Sedikit pun janganlah meremehkan kalimat yang baik. Kalimat berisi motivasi, nasihat, saran dan masukan sangat bermanfaat bagi semua para penuntut ilmu. Pengaruh semua itu begitu besar pada jiwa mereka. Dengan beberapa contoh berikut, kita akan benar-benar mengetahui pengaruh positifnya.
1). Siapa yang tidak kenal Shahih al-Bukhari, sebuah kitab paling sahih setelah al-Qur’an karya Imam al-Bukhari rahimahullah. Tahukah anda apa sebab yang mendorong beliau menulis kitab tersebut? Sebabnya adalah sebuah kalimat dari gurunya Ishaq bin Rohuwiyah rahimahullah yang ia dengar di dalam majelis ilmu, sebuah kalimat yang masuk ke telinga al-Bukhari dan meresap ke dalam dadanya, di majelis itu Ishaq berkata:
لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ يَجْمَعُ كِتَاباً فِيْمَا صَحَّ مِنْ سُنَّةِ الرَّسُوْلِ صلى الله عليه وسلم
“Seandainya saja ada dari kalian yang menghimpun hadis-hadis sahih dari sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah kitab.”Oleh sebuah kalimat ini, al-Bukhari berazam untuk merealisasikan ucapan gurunya tersebut, sehingga terwujudkanlah apa yang diharapkan oleh gurunya. Sebagai bukti, kitab Shahih al-Bukhari yang dengan mudah dapat kita temui di masjid-masjid, toko buku, atau rumah para penuntut ilmu.
2). Hal seperti ini juga terjadi pada Imam adz-Dzahabi rahimahullah, pemilik sebuah karya fenomenal Siyar A’lam an-Nubala’ yang berisi biografi para ulama sejak zaman para sahabat hingga masa beliau. Sebab yang mendorong beliau mendalami ilmu agama adalah sebuah kalimat pendek berisi pujian ringan yang tidak berlebihan, yang dilontarkan oleh al-Barzali rahimahullah ketika melihat khot(tulisan)-nya, ia berkata:
إِنَّ خَطَّكَ هَذَا يُشْبِهُ خَطَّ الْمُحَدِّثِيْنَ
“Sungguh, tulisanmu itu seperti tulisan para ulama hadis.”Mendengar kalimat pendek tersebut adz-Dzahabi berbagi cerita:
فَحَبَّبَ اللَّهُ إِلَيَّ عِلْمَ الْحَدِيْثِ
“Ternyata Allah memberikan kecintaan kepadaku terhadap ilmu hadis.”Sehingga, sebagaimana kita perhatikan, adz-Dzahabi bak gunung besar yang subur dengan karya dan tulisan.
3). Kisah ketiga, sebagaimana yang dikisahkan oleh Muhammad bin Nashr dalam kitab Mukhtashar Qiyam al-Lail, bahwasanya Shilah bin Usyaim rahimahullah dahulu sering mondar-mandir menuju masjid untuk beribadah. Di tengah jalan yang sering dilewatinya, ia bertemu dengan sekumpulan pemuda yang sibuk dengan permainan dan hal yang tidak bermanfaat. Ia berkata kepada mereka: “Menurut kalian, bila ada suatu kaum yang ingin bepergian, namun siang hari mereka menyimpang dari jalan yang seharusnya ditempuh, sedangkan malam harinya mereka malah tidur, kira-kira kapan mereka akan sampai tujuan?”
Setiap kali melewati mereka, beliau bertanya dengan pertanyaan serupa. Hingga akhirnya, seorang pemuda dari mereka tersadar dan berkata: “Teman-teman, demi Allah, yang beliau maksud bukan siapa-siapa tapi kita, siang hari kita sibuk bermain-main sedang malam hari kita hanya tidur.”
Singkat cerita, akhirnya pemuda itu mengikuti Shilah menuju masjid untuk beribadah di sana, ia terus dalam keadaan demikian hingga ajal menjemputnya.
Semoga Allah merahmati mereka semua. Aamiiin.
[Didasur dari kitab Ma’alim fi Thariq Tholabil ‘Ilmi karya Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad as-Sadhan, hal. 81-82 dengan perubahan]
No comments:
Post a Comment