Penulis: Dr. Muhammad Az-Zahrani
($9)
Sekilas buku:
($9)
Sekilas buku:
Para sahabat mengambil as-Sunnah langsung dari Rasulullah Shalallahu
alaihi wassalam; sebagaimana yang dilakukan Umar Radhiallahu Anhu
misalnya, atau melazimi Rasulullah dengan tinggal di masjid sebagaimana
Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, atau bertanya kepada pihak ketiga yang
berinteraksi langsung dengan beliau seperti kepada Ummahatul Mukminin.
Pada generasi pertama ini, setiap kabilah acap kali mengirim utusan
untuk menimba ilmu dari Nabi SAW. Dan mereka menjaga as-Sunnah dengan
metode hafalan.
Intinya mereka menerima hadits yang masih genuine lalu
disampaikan secara jujur dengan berpegang teguh pada prinsip hadits,
Barangsiapa yang menyampaikan satu hadits dariku, yang mana dia sendiri
menduga bahwa itu adalah kebohongan, maka dia sendiri adalah salah
seorang pembohong. (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi).
Pada masa berikutnya,
para tabi'in berusaha mengikuti langkah para sahabat, tetapi karena
banyaknya kendala; seperti wafatnya para sahabat senior, dan tersebarnya
para ulama di berbagai daerah yang jauh, serta fitnah dari musuh-musuh
Islam, menjadikan as-Sunnah mulai tercampur dengan bualan dusta,
sehingga perlu dipilah mana yang shahih dari yang dhaif. Sebagian
tabi'in mulai berpikir untuk membukukan as-Sunnah.
Inilah generasi
perintis kodifikasi Sunnah. Yang berperan sentral sebagai pencetus
pertama kodifikasi hadits adalah Umar bin Abdul Aziz (W. 101) dan Ibnu
Syihab az-Zuhri (W. 124). Keduanya memprakarsai kodifikasi hadits secara
luas.
Pada abad kedua semakin maju dari segi metodologi dan tema.
Generasi ini memulainya dengan mengkodifikasi ilmu rijal, di mana mereka
telah menulis tentang sejarah perawi hadits, seperti al-Laits bin Sa'ad
(W. 175 H), Ibnu al-Mubarak (W. 181 H), Dhamrah bin Rabi'ah (W. 202 H),
al-Fadhl bin Dukain (W. 218 H) dan lainnya.
Karya-karya ulama pada abad
kedua ini memiliki beberapa bentuk; Muwaththa`, Mushannaf, Jami' atau
Sunan, dan sebagiannya memiliki tema khusus seperti jihad, zuhud,
peperangan Rasulullah SAW, sirah, dan lain-lain.
Tantangan pada abad
ketiga semakin berat dengan munculnya kelompok Zindik, Jahmiyah,
Mu'tazilah, dan lainnya. Tetapi usaha para ulama dalam menyempurnakan
kodifikasi as-Sunnah semakin keras pula, sehingga masa ini disebut masa
keemasan perkembangan ilmu Islam dan hadits.
Pada masa ini pula
bermunculan banyak penghafal hadits yang hebat dan ulama yang kritikus
(naqid), seperti; Ahmad bin Hanbal (W. 241 H), Ishaq bin Rahawaih (W.
238 H), Ali bin al-Madini (W. 234 H), Yahya bin Ma'in (W. 233 H),
al-Bukhari (W. 256 H), Muslim bin al-Hajjaj (W. 261 H), Abu Zur'ah
ar-Razi (W. 264 H), Abu Hatim ar-Razi (W. 277), Utsman bin Sa'id
ad-Darimi (W. 209 H), dan lainnya, yang telah menyusun ilmu hadits
secara umum dan ilmu jarh dan ta'dil (kritik hadits) secara khusus.
Buku
ini lebih dari sekedar pembukuan Hadits, di dalamnya tergambar napak
tilas para ahli hadits dalam mencari hadits, biografi para ulama penulis
hadits dan perjalanan kodifikasi hadits, silsilah asal muasal karya
tulis; matan, syarh, hamisy, ta'liq, takhrij.
Metodologi dan cara
penulisannya pun dijabarkan dengan jelas dan mudah. Sangat bagus sebagai
panduan bagi para pencinta ilmu khususnya, dan kaum Muslimin umumnya.
264+ Hal.
264+ Hal.
~
No comments:
Post a Comment