Terimalah
ketentuan Qada' dan Qadar dari Allah S.W.T dalam setiap perkara yang
berlaku dalam kehidupan di dunia ini, jauhi fitnah! jauhi fitnah! jauhi
fitnah! moga Allah S.W.T menyatukan hati-hati orang yang berserah diri
padaNya. Amin.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang dianggap pendusta ketika dia menceritakan (menyebarkan) setiap apa sahaja yang dia dengar.” (Mukaqaddimah Shahih Muslim. Bab: Larangan Menyebarkan Setiap Apa Yang Ia Dengar)
Imam An Nawawi dalam Kitab Syarah Shohih Muslim berkata:
وَأَمَّا مَعْنَى الْحَدِيث وَالْآثَار الَّتِي فِي الْبَاب فَفِيهَا الزَّجْر عَنْ التَّحْدِيث بِكُلِّ مَا سَمِعَ الْإِنْسَان فَإِنَّهُ يَسْمَع فِي الْعَادَة الصِّدْق وَالْكَذِب ، فَإِذَا حَدَّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ فَقَدْ كَذَبَ لِإِخْبَارِهِ بِمَا لَمْ يَكُنْ
“makna hadits dan atsar yg ada dalam bab ini adalah peringatan agar tidak menyampaikan apa saja yang didengarnya. Kerana biasanya berita itu ada yang benar dan ada yang dusta. Maka apabila ia membicarakan semua yang didengarnya maka sungguh dia telah dusta kerana menyampaikan apa yang sebenarnya tidak ada.”
Imam Malik –semoga Allah merahmati beliau- mengatakan,
”Ketahuilah, sesungguhnya seseorang tidak akan selamat jika dia menceritakan setiap yang didengarnya, dan dia tidak layak menjadi seorang imam (yang menjadi ikutan), sedangkan dia selalu menceritakan setiap yang didengarnya.
(Dinukil dari Muntahal Amani bi Fawa’id Mushtholahil Hadits lil Muhaddits Al Albani; dari rumaysho.com).
Imam Ibnu Hibban berkata dalam kitab adh- Dhu’afa’ (I/9):
“Di dalam hadits ini (–hadits pertama diatas–) ada ancaman bagi seseorang yang menyampaikan setiap apa yang dia dengar sehingga ia tahu dengan seyakin-yakinnya bahwa hadits atau riwayat itu shahih.”
[Lihat Tamaamul Minnah fii Ta'liq 'alaa Fiqhis Sunnah hal. 33.]
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang dianggap pendusta ketika dia menceritakan (menyebarkan) setiap apa sahaja yang dia dengar.” (Mukaqaddimah Shahih Muslim. Bab: Larangan Menyebarkan Setiap Apa Yang Ia Dengar)
Imam An Nawawi dalam Kitab Syarah Shohih Muslim berkata:
وَأَمَّا مَعْنَى الْحَدِيث وَالْآثَار الَّتِي فِي الْبَاب فَفِيهَا الزَّجْر عَنْ التَّحْدِيث بِكُلِّ مَا سَمِعَ الْإِنْسَان فَإِنَّهُ يَسْمَع فِي الْعَادَة الصِّدْق وَالْكَذِب ، فَإِذَا حَدَّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ فَقَدْ كَذَبَ لِإِخْبَارِهِ بِمَا لَمْ يَكُنْ
“makna hadits dan atsar yg ada dalam bab ini adalah peringatan agar tidak menyampaikan apa saja yang didengarnya. Kerana biasanya berita itu ada yang benar dan ada yang dusta. Maka apabila ia membicarakan semua yang didengarnya maka sungguh dia telah dusta kerana menyampaikan apa yang sebenarnya tidak ada.”
Imam Malik –semoga Allah merahmati beliau- mengatakan,
”Ketahuilah, sesungguhnya seseorang tidak akan selamat jika dia menceritakan setiap yang didengarnya, dan dia tidak layak menjadi seorang imam (yang menjadi ikutan), sedangkan dia selalu menceritakan setiap yang didengarnya.
(Dinukil dari Muntahal Amani bi Fawa’id Mushtholahil Hadits lil Muhaddits Al Albani; dari rumaysho.com).
Imam Ibnu Hibban berkata dalam kitab adh- Dhu’afa’ (I/9):
“Di dalam hadits ini (–hadits pertama diatas–) ada ancaman bagi seseorang yang menyampaikan setiap apa yang dia dengar sehingga ia tahu dengan seyakin-yakinnya bahwa hadits atau riwayat itu shahih.”
[Lihat Tamaamul Minnah fii Ta'liq 'alaa Fiqhis Sunnah hal. 33.]
No comments:
Post a Comment