Wahai Rasulullah, telah Allah turunkan ayat ini kepadamu, maka kami tidak dapat menyanggupinya!”

Padahal dalam ayat itu tidak ada amalan-amalan zohir! Di dalamnya tidak ada kewajiban-kewajiban baru untuk amalan-amalan zohir. Dalam ayat itu hanya diterangkan bahwa Allah akan menghisab para hamba atas apa yang ada dalam qalbu mereka. Allah akan menghisab mereka atas apa yang terdapat dalam qalbu mereka.

Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, kami diperintah untuk berjihad, maka kami berjihad. Kami diperintah untuk bershodaqoh, maka kami bershodaqoh. Kami diperintah untuk berhijrah, maka kami berhijrah. Akan tetapi kami tidak dapat menyanggupi ayat ini.

Ini adalah salah satu tanda kefaqihan mereka, kejujuran mereka dan keikhlasan mereka, iaitu mereka ingin qalbu-qalbu mereka diridhoi oleh Allah.

Maka Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam berkata: “Apakah kalian hendak mengatakan seperti yang dikatakan oleh Orang-orang Yahudi dan Nasrani: (kami mendengar dan kami bangkang). Katakanlah: (kami mendengar dan kami taati)”.

Mereka pun berkata: “Kami dengar dan kami taati”. Maka Allah menurunkan ayat “Rasul telah beriman.. (hingga akhir ayat)” (Q.S.2:285). Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim.

Poinnya adalah bahwa para Sahabat senantiasa khawatir atas kejahatan-kejahatan qalbu, kerosakan-kerosakan qalbu dan penyakit-penyakitnya.

Siapakah orang yang selamat qalbunya?

Ketika turun firman Allah:

“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai . Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema’afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.” (Q.S.3:152)

Ibnu Mas’ud berkata: “Demi Allah, aku tidak pernah tahu bahwa ada seseorang yang menginginkan dunia sampai turunnya ayat ini”. Kerana mereka berjihad di jalan Allah. Orang-orang Muhajirin dan Anshor rodhiyallaahu’anhum:

Orang-orang Muhajirin: mereka telah meninggalkan tanah kelahiran, sahabat, anak-anak, harta benda, dan mereka berhijrah demi Allah dan Rasul-Nya shollallaahu’alayhiwasallam.

Orang-orang Anshor: mereka telah membela Allah dan membela Rasul-Nya, mereka mengerahkan harta benda mereka, mempersiapkan diri dan bersemangat untuk berjihad, berdakwah, mengajar dan sebagainya. Lalu turun ayat ini:

“..Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat..” (Q.S.3:152)

Maksudnya adalah bahwa asal kesalahan yang terjadi itu adalah sikap menginginkan dunia. Dan yang dimaksud dengan “menghendaki dunia” di sini adalah “ghonimah” (harta rampasan perang). Yang dimaksud dengan “menghendaki dunia” bukan menghendaki dunia secara terus menerus seperti yang sedang terjadi saat ini!

Kalau kita periksa qalbu-qalbu kita, apa yang akan kita temukan?!!

Apa yang akan kita temukan di dalamnya?!!

Dari hal-hal yang kalau kita paparkan dalil-dalil tentang hal-hal tersebut, maka kita akan tahu bahwa qalbu-qalbu kita perlu diselamatkan! Perlu diperbaiki! Perlu diperiksa ada apa di dalamnya!

Berkata Al ‘Allaamah Ibnul Jawziy -semoga Allah merahmatinya-: Orang yang terjatuh di jalan itu tidak lain adalah orang yang belum mengikhlaskan amalnya untuk Allah”.

Engkau lihat salah seorang dari kita, ada yang telah menempuh jarak sedemikian jauh dalam kebaikan, ia selalu bersegera kepada kebaikan, bersemangat di dalamnya dan giat terhadapnya, namun setelah itu engkau melihat kemunduran dan kelalaian padanya yang membuatmu merasa aneh! Padahal kita tahu bahwa setiapkali seseorang berusaha melaksanakan ketaatan, Allah akan mengganjarnya dengan semakin besarnya kecintaannya, pengagungannya dan ketekunannya serta kekonsistenannya atas kebaikan tersebut. Kita baca firman Allah:

“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka” (Q.S.47:17)

Maka melaksanakan suatu ibadah dan ketaatan merupakan bagian dari petunjuk yang akan Allah tambahkan petunjuk-Nya kepada orang yang taat. Akan tetapi sebagaimana yang telah kalian dengar, perhatian kita untuk memperbaiki qalbu adalah suatu perkara yang sangat penting.Jangan kau tanyakan perihal qalbumu kecuali kepada dirimu sendiri.

Lihatlah, di manakah engkau?

Lihatlah, di manakah engkau?

Oleh kerana itu, telah datang suatu riwayat di dalam Shahih Bukhori dan Muslim, dari hadis Abu Huroiroh, bahwa Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda:

“Ada salah seorang nabi yang berperang. Lalu ia berkata kepada kaumnya: “Jangan ikut aku orang yang sudah beristeri dan ingin bermalam bersamanya tapi belum bermalam dengannya sampai sekarang, dan orang yang telah membangun rumah namun belum memasang atapnya, dan orang yang telah membeli kambing atau ternakan betina yang sedang hamil dan dia sedang menunggu ternaknya itu beranak..” al hadis.

Nabi ini tidak menerima orang yang di hatinya ada keterpautan dengan perkara-perkara dunia kerana ditakutkan dengan sebab kesibukannya dan keterpautan hatinya atas perkara-perkara itu, ia menjadi tidak ikhlas kepada Allah dan tidak bersungguh-sungguh serta tidak sabar berjihad di jalan Allah, dan akan selalu menunggu-nunggu bila ia akan pulang kembali kepada perkara-perkara duniawinya itu!

Maka salah satu sebab penyakit hati adalah cinta dunia, cinta dunia. Maka wahai saudara-saudaraku, (cinta dunia itu) adalah salah satu malapetaka dan penyakit berbahaya.

Masing-masing kita memiliki naluri, kita telah dijadikan dan diciptakan dalam keadaan cenderung kepada cinta dunia. Dan tidak ada orang yang bisa menghindari ini dan bisa selamat kecuali sebesar usahanya memperbaiki qalbunya dan memerangi nafsunya, dan dengan melihat di manakah ia dalam memperbaiki qalbunya?

Di manakah ia dalam memperbaiki qalbunya?

Kalau qalbu ini tidak dipenuhi dengan kebaikan, dengan takut kepada Allah, dengan ikhlas kepada Allah dan bersungguh-sungguh bersama Allah, ia akan dipenuhi dengan fitnah dan penyakit.

Berkata Ibnul Jawziy -semoga Allah merahmatinya-: “Azh Zhulmu (kezoliman) itu dinamai dengan zhulmun, kerana ia dari zhulmatul qolbi (kegelapan qalbu). Kerana qalbu yang terang itu tidak akan menerima kegelapan. Dan kalau ia tidak terang, ia menjadi gelap dan darinyalah kezoliman itu datang”.

Maka qalbu itu memerlukan cahaya, makanan, kesembuhan dan itulah makanannya yang telah Allah pilihkan dan telah Ia turunkan sebagai rahmat dari-Nya kepada kita dan sebagai inayah untuk memberi kita hidayah dan tawfiq.

Cahaya qalbu, makanannya, kesembuhannya dan ubatnya terdapat dalam Al Quran Al Karim dan As Sunnah Al Muthohharoh.

Apakah kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu?!! Ilmu syar’iy?!!Ilmu itu adalah cahaya yang lebih terang dari cahaya matahari dan bulan. Maka janganlah kita menyia-nyiakan diri kita dan hidup tanpa disibukan dengan belajar, tanpa halqoh ilmu, tanpa berinteraksi dengan Al Quran.Belajar, mengajar, mengkaji, memberi nasihat kepada orang banyak, berdakwah dan mengajak kepada Allah ‘azza wa jalla. Kalau tugas kita tidak sedemikian, dengan sungguh-sungguh, tekad yang kuat, kesabaran dan kerelaan serta kesedaran, maka kita akan hancur dan hancurlah dakwah kita serta hancurlah ukhuwah kita.

Berkata Syaikh kita Al Waadi’iy: “Ahlus Sunnah itu banyak, namun mereka bertaburan. Mereka tidak saling mencari dan tidak saling berkenalan!”Ini adalah salah satu dari sejumlah kesalahan dan kelalaian yang ada pada kita.

Oleh kerana itu wahai ikhwah sekalian, pembicaraan ini boleh melebar ke mana-mana. Maka singkatnya: nasihat ayahanda kita Syaikh Robi’ semoga Allah menjaganya: ikhlas kepada Allah. Dan betapa indahnya apa yang beliau katakan itu. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Dan demikian pulalah hendaknya orang-orang yang tulus itu memberikan nasihatnya.Berpegang teguh dengan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya shollallaahu’alayhiwasallam. Ini merupakan -sebagaimana yang kalian ketahui- sebuah prinsip agung yang tidak ada yang dapat melaksanakannya kecuali Ahlus Sunnah.

Adapun selain Ahlus Sunnah, maka mereka adalah orang-orang yang berusaha untuk menghancurkan prinsip ini sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad -semoga Allah merahmatinya-:

 “Para ahli bid’ah itu berselisih pendapat, menyelisihi Al Quran dan bersepakat untuk menyelisihi Al Quran”.

Berpegang teguh dengan Al Kitab dan As Sunnah itu tidak akan diwujudkan kecuali oleh orang yang meridhoi Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad shollallahu’alayhiwasallam sebagai Rasul dan Nabinya ‘alayhishsholaatuwassallaam.

Barangsiapa yang menghendaki Allah dan tidak menginginkan dunia, dan barangsiapa yang mengasihi hamba-hamba Allah, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah semoga Allah merahmatinya: “Ahlus Sunnah itu golongan yang paling memahami kebenaran dan yang paling mengasihi orang banyak”,

Maka rasa kasih itu akan datang ketika kita belajar, berbekal dengan ilmu, dan berupaya memberikan nasihat dan bimbingan kepada ummat. Umat ini dan orang banyak sedang memerlukan nasihat dan pengajaran. Dan sebagaimana yang kalian ketahui, baarokallaahu fiikum, bahwa dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Dakwah Salafiyyah, telah Allah jadikan bermanfaat untuk orang banyak di timur mahupun di barat. Dan bahwa ia pada masa sekarang ini, telah tumbuh dari negeri ini (Saudi), dan semoga Allah menjadikan negeri ini bermanfaat untuk orang banyak di timur ataupun di barat.

Oleh kerana itu aku nasihatkan kepada para ulama dan para da’i -walaupun aku sebenarnya adalah orang yang paling memerlukan nasihat, tapi tidak ada halangan untuk kami ingatkan- maka aku nasihatkan kepada para ulama di negeri ini, aku maksudkan para ulama Ahlus Sunnah, dan kepada para da’i serta para penuntut ilmu untuk terus melanjutkan penyebaran dakwah yang dengannya Allah telah memuliakan kalian, sebagai dakwah yang murni dan bersih. Bukan hizbiyyah, bukan fahaman ketimuran, bukan fahaman kebaratan, dan juga bukan bid’ah.

Akan tetapi berpegang teguh dengan Al Kitab dan As Sunnah. Dan tanpa mengoyak, tanpa mengganti, tanpa mengubah. Akan tetapi dengan ittiba’, berpegang teguh dan meneladani serta berpegang erat dengan minhaj nubuwwah.

Kita mohonkan kepada Allah dengan karunia dan kemurahan-Nya, agar Ia menambahkan hidayah, ketakwaan kepada kita, dan agar Ia memperbaiki qalbu-qalbu kita serta agar Ia senantiasa menjaga ukhuwah kita dalam agama ini. Dan tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Allah Tuhan semesta alam.

Diterjemahkan oleh Abu Abdil Halim Zulkarnain dari tautan: http://www.sh-emam.com/play-441.html

URL Sumber : http://darussunnah.or.id/

by Abu Muhammad Al Badr  December 1, 2012

~

No comments:

Post a Comment