Thursday, November 10, 2011

Ciri-Ciri Pengikut Kebenaran





Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

Ciri-ciri ahlul haq (pengikut kebenaran) ialah:

  • Tidak terkenal dengan nama tertentu di tengah-tengah manusia, yang nama tersebut menjadi simbol golongan tersebut* [cukup dengan nama muslimin-orang-orang Islam -tiada nama lain yg menggambarkin hizbi/firqah].
  • Mereka tidak mengikat dirinya dengan satu amalan, sehingga dijuluki karena amalan tersebut, dan dikenal dengan amalan tersebut tanpa dikenal dengan amal lainnya. Ini merupakan penyakit dalam beribadah, yaitu ibadah yang terikat (ubudiyyah muqayyadah). Adapun ibadah yang mutlak (ubudiyyah muthlaqah) akan menjadikan pelakunya tidak dikenal dengan nama tertentu dari jenis-jenis ibadah yang dilakukannya. Ia akan memenuhi setiap panggilan ibadah apa pun bentuknya. Dia memiliki ‘saham’ bersama** setiap kalangan ahli ibadah. Dia tidak terikat dengan model, isyarat, nama, pakaian, maupun cara-cara buatan.
  • Jika ditanya: “Siapa ustadzmu?” jawabnya: “Rasulullah”.
  • Jika ditanya: “Apa jalanmu?” jawabnya: “ittiba’ ”.
  • Jika ditanya: “Apa pakaianmu?” jawabnya: “ketakwaan”.
  • Jika ditanya: “Apa maksudmu?” jawabnya: “Mencari ridha Allah”.
  • Jika ditanya: “Di mana markasmu?” jawabnya:

﴿ فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْماً تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ﴾(النور:36_37)

Di mesjid-mesjid yang Allah perintahkan agar dibangun dan dimuliakan, serta banyak disebut nama-Nya di sana lewat tasbih dan shalat di pagi maupun petang hari. Merekalah lelaki sejati yang tidak tersibukkan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut terhadap hari Kiamat yang kedahsyatannya dapat memutar balikkan hati dan penglihatan (An Nur: 36-37).

  • Jika ditanya: “Keturunan siapa kamu?”, jawabnya: “Keturunan Islam”.
  • Jika ditanya: “Apa makanan dan minumanmu?” jawabnya (sambil menyitir hadits Nabi tentang unta temuan):

ما لك ولها ؟! معها حذاؤها وسقاؤها،ترد الماء وترعى الشجر حتى تلقى ربها.

“Apa urusanmu dengannya? Dia punya alas kaki dan tempat minum pribadi… dia bisa mencari makan dan minum sendiri, sampai bertemu dengan pemiliknya kembali”

(Disadur dari: Madarijus Salikin, 3: 174)



(Abu Hudzaifah Al Atsary
):

*Maksud Ibnul Qayyim -wallaahu a’lam- ialah jangan sampai kita hanya membanggakan predikat atau nama tertentu, yg dengan nama/predikat tsb timbul kesan bahwa golongan tsb hanya terkenal dengan anunya saja… padahal amalan-amalan islami itu banyak jenisnya, dan seorang pengikut kebenaran harus punya saham dalam semua jenis amal islami. Bukan hanya melazimi satu jenis hingga dikenal karenanya.
kalau suatu golongan dinamakan salafi atau yg lainnya, namun sekedar untuk membedakan diri dengan firqah2 lain dan benar2 menetapi manhaj salaf, maka hal ini baik sekali… yg tidak baik ialah bila predikat salafi tadi hanya klaim tanpa bukti… atau diidentikan dengan orang-orang yg sebenarnya hanya mengikuti manhaj salaf secara parsial… sehingga timbullah kesan bahwa salafi itu bisanya cuma begini dan begitu, saking banyaknya yg mengklaim salafi tapi tidak benar-benar mengikuti manhaj salaf. wallaahul musta’an.

**Kalau yg di maksudkan ialah kaum sufi yg belakangan, maka tambahkan pula ‘kelebihan-kelebihan’ berikut:
1. Ahlu Bid’ah: mereka
2. Ahlu joget-joget: mereka
3. Ahlu berdusta atas nama Nabi: mereka
4. Gerbang semua firqah sesat: mereka
5. Ahlu khurafat, takhayyul, dan ngalap berkah: mereka.
bahkan tak sedikit yang sampai ke tingkat zindiq dan kufur spt Al Hallaj, Ibnu Arabi, Ibnu Sina, dan semisalnya. Bagaimana?



Penulis: Ustadz Abu Hudzaifah Al Atsary, Lc

Artikel www.muslim.or.id

10 November 2011,

No comments:

Post a Comment