Thursday, October 7, 2010

Jauhilah sifat TAKABBUR

Assalamualaikum,

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره, ونعوذ باالله من شرور انفسنا, ومن سيئات اعمالنا, من يهده الله فلا مضل له, ومن يضلل فلا هادي له. ونشهد أن لا إله الا الله وحده لاشريك له ونشهد أن محمدا عبده ورسوله.

إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

ammaba'du

Takabbur dari segi bahasa adalah sombong ataupun riak, namun manusia di dunia tak lari daripada adanya perasaan sombong dari segi apapun, harta mauhupun ilmu. Kemudian Allah utuskan Rasulullah di setiap zaman untuk memperbaiki kerosakan-kerosakan yang ada, salah satunya tujuan diturunkan seorang Rasul adalah untuk melahirkan generasi islam yang menjaga akhlak yang luhur lagi tawadhu'.

Seperti mana hadis in :

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Sesungguhnya tiada lain aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih)

Jelas sekali daripada kata-kata Rasulullah yang bahawasanya baginda ditutuskan kepada umat manusia adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia .Sewaktu Rasulullah di utuskan ,ketika itu kaum jahiliyyah berkeadaan terlalu jumud dan rosak akhlak mereka. Apakah perlu kita untuk mengulangi semula zaman tersebut?

(begitu juga halnya bagi setiap bangsa dan kaum itu ada dikalangan mereka orang yg elok akhlak nya yang kerananya dilantik jadi contohnya sebagai pemimpin kaum/bangsa mereka. ini kita sendiri boleh lihat. Jadi Islam datang menyempurnakan lagi kebaikan yang sedia ada itu.... membawa kepada kesempurnaannya.- admin )

Sejak Kedatangan islam adanya adab-adab sesama insan, dan ingin ditekankan di dalam perbahasan ini adalah Islam melarang setiap umat ada sifat kesombongan (takabbur) pada diri. Sama-sama lah menilai akhlak diri kita masing-masing, tidak kiralah sama ada kita ber'kopiah' mahupun berpakaian serba 'ustaz', kerana bukan rupa paras yang Allah lihat, sebenarnya adalah Iman di dada dan akhlak yang baik adalah besar darjat

disisiNya .


إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

"Sesngguuhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras kalian dan juga harta kalian, akan tetapi Dia melihat pada hati dan amalan kalian" [HR Muslim no. 4651]


وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ {18}

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)


Allah Ta’ala berfirman lagi,

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)


Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

Mahukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong). (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).



Sebahagian dari kita juga mungkin telah diceritakan sejak kecil lagi tentang kisah Iblis yang menderhakai Allah taala, ini disebabkan daripada sifat takabbur juga, ia enggan tunduk kepada Nabi Adam.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ {34}

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir“ (QS. Al Baqarah:34)



Qotadah berkata tentang ayat ini, Iblis hasad kepada Adam ‘alaihis salaam dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada Adam. Iblis mengatakan, “Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan inilah dosa yang pertama kali terjadi . Iblis sombong dengan tidak mau sujud kepada Adam” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/114, cet al Maktabah at Tauqifiyah)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab,“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim no. 91)

Yang paling hendak ditekankan adalah sombong sesama manusia, ini sering berlaku di persekitaran kita dan tak kiralah ia seorang yang 'berilmu' atau 'kaya hartanya' tetapi begitu sombongnya mereka dengan orang yang kurang daripada mereka, malahan tak kurang dari itu mereka memperlekehkan! apakah ini sikap yang patut dicontohi? ke mana akhlak islam ? ya Allah, selamatkan kami daripada sifat ini, biarlah kami rendah dan tak punya kelebihan(keistimewaan), dan sekiranya kelebihan itu penyebab kami sombong adalah lebih baik 'cabutkan' dari kami.


Hentikanlah dengan bermadah manis di bibir memperlekehkan orang yang 'di bawah' kalian. Tidak cukupkah peringatan Allah dan Rasul kepada kita?!

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ

Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim (H.R. Muslim 2564). (Bahjatu Qulubill Abrar, hal 195)


أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِشِمَالِهِ فَقَالَ « كُلْ بِيَمِينِكَ ». قَالَ لاَ أَسْتَطِيعُ قَالَ « لاَ اسْتَطَعْتَ ». مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ.

Ada seorang lelaki makan di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Orang tersebut malahmenjawab, “Aku tidak bisa.” Beliau bersabda, “Apakah kamu tidak bisa?” -dia menolaknya karena sombong-. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya” (H.R. Muslim no. 3766).

Dan saya amat tertarik dengan kata al-Hafiz al-Imam Adzahabi rahimahullah mengenai kesombongan,

Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata

“Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk dirinya. Barangsiapa yang menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya itu akan menimbulkan hati yang khusyuk serta jiwa yang tenang. Dia akan terus mengawasi dirinya dan tidak bosan untuk terus memperhatikannya, bahkan setiap saat dia selalu introspeksi dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari hal itu, dia akan menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa. Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan, memandang remeh kaum muslimin yang lainnya serta membodoh-bodohi dan merendahkan mereka, maka hal ini merupakan kesombongan yang paling besar. Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah (biji sawi). Laa haula wa laa quwwata illaa billah.”

(Al Kabaa’ir ma’a Syarh li Ibni al ‘Utsaimin hal. 75-76, cet. Daarul Kutub ‘Ilmiyah.)



Justeru, adalah kita sebagai hamba Allah hendaklah berbalik kepada tali Allah azza wa jalla, seperti mana orang-orang terdahulu apabila membuat satu kesilapan, muhasabah dan istighfar adalah jalan yang terbaik .. Mudah-mudahan dengan hati yang ikhlas dapat kita mengamalkan akhlak Nabi yang baik.


Marilah berbalik pada pesanan Rasulullah dan Allah azza wa jalla

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)



Diriwayatkan dari Iyadh bin Himar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

‘Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain(HR Muslim no. 2865).



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ.

Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)



إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

“23 "Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri. (An Nahl
wallahua'lam



By :Saifuddin Hamizan

No comments:

Post a Comment