Saturday, June 30, 2012

Buat kamu apakah Arti REMAJA

Assalammu'alaikum waRahmatullah waBarakatuh kepada brothers dan sisters yang berada diatas agama Islam yang membenarkan tauhid serta menjadi hujjah kepada setiap kesesatan manusia yang menyimpang daripada manhaj beragama yang sebenar=)

Ana ingin mengambil kesempatan ini untuk memberikan sedikit insight kepada buku kecil yang insyallah akan diterbitkan dalam masa terdekat. Dengan izin dan bantuan daripada Allah azza wajalla jika telah terbit buku kecil yang pertama maka akan diberikan buku kecil kedua mengenai aqidah dan cara beragama untuk di perbaiki untuk manfaat pelajar baru insyallah.

Ana hanya ingin memberikan version yang telah dipendekkan untuk remaja yang bersemangat mempelajari agama di sebuah tempat dimana ana lebih aktif berdakwah khusus topic rukun Islam sahaja. Ana berkongsi semoga manfaat.


MUQADDIMAH

بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره, ونعوذ باالله من شرور انفسنا ومن سيئات اعمالنا, من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. ونشهد أن لا إله الا الله وحده لاشريك له ونشهد أن محمدا عبده ورسوله.

Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam”
(3:102)

يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا
“Wahai sekalian manusia! Bertaqwalah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri yang satu (Adam), dan yang menjadikan daripada (Adam) itu pasangannya (Hawa), dan juga yang membiakkan dari keduanya (zuriat keturunan) lelaki dan perempuan yang ramai. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-yebut namaNya, serta peliharalah hubungan (silaturrahim) kaum kerabat; kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu”
(4:1)

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang tepat - benar (dalam segala perkara), Supaya Ia memberi taufiq dengan menjayakan amal-amal kamu, dan mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah) sesiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah berjaya mencapai sebesar-besar kejayaan”
(33:70-71)

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wa sallam. Seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan , setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu tempatnya di Neraka.

Amma ba’du:

“..Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan..”
(31:20)

Allah azza wajalla telah berfirman sebagai peringatan buat manusia agar beragama dengan dalil yang terang lagi jelas yaitu yang datangnya daripada al-Qur’an dan as-Sunnah.

“..Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya..”
(17:36)

Alangkah indahnya kehidupan seorang muslim yang berjalan dipermukaan bumi Allah untuk menuntut 'ilmu kerana Rasulullah saw pernah bersabda:

"..Barangsiapa menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan permudahkan jalan baginya ke syurga.."
(HR Muslim)


Mengenal Allah azza wajalla sesuai dengan kebenaran-Nya

Wajib bagi seseorang muslim itu mengenal tuhannya sesuai dengan sifatnya sepertimana Allah azza wajalla mengkhabarkan dirinya bukan dengan khayalan semata-mata mahupun dengan akal logika kerana akal manusia tidak akan mungkin mampu untuk memahami kebesaran Sang Pencipta namun diwajipkan keatas seorang muslim itu untuk beriman dengan sebenar-benar keimanan dan bersifat menyerah diri tanpa banyak mempersoalkan Zat Rabbul ‘alamin kerana Rasulullah saw yang menerima wahyu dan kerasulan tidak pernah membincangkan kepada para sahabat r.a. perkara yang tidak harus disoalkan. Maka kami beriman seperti dalil berikut sebutkan:

“..Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat..”
(42:11)

“..Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (Allah)..”
(112:4)

“..Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam..”
(7:54)

Maka kesimpulan adalah Dialah Allah azza wajalla yang mempunyai Zat dan Sifat sesuai dengan kebesaran-Nya tanpa boleh seseorang mengubah, membatalkan, menyembunyikan kecuali harus membenarkan sebagaimana didatangkan di dalam al-Quran dan as-Sunnah.

Berkata Imam Malik rahimahullah:
“..Bersemayam (Allah di ‘arasy) maklum, dan bagaimana tidak diketahui, beriman dengannya (al-quran) wajib dan bertanya bid’ah..”
(al-Asma’ wa ash-Shifat oleh Imam al-Baihaqi)

Ketahuilah wahai tholibul ‘ilm bahawa umat Islam telah berpecah kepada beberapa golongan kerana mereka banyak mempersoalkan ketuhanan Allah jalla wa a’la sedangkan Rasulullah saw tidak pernah dan begitu juga para sahabat r.a. ajmain membincangkankan sesuatu yang Allah telah khabarkan tentang Zat dan Sifat-Nya sebagaimana di dalam al-Quranul Karim.

“..Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat (jelas seperti manusia, tanaman dll), itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat(tidak jelas sebenarnya seperti alam ghaib; Allah, Syurga, Neraka, Mizan dll). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal..”
(3:7)

Maka kami nasihatkan agar beriman dengan sebenar-benar keimanan dan hindarilah syubahat golongan orang-orang munafik dan ahlul hawa dalam beragama sehingga mereka diancam neraka jahannam. Kembalilah kepada cara beragama seperti para sahabat r.a. dan semoga kalian tergolong dalam golongan yang benar dan diredhai Allah azza wajalla.

“..Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali..”
(4:115)

“..Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar..”
(9:100)


Mengenal Rasulullah saw melalui ilmu

Sering kami mendapati manusia yang beragama dengan pemikiran manusia lain atau pendapat akalnya mahupun gurunya, nenek moyangnya, mimpi syaikhnya dan bermacam-macam tatacara mereka akan beragama dengan hawa nafsunya sehingga mereka tidak mengenal Islam yang dibawa oleh Muhammad saw, dan cara beragamanya Rasulullah saw dan para sahabat r.a. sedangkan kami dituntut beragama dengan Islam sepertimana yang diajar oleh Rasulullah saw kerana bagindalah yang mendapatkan wahyu dan tidaklah baginda berucap kecuali ianya adalah wahyu dan petunjuk Rasulullah saw dalam cara beragama. Hal demikian telah terjadi dan masih terjadi malah akan terus terjadi sebagai fitnah akhir zaman dimana manusia akan meninggalkan sunnah Rasulullah salallahu’alaihissalam dan mengikuti cara beragama yang dicipta (bid’ah) disebabkan syubahat para ulama’ yang tidak amanah yang berada di tengah-tengah manusia pada zaman fitnah ini sebelum terjadinya hari pembalasan.
Begitu juga hujjah dimana telah kami bersyahadah yakni berikrar untuk mencontohi Rasulullah saw dalam beragama bukan mengikuti sesuka hati untuk memilih mana ‘agama’ yang kami sesuaikan. Rukun Islam pertama yang menjadikan seseorang itu muslim adalah dengan mengambil pengikraran bahawa “Tiada tuhan yang berhaq untuk disembah kecuali Allah (tauhid) dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya”. Dengan syahadah tersebut menjadi tuntutan buat setiap muslim mengambil Rasulullah salallahu’alaihissalam sebagai contoh dalam segala urusan peribadahan yang merangkumi melakukan amal soleh dan meninggalkan maksiat terhadap Allah dimana ibadah itu sudah pasti mendatangkan dua hal yaitu mendekatkan diri kepada Allah azza wajalla serta syurga dan dijauhkan dari api neraka serta kemurkaan Allah azza wajalla.

“..Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah..”
(33:21)

“..Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang..”
(3:31)


Mengenal Agama Islam yang sebenar

Telah kami jelaskan bahawa manusia telah banyak tersesat dalam cara mereka beragama walaupun mereka telah berikrar seorang muslim dan sebahagian sangat berlebih-lebihan dalam mencintai Rasulullah salallahu’alaihissalam tetapi meninggalkan al-Quran dan as-Sunnah sedangkan itulah asas seseorang beragama. Maka diantara yang dituntut adalah mengenal Islam yang sebenar dan meninggalkan orang-orang yang menyimpang daripada Islam walaupun mereka menyembunyikan kesesatan mereka dalam jubah, sorban mahupun kepandaian membaca al-Quran dan bahasa arab. Selagi mereka tidak kembali kepada tatacara beragama sepertimana Rasulullah saw dan para sahabat r.a. beragama dengan Islam yang sebenar maka kami berkewajipan meninggalkan mereka dalam menimba ilmu Islam supaya kami tidak terfitnah dengan kebohongan mereka yang diselimuti dengan penyelewengan terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah.

“..Sesungguhnya sebahagian dari tanda-tanda hari kiamat ialah dicarinya ilmu itu dari para ahli bid’ah..”
(Kitab Zuhud Ibn Mubarak no.61-sahih oleh al-Albani)

Apabila disebut Islam maka kami akan bermaksud Islam yang diajarkan Allah azza wajalla kepada Rasulullah saw yang kemudian mengajarkannya kepada para sahabat r.a. ajmain. Maka kewajipan mengenal Islam bagi setiap muslim agar beragama dengannya dan meninggalkan agama orang kafir yang musyirik kepada Allah azza wajalla.

“..Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam..”
(3:19)

“..Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi..”
(3:85)

“..Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..”
(5:3)

“..Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu..”
(2:208)

Memahami al-Islam

Islam terbagi atas tiga dasar utama berdasarkan hadith Jibril a.s.:

Abdullah bin Umar berkata: "Telah menceritakan kepadaku bapakku (yaitu) Umar bin Al-Khattab, dia berkata:

"Pada suatu hari kami sedang berada di sisi Rasulullah saw tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang sangat putih bekas pakaiannya (dan) sangat hitam rambutnya, tidak nampak padanya bekas perjalanannya, dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya, sampai dia duduk menghadap kepada Rasulullah, lalu dia menyandarkan kedua lututnya ke kedua lutut beliau, dan dia meletakkan kedua telapak tangannya ke kedua paha beliau, lalu dia bertanya, "Hai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang [1]ISLAM?"

Maka Rasulullah saw menjawab, "Islam itu ialah:
1)Bahawa engkau bersaksi sesungguhnya tidak ada satupun tuhan yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, dan Muhammad itu adalah utusan Allah.
2)Engkau mendirikan solat
3)Mengeluarkan zakat
4)Puasa di bulan Ramadhan dan...
5)Menunaikan ibadah haji jika engkau sanggup berjalan ke sana"

Laki-laki itu berkata, "Engkau benar"

Umar berkata, "Kami merasa heran kepada orang ini, dia yang bertanya dan dia juga yang membenarkannya!?"

Laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahukanlah kepadaku tentang [2]IMAN?"

Beliau menjawab:
1)Engkau beriman kepada Allah
2)Para Malaikat
3)Kitab-kitab Nya
4)Para Rasul Nya
5)Hari Akhirat
6)Taqdir yang baiknya dan yang buruknya (Qada' dan Qadar)

Laki-laki itu berkata, "Engkau benar"

Maka laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahu kepadaku tentang [3]IHSAN?"

Rasulullah saw menjawab:
"Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Maka jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu"

Laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahukanlah kepadaku tentang hari KIAMAT (bila waktu terjadinya)?"

Beliau menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari orang yang bertanya"

Laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahukanlah kepadaku tentang TANDA-TANDANYA (hari kiamat)?"

Beliau menjawab, "Ialah seorang budak perempuan melahirkan tuannya. Dan engkau melihat orang-orang yang faqir yang bertelanjang kaki dan tidak berpakaian serta penggembala kambing, saling berlomba dalam membangunkan bangunan"

Umar mengatakan, "Kemudian laki-laki itu pergi. Maka aku tinggal dalam waktu yang lama, kemudian Rasul saw bertanya kepadaku:
"Hai Umar, tahukah engkau siapakah yang (datang) bertanya itu?"

Jawab Umar, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu"

Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya itulah JIBRIL as, dia datang kepada kamu untuk mengajarkan kepada kamu akan AGAMA kamu."

(HR Muslim no 8)


6 Rukun Iman yang wajib bagi setiap muslim memahaminya

1. Beriman kepada ALLAH:

Beriman kepada Allah azza wajalla bukan saja dengan membenarkan adanya Sang Pencipta yakni Allah azza wajalla tetapi mengenal-Nya dengan kebenaran dibimbingi oleh ilmu yang sahih dengan kefahaman Rasulullah salallahu’alaihissalam dalam menetapkan Dzat Allah jalla wa’ala serta tuntutan seorang hamba kepada-Nya yakni tauhid. Mentauhidkan Allah azza wajalla lawannya adalah mensyirikkan-Nya. Sedangkan tidak seorang Nabi dan Rasul diutus oleh Allah azza wajalla kecuali agar diajarkan manusia untuk menyembah-Nya dengan mentauhidkannya serta mengajarkan manusia erti kesyirikan supaya dijauhi dan berjihad melawannya.

“..Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku..”
(51:56)

Dengan maksud beribadah kepada Allah azza wajalla bukan dengan dicampuri kesyirikan tetapi mentauhidkan-Nya.

“..Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku (sahaja)..”
(21:25)

“..Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (tauhid) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus..”
(98:5)

Sedangkan jika manusia percaya adanya Allah azza wajalla tetapi mensyirikkan-Nya maka ia tidak akan mendatangkan manfaat kerana Allah azza wajalla tidak akan mengampunkan dosa syirik jika seseorang itu mati sebelum taubat serta setiap amalannya akan digugurkan tidak menjadi pahala di sisi-Nya.

“..Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar..”
(4:48)

“..Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya..”
(4:116)

“..Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi..”
(39:65)

Definisi Tauhid menurut syariat bermaksud:
“..mengesakan Allah dengan sesuatu yang khusus bagi-Nya, berupa RUBUBIYAH, ULUHIYAH, ASMA’ dan SIFAT..”
(Syarah Kitab Tauhid oleh Syaikh Utsaimin)

Tauhid Rububiyah:
Kepercayaan yang kuat bahawa Tuhan yang pencipta adalah hanyalah Allah azza wajalla tanpa kemungkinan adanya selain Allah sahaja dengan menolak bisikan syaitan tentang adanya Tuhan selain Allah yang Maha Esa lagi Maha Pencipta. Tidak ada selain di langit mahupun bumi, lautan mahupun darat dan yang ghaib mahupun yang dizahirkan golongan musyrik.

“..Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam..”
(1:2)

“..Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam..”
(7:54)

“..Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar..”
(2:255)

“..Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara..”
(4:171)

“..Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan..”
(21:22)

“..Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?..”
(13:16)

Tauhid rububiyah tidak menjadi manfaat bagi seseorang manusia yang mengimaninya tanpa hidayah daripada Allah azza wajalla untuk beriman dan memahami tauhid seterusnya; Uluhiyah & Asma’ wa Sifat. Hal demikian kerana kesemua makhluk di permukaan bumi mengenal tauhid rububiyah walaupun istilah diberikan kepada tuhan berbeza. Mereka berimannya ada satu sang pencipta yang mengurus penciptaan-Nya. Ini berdasarkan ayat Allah azza wajalla.

“..Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?..”
(43:87)

“..Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah." Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku." Kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri..”
(39:38)

Walaupun golongan komunis athis (free thinker)mengatakan bahawa mereka tidak percaya adanya tuhan yang mencipta malah idealogi mereka atas dasar pemikiran manusia, akan tetapi seandainya mereka dicampakkan daripada langit ke bumi maka mereka akan tetap menyebut ‘tuhan’ sebagai penolong disebabkan fitrahnya manusia berada diatas rububiyah. Ada pula golongan musyirik juga mengakui wujudnya Allah azza wajalla sebagai tuhan di langit yang mencipta dan menguasai tetapi mereka mengambil berhala-berhala sebagai perantaraan untuk memohon pertolongan dan perlindungan dimana disebutkan sebagai tawassul (perantaraan) dengan makhluk untuk syafa’at baginya.

“..Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)..”
(10:18)

“..Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar..”
(39:3)

“..Bahkan mereka mengambil pemberi syafa'at selain Allah. Katakanlah: "Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?" Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan..”
(39:43-44)

Seandainya Tauhid Rububiyah sudah cukup bagi seseorang untuk menjadi muslim dan sempurna aqidahnya maka pasti Rasulullah salallahu’alaihissalam tidak akan terus menerus mendakwahkan kalimatul tauhid ‘Laa illaha ilallah’ serta memerangi manusia, bahkan tidaklah perlu diutus seorang rasul pun. Akan tetapi tuntutan aqidah yang sahihah yang bersih daripada kesyirikan adalah dengan Tauhid Uluhiyah yakni mengesakan setiap bentuk peribadahan hanya kepada Allah azza wajalla.

“..Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan..”
(1:5)

“..Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya..”
(18:110)

Imam Ibn Qayyim rahimahullah berkata:
“..Seandainya keimanan kepada tauhid Rububiyah ini saja dapat menyelamatkan, tentu orang-orang musyrik telah diselamatkan. Akan tetapi urusan yang amat penting dan menjadi penentu adalah keimanan kepada tauhid Uluhiyah yang merupakan antara orang-orang musyrik dan orang-orang yang mentauhidkan Allah ta’ala..”
(Madaarijus Saalikiin 1/355)

Tauhid Uluhiyah:
Ittiqad yang jazam bahawa hanyalah Allah berhak untuk di tauhidkan dan dinisbatkan dalam setiap ibadah. Maka tauhid ini juga disebutkan sebagai Tauhid Ibadah yang bermaksud mentauhidkan Allah jalla wa’ala melalui segala pekerjaan hambanya yang mendekatkan dirinya kepada Rabbul ‘alamin apabila disyari’atkan seperti berdoa, takut (khauf), berharap (raja’), cinta (mahabbah), penyembelihan (dzabh), bernadzar (nadzar), meminta pertolongan (isti’anah), minta saat kesulitan (istighatsah), meminta perlindungan (isti’adzah), bertawakkal dan segala apa yang disyari’at dan diperintahkan Allah ta’ala dengan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu pun juga tanpa perantaraan tuhan-tuhan selain-Nya mahupun menyatukan dengan yang lain.

“..Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan..”
(1:5)

“..Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar..”
(31:30)

“..Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa..”
(2:21)

“..Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya..”
(16:36)

Semua para Rasul ‘alaihis salatu wassalam telah mula mendakwahkan kepada kaumnya dengan Tauhid Uluhiyah agar manusia beribadah dengan benar hanya kepada Allah azza wajalla tanpa menyekutukannya (syirik).

“..Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): "Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)..”
(23:32)

“..Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?..”
(7:65)

Akibat meninggalkan ajaran Rasulullah salallahu’alaihissalam akan membawa manusia kepada kesyirikan sekaligus akan membatalkan segala amalan seseorang sehingga boleh menyebabkan dia menjadi musyrik walaupun memakai nama seorang muslim seperti Ahmad. Maka akan tampak keislamannya dengan namanya atau dikenali dengan bahasanya dan bangsanya tetapi seandainya di dalam aqidahnya yang tidak zahir mempunyai kesyirikan maka dia akan tergolongan dalam golongan orang-orang yang musyrik. Dan telah kami sebutkan bahawa Allah ta’ala tidak akan mengampuni dosa syirik.

“..Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah (batal) amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi..”
(39:65)

“..Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar..”
(4:48)

Pengenalan terhadap tauhid Uluhiyah akan menjadikan jelas terhadap kesilapan yang besar apabila sekumpulan manusia mendakwahkan kepada tauhid wahdatul wujud. Dengan aqidah yang didakwahkan bahawa tidak ada yang wujud serta disembah selain hanyalah Allah azza wajalla maka setiap golongan musyrik ternyata hanyalah menyembah Allah azza wajalla. Walhal aqidah kewujudan sang Pencipta telah kami datangkan dalam penjelasan tauhid Rububiyah dan demikianlah sifat manusia yang akan berimannya wujudnya sang Pencipta walaupun tidak sempurna. Mereka yang mendakwahkan kepada tauhid wahdatul wujud yang bid’ah tidak akan membawa kepada kesempurnaan tauhid kerana tiada penegasan terhadap mengesakan segala seruan dan doa serta tawakkal hanya kepada Rabbul’alamin semata-mata. Prioritas adalah mengesakan setiap penyembahan hanya kepada Allah ta’ala tanpa mensyirikannya.

Syaikh Muhammad Khalil Harras rahimahullah berkata:
“..Suatu hal yang sangat mengherankan, bahawa kelompok asy’ariyah berpendapat bahawa inti yang paling utama dalam tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah ta’ala dalam penciptaan makhluk padahal telah dimaklumi bahawa pengesaan Allah ta’ala dalam penciptaan adalah tauhid Rububiyah sebagaimana juga diakui golongan musyrik yang percaya kewujudan Allah di langit namun bertawassul dengan berhala-berhala dan ketua agama mereka.
Adapun tauhid yang paling utama dan paling besar adalah tauhid Uluhiyah yang tidak perhatikan oleh mereka dan tidak berada dalam kitab mereka. Boleh jadi di sini rahsianya mengapa kebanyakkan diantara mereka (asy’ariyah) berlari kepada bid’ah-bid’ah Tashawuf. Mengakui dan cendrung membiarkan sarana-sarana kesyirikan yang dilakukan pada kuburan-kuburan para syaikh shufi..”
(Syarah Aqidah Wasithiyah tahqiq Alwi bin ‘Abdul Qadir as-Segaf. Hlm 41)

[Syaikh Muhammad Khalil Harras adalah seorang Salafi dan seorang peneliti yang lahir di Mesir pada tahun 1916 M. Gelaran doctor dalam Ilmu Tauhid dan Mantiq. Kuliah kedoktoran dari Universiti al-Azhar dan Univerisiti Muhammad Ibnu Saud. Wafat pada tahun 1975 M]


Tauhid Asma’ dan Sifat:

Ittiqad yang jelas daripada kekeliruan bahawa pengesaan Allah azza wajalla dengan asma’(nama) dan sifat(sifat) yang menjadi milik-Nya. Beriman dengan benar Zat-Nya sesuai sebagaimana disifat oleh Allah azza wajalla tanpa ta'thil(mengingkari), tamtsil(menyerupakan), tahrif(merubah atau mengganti), dan takyif(bertanya bagaimana). Maha suci Allah subhana wa ta’ala daripada menyerupai sifat makhluk-Nya.

a) Tahrif: Merubah nama dan sifat seperti istawa’ Allah di atas ‘Arsy (istawa’-bersemayam di tempat yang tinggi) diubah erti kepada istaula Allah di ‘Arsy (menguasai).

b) Ta’thil: Mengingkari, menafikan atau menghilangkan sifat-sifat Allah seperti Allah di atas ‘Arsy dinafikan firqah yang sesat dan mengatakan Allah berada di merata tempat.

c) Takyif: Bertanya-tanya mengenai hakikat dzat Allah sehingga memvisualisasi gambaran Allah jalla wa’ala. Sedangkan dituntut untuk mengimani hakikat sifat-Nya sebagaimana di datangkan maknanya.

d) Tamtsil/Tasbih: Menyerupakan sifat Allah kepada makhluk-Nya seperti mengatakan tangan Allah dalam menciptakan Adam ‘alaihissalam serupa dan semisal dengan tangan manusia.

Ahlus Sunnah wal Jamaah telah menetapkan sifat-sifat bagi Allah jalla wa’ala sebagaimana telah didatangkan oleh-Nya di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang sahihah. Kami mengambil sikap pertengahan diantara kedua golongan yang batil yang akan kami sebutkan di bawah.

Kami membantah keras terhadap golongan Musyabbihah yang berkeyakinan dan menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya tanpa mereka membezakan Sang Pencipta dengan Ciptaan-Nya. Seperti tangan Allah diserupakan dengan tangan makhluk. Na’udzubillah!

Kami juga membantah keras terhadap golongan Mu’aththilah yang berkeyakinan dengan mengingkari segala sifat-sifat Allah dan mereka mengambil langkah yang batil dalam mensucikan Allah ta’ala sekaligus menafikan apa yang telah di sifati dan di tetapkan oleh-Nya.

Ahlus Sunnah yang bermanhaj Salafus Soleh menetapkan segala sifat Allah azza wajalla dengan penetapan sesuai terhadap diri-Nya dengan kemuliaan-Nya dan keagongan-Nya, tanpa menyerupakan (tamtsil atau tasybih) dan tanpa mengingkari/menafikan (ta’thil) seiring dengan firman-Nya.

“..Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat..”
(42:11)

Di dalam kitab al-Aqidah ath-Thahawiyah yang disyarahkan oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan halaman 62 disebutkan:
“..Itulah sebabnya dikatakan bahwa al-Mu’aththil (orang yang mengingkari dan menafikan sifat-sifat Allah) adalah menyembah ketiadaan, dan sebaliknya al-Musyabbih (yang menyerupakan Allah dengan makhluk) adalah menyembah berhala. Sedangkan ahli Tauhid, dia menyembah Rabb yang Esa, Tunggal, dan tidak ada yang serupa dengan-Nya..”

Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, al-Auza’i, al-Laits bin Sa’ad dan Sufyan ats-Tsauri rahimahumullah tentang berita yang datang mengenai sifat-sifat Allah, mereka semua menjawab:
“..Terimalah sebagaimana di datangkan seadanya tanpa mempersoalkan bagaimana..”
(al-Lalika’I no.930)

Atas dasar demikian maka kewajipan bagi seorang muslim untuk menerima dan menetapkan sifat Allah ta’ala sebagaimana telah Dia memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan memberitahu nama-namaNya yang paling indah serta sifat-sifatNya yang mulia. Segala demikian telah disebutkan di dalam Kitab dan sunnah.

Syaikhul Islam ibn Taimiyyah rahimahullahu ta’ala berkata:
“..Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus Sunnah mengimani Tauhid al-Asma’ wash Shifat dengan menetapkan apa-apa yang telah Allah tetapkan atas diri-Nya dan telah ditetapkan Rasul-Nya salallahu’alaihissalam bagi-Nya, tanpa Tahrif dan Ta’thil serta tanpa Takyif dan Tamtsil. Menetapkan tanpa Tamtsil, menyucikan tanpa Ta’thil, menetapkan semua sifat-sifat Allah dan menafikan persamaan sifat-sifat Allah dengan makhluk-Nya.

Kesimpulan yang wajib difahami dalam keimanan terhadap tauhid asma’ wa sifat sebagai berikut:

Pertama: Menisbat segala sifat Allah azza wajalla sebagaimana disifati oleh-Nya di dalam al-Qur’an dan hadith Nabi saw yang sahihah.

Kedua: Menafi segala penyerupaan dengan-Nya sebagaimana firman-Nya.

“..Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia..”
(42:11)

“..dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia..”
(112:4)

“..(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy..”
(20:5)

“..Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar..”
(2:255)

Imam asy-Syafie rahimahullah berkata:
“..Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada apa-apa yang datang dari beliau sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah..”
(ar-Risalah al-Madaniyah oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah)

Imam Malik rahimahullah berkata:
“..Istiwa’ (sifat Allah bersemayam di atas ‘arsy-Nya) itu jelas pengertiannya, bagaimana cara hakikat itu tidak diketahui, beriman dengannya wajib dan bertanya tentang bagaimana keadaannya bid’ah..”
(Kitab Jalan Golongan yang Selamat oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu hlm.20)

Kesemua para ulama’ salafus soleh menyatakan bahawa Allah sahaja yang mengetahui ta’wilnya (tafsiran hakikat sifat-Nya) sebagaimana Dia telah memberitakan perihal orang-orang yang mendalami ilmunya di mana mereka menyatakan di dalam firman Allah ta’ala:

“..Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal..”
(3:7)

2. Beriman kepada MALAIKAT

Beriman bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Apapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di langit dan bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil, (terperinci), para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka secara ijmal(global).

“..Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya..”
(6:61)

“..(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala..”
(40:7)

“..Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun..”
(70:4)


3. Beriman kepada KITAB

Beriman bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya; yang benar-benar merupakan Kalam-Nya(firman atau ucapan). la adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar.

“..Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa..”
(24:34)

“..Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)..”
(5:44)

“..Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa..”
(2:2)

Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib untuk mengimaninya secara tafshil, yaitu: Suhuf(53:36), Taurat(5:44), Injil(17:55), Zabur(5:46), dan Al-Qur'an(5:48). Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya.

“..Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya..”
(59:7)

Al-Qur'an; yang memansuhkan kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur'an saja yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur'an adalah Kalam Allah yang diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.

“..Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya..”
(15:9)

Apa yang harus diketahui juga adalah pada zaman Rasulullah terdapat sejumlah para sahabat yang telah menghafal al-Qur’an. Di antara huffaz (penghafaz/ penghafal Al-Quran) terkenal daripada sahabat iaitu empat orang Khulafa Ar-Rasyidin (Abu Bakar al-Siddiq, Umar al-Khattab, Uthman al-Affan dan Ali bin Abi Talib), Talhah, Ibnu Mas’ud, Huzaifah, Abu Hurairah, Ibnu Omar, Ibnu Abbas, (Ai’syah dan Hafsah){isteri Rasullullah). Termasuk daripada orang-orang Ansar (penduduk asal Kota Madinah) seperti Ubai bin Ka’ab, Muaz bin Jabal, Zaid bin Thabit, Abu Darda’ dan Anas bin Malik.


4. Beriman kepada NABI & RASUL

Beriman bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik kepada cahaya tauhid.

“..Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku..”
(21:25)

“..Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya..”
(16:36)

Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal (global) sebagaimana wajib pula beriman secara tafshil (terperinci) kepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 di antara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur'an. Seorang muslim wajib menyelisihi aqidah golongan Yahudi dan Nasrani yang beriman dengan sebahagian para anbiya’ dan kufur terhadap selainnya. Maka jika seorang muslim tidak beriman dengan salah satu daripada anbiya’ maka dia telah kafir!

25 Rasul

[Adam][Idris][Nuh][Hud][Solih][Ibrahim][Luth][Ismail][Ishak][Yaqub][Yusuf][Ayyub] [Syu’aib][Musa][Harun][Zulkifli][Daud][Sulaiman][Ilyas][Ilyasa][Yunus][Zakaria][Yahya][Isa][Muhammad]

‘Ulul Azmi

[Nuh][Ibrahim][Musa][Isa][Muhammad]

Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad SAW. adalah yang paling mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi setelahnya.

“..Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul..”
(3:144)

“..Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu..”
(33:40)

a) Nabi dipilih dan dimuliakan oleh Allah swt dari sifat yang buruk dan menerima wahyu dari Allah swt. Diamanahkan untuk menegakkan ketaqwaan hanya kepada dirinya sendiri dan menjadi contoh sahaja tanpa kewajipan menegakkan kepada umatnya. Nabi dan Rasul hanyalah orang lelaki.

b) Rasul dipilih dan dimuliankan Allah swt dari sifat buruk dan celaan. Mereka menerima wahyu dari Allah swt bukan hanya untuk contoh bagi umatnya tetapi kewajipan menyampaikan kepada umatnya dan memimpin mereka. Bilangan mereka yang wajib diimani hanyalah 25 rasul dan mereka mempunyai mukjizat.


5. Beriman kepada QAUMUL KIAMAH

Beriman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki. Pengertian al-ba'ts, (kebangkitan) menurut syar'i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.

“..Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna..”
(75:3-4)

“..Dan bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati)..’
(53:47)

“..Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebathilan..”
(45:27)

Di dalam pembahasan hari kiamat wajib juga bagi seorang muslim agar beriman tentang adanya beberapa alam ghaib yang akan di tempuhi manusia yaitu:

1) Alam Barzakh
: Yaitu alam kubur bagi setiap manusia yang telah mati maka dia akan berada di satu alam yang tidak mampu manusia memasukinya kecuali hanya dengan kematian kerana diantara dunia kita dan alam berzakh ada sebuah tembok yang menutup.

“..(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka (alam barzakh) ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan..”
(23:99-100)

2) Padang Masyhar
: Suatu tempat dimana manusia akan dibangkitkan berjalan menuju Rabb dengan berbagai kondisi sesuai dengan amalan dan kehendak Allah azza wa jalla. Antara sebahagian riwayat yang sahih menjelaskan bahawa manusia akan berada dalam keadaan bogel tanpa merasakan malu, berlarinya manusia kepada Nabi Adam a.s. sehingga ke seluruh Nabi ulul Azmi sebelum ke Rasulullah saw untuk meminta syafaat, dan matahari di dekati kepada kepala manusia. (sila rujuk kepada kitab Yaumul Kiamah oleh Yusof al-Wabil)

“..Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan..”
(10:30)

3) Sidratil Muntaha
: Suatu tempat yang tertinggi di atas langit yang ke-7 dan telah dikunjung oleh Rasulullah saw pada waktu Mi’raj.

“..Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha..”
(53:13-14)

4) Sirat
: Ia adalah satu jembatan di atas neraka yang manusia akan diperintahkan untuk menyeberangi sehingga ada yang akan selamat ke syurga da nada yang akan jatuh ke neraka.

“..Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami [dan jangan menunda sampai kita menyeberang Sirat aman] dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.."
(66:8)

5) Syurga
: adalah satu tempat untuk di nikmati tanpa manusia merasakan kematian lagi; yang akan di kumpulkan oleh Allah azza wajalla kepada manusia yang mendapat keredhaan-Nya. Syurga menjadi destinasi terakhir untuk manusia seandainya mereka tidak di kekalkan di dalam neraka Allah azza wajalla.

“..Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin..”
(55:56)

“..Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya..”
(39:73)

“..Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka..”
(13:35)

“..Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan..”
(31:8)

Surga Firdaus
"..sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh bagi mereka adalah 'surga firdaus menjadi tempat tinggal.."
(18:107)

"..Dan orang-orang yang memelihara shalat: Mereka itu adalah orang-orang yang akan mewarisi (yaitu) yang bakal mewarisi surga firdaus, mereka kekal di dalamnya.."
(23:9-11)

Surga Adn
"..(Yakni) surga 'Adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, didalamnya mereka kekal. dan itulah (merupakan) balasan bagi orang yang (dalam keadaan) bersih (saat didunianya dari berbagai dosa).."
(20:76)

"..(Yaitu) surga'Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka.."
(38:50)

Surga Na'iim
"..Maka orang-orang beriman dan mengerjakan amal shaleh ada di dalam surga yang penuh kenikmatan.."
(22:56)

"..Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, bagi mereka bakal mendapat surga yang penuh kenikmatan.."
(31:8)

Surga Ma'wa
"...Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. maka bagi mereka mendapat surga-surga tempat kediaman, merupakan pahala pada apa yang telah mereka kerjakan.."
(32:19)

"..Maka sesungguhnya surga ma'walah tempat tinggal(nya).."
(79:41)

Surga Darussalam
"..Dan allah meriyeru(manusia) ke Darussalam (yakni surga), dan memimpin orang yang dikhendaki-nya kepada jalan yang lurus.."
(10:25)

Surga Daarul Muqoomah
"..Dan berkatalah mereka: Segala puji bagi allah yang telah mengapus (rasa) duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha Pengmpun lagi Maha Mensyukuri: Yang memberi tempat kami di dalam tempat yang kekal (surga) dan karunia-nya.."
(35:34-35)

Surga maqoomul Amiin
"..sesungguhnya orang-orang yang bertawakal tinggal didalam tempat yang aman (surga).."
(44:51)

Surga Khuldi
"..Katakanlah: "Apa (siksa) yang seperti itu yang baik, atau surga yang kekal, yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, sebagai balasan dan kediaman kembali mereka.."
(25:15)

6) Neraka
: adalah satu tempat untuk di azab tanpa manusia merasakan kematian lagi; yang akan di kumpulkan oleh Allah azza wajalla kepada manusia yang mendapat kemurkaan-Nya. Neraka menjadi destinasi sementara; yang merupakan sehari di dunia ibarat 40,000 tahun masanya di hari akhirat, untuk sebahagian manusia yang berdosa sebelum di masukkan di dalam syurga. Ada juga manusia yang kufur terhadap Allah azza wajalla maka mereka akan kekal di dalamnya tanpa ada sebarang kemungkinan untuk di keluarkan. A’udzubillah min zalik!

“..Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka." Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui..”
(7:38)

Huthamah
“..sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah..”
(104:4)

Hawiyah
“..maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah..”
(101:9)

Jahannam
“..Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya..”
(15:43)

Jahim
“..dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang- orang yang sesat..”
(26:91)

Saqar
“..Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar..”
(74:26)

Sa'ir
“..Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala..”
(67:10)

Wail
“..Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang..”
(83:1)


6. Beriman kepada QADR & QADAR

Beriman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah Subhanallahu wa ta'ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya. Akan tetapi manusia dilarang untuk banyak bertanya tentang takdir Allah azza wajalla. Apa yang harus diketahui adalah bahawa takdir boleh berubah dengan usaha dan doa jika di kehendaki oleh Allah azza wajalla. Ahlus sunnah wal jamaah menolak fahaman Qadariyah yang mendakwa bahawa Allah azza wajalla tidak mempunyai kuasa atas makhluk-Nya dan juga fahaman Jabariyah yang mendakwa bahawa manusia terikat dengan takdir Allah azza wajalla tanpa sebarang kemampuan untuk melakukan apa-apa seperti jika dia melakukan maksiat maka dia akan menyalahkan Allah kerana seolah kehendak-Nya.

“..Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir Allah, baik maupun yang buruk..”
(HR Muslim)

“..Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia..”
(13:11)

“..Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut (qadar) ukuran..”
(54:49)


Ana meminta jasa baik ustaz dan sahabat yang ana tag yang lebih 'alim daripada ana untuk bantu tegur atas kesalahan yang pasti terdapat dalam tulisan ini. Semoga sedikit perkongsian dapat mendatangkan manfaat bagi umat Islam dan semoga Allah melindungi hati ana daripada sifat yang tercela seperti riya' dan suka dipuji.
Allahu Musta'an
Baarakallahu fikum=)

Abu Mu’adz Mahathir Ibn Dawood
(Ghuraba' Fi Zamani)
Ghuraba' Fi Zamani

Bidah alert for 15th of Shaban
Specifying the day of the 15th of Sha’baan by fasting or reciting the Qur.aan or performing naafilah prayers

Question: We see some people specifying the 15th of Sha’baan with particular supplications and reciting the Qur.aan and performing naafilah prayers. So what is the correct position concerning this, and may Allaah reward you with good?

Response: That which is correct is that fasting the 15th of Sha’baan or specifying it with reciting (the Qur.aan) or making (particular) supplications has no basis. So the day of the 15th of Sha’baan is like any other 15th day of other months. So from that which is known is that it has been legislated for a person to fast the 13th, 14th and 15th of every month, however, Sha’baan is characterised unlike the other months in that (except for Ramadhaan) the Prophet (sal-Allaahu `alayhe wa sallam) used to fast more in Sha’baan than any other month . So he used to either fast all of Sha’baan or just a little. Therefore, as long as it does not cause difficulty for a person, it is befitting to increase in fasting during Sha’baan in adherence to the example of the Prophet (sal-Allaahu `alayhe wa sallam).

Shaykh Ibn ‘Uthaymeen
al-Bid’u wal-Muhdathaat wa maa laa Asla lahu – Page 612
Fataawa Shaykh Muhammad Ibn Saalih al-’Uthaymeen – Volume 1, Page 190


Standing the night of the 15th of Sha’baan in prayer and fasting during it’s day

Question: Is standing the night of the 15th of Sha’baan in prayer and fasting during it’s day legislated?

Response: Nothing firm and reliable has been established on the authority of the Prophet (sal-Allaahu `alayhe wa sallam) that he stood in prayer in the night and fasted during the day of the 15th of Sha’baan. So the night of the 15th of Sha’baan is like any other night, and if someone is a regular worshipper during other nights, then he may stand the night in prayer on this night without assuming anything special (because of it being the night of the 15th of Sha’baan). This is because specifying a time for any act of worship requires a authentic proof, so if there is no authentic proof then the act is regarded as an innovation and all innovations are misguidance. Likewsie, regarding specifically fasting during the 15th day of Sha’baan, then no (authentic) proof has been established on the authority of the Prophet (sal-Allaahu `alayhe wa sallam) to indicate the legislation of fasting on that particular day.

As for that which is mentioned from the ahaadeeth regarding this subject, then all of it is weak as the people of knowledge have indicated. However, whoever has the habit of fasting the 13th, 14th and 15th (of every month), then he can continue and fast during Sha’baan as he fasts during the other months, without assuming anything special about the 15th of Sha’baan. Also, the Prophet (sal-Allaahu `alayhe wa sallam) used to increase in fasting during this month (Sha’baan), however, he did not particularise the 15th day, rather proceeded as per norm.

Shaykh Ibn Fowzaan
al-Bid’u wal-Muhdathaat wa maa laa asla lahu – Page 614
Noorun alad-Darb Fataawa Shaykh Saalih Ibn Fowzaan – Volume 1, Page 87


Giving sadaqah specifically on the night of 15th of Sha’baan
Question: When my father was alive, he entrusted me to give sadaqah (charity) according to my means on the 15th of Sha’baan every year, and likewise I have been doing this ever since. However, some people have admonished me for doing so saying it is not permissible. So is giving sadaqah on the night of the 15th of Sha’baan permissible according to the willment of my father or not? Kindly advise us and may Allaah reward you with good.

Response: To specify the giving of sadaqah on the night of the 15th of Sha’baan every year is an innovation, and despite your father having entrusted you with that, it is not permissible. It is befitting you give this sadaqah without specifying the night of the 15th of Sha’baan, rather do so every year and in whichever month, but without particularising any one month (on a consistent basis). However, it is permissible to do so in the month of Ramadhaan (for the evidence which indicates so).

And with Allaah lies all success and may Allaah send prayers and salutations upon our Prophet (sal-Allaahu `alayhe wa sallam) and his family and his companions.


The Permanent Committee for Islaamic Research and Fataawa

al-Bid’u wal-Muhdathaat wa maa laa Asla lahu – Page 611
Fataawa al-Lajnah ad-Daa.imah lil-Buhooth al-’Ilmiyyah wal-Iftaa. – Fatwa No. 9760
Abdullah Khan
 

Hukum Imam Tidak Membimbing Berdoa Selepas Solat.

Hukum Imam Tidak Membimbing Berdoa Selepas Solat.

Soalan:

Apakah benar berdoa secara berjemaah selepas solat fardhu itu bukan dari amalan Nabi, para Sahabat dan para imam mazhab yang empat?

Jawapan:


Setakat yang difahami, perselisihan yang berlaku di kalangan para ulamak hanyalah berkisar kepada amalan berzikir secara berjemaah (beramai-ramai) selepas solat-solat fardu. Pandangan terkuat, berzikir secara berjemaah itu adalah boleh dengan syarat:


1 - Dilakukan sekali-sekala khususnya dalam rangka mengajari makmum tentang kaedah berzikir selepas solat. Ia tidak tetap dilakukan sebagaimana amalan sebahagian besar umat Islam hari ini.


2 - Ia tidak mengganggu jemaah lain yang masih / sedang melakukan ibadah solat. Setahu saya, tiada khilaf di kalangan para ulamak akan haramnya mengeraskan bacaan zikir sehingga mendatangkan gangguan kepada orang yang sedang beribadah.


3 - Lafaz dan bilangan (kaifiyat / tatacara) berzikir itu hendaklah sabit secara sahih daripada Sunnah Nabi, bukannya kaifiyyat yang direka-reka tanpa sebarang dalil yang mendukunginya.


Adapun berdoa secara beramai-ramai dengan bimbingan imam dan tetap melakukannya setiap kali selesai solat, tidak diketahui adanya dalil atau fatwa para ulamak mazhab yang membolehkannya. Setakat ini tidak ada. al-Imam al-Nawawi rahimahullah menjelaskan di dalam kitabnya al-Majmu’ Syarah Muhadzdzab jilid 3, ms. 484-488:


وأما ما اعتاده الناس أو كثير منهم من تخصيص دعاء الأمام بصلاتي الصبح و العصر فلا أصل له


"Adapun yang biasa dilakukan oleh kebanyakan manusia dengan menugaskan imam untuk khusus (membimbing) doa pada solat Subuh dan Asar, maka hal itu tidak ada dasarnya (di dalam agama)."


Ketika Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah (728H) ditanya tentang golongan yang membantah imam kerana tidak berdoa selepas solat, beliau menjawab sebagaimana yang tersebut di dalam kitabnya Majmu’ al-Fatwa al-Kubra:


"Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berdoa bersama makmum selepas solat fardhu seperti yang dilakukan oleh sesetengah orang selesai menunaikan solat subuh dan asar. Hal itu baik. Sesiapa yang mengatakan bahawa al-Imam al-Syafie menyukainya, maka tanggapan itu salah. Kenyataan dalam kitab-kitabnya menafikan hal itu. al-Imam Ahmad dan yang lain tidak menyukai perbuatan itu." - al-Majmu’ al-Fatwa al-Kubra 1/215.
~Mohd Hairi Nonchi 

Renungan : Contoh Pemimpin..



Setelah sang suami meraih kemenangan dalam pemilihan umum presiden Mesir maka Najla Mahmoud dipastikan menjadi Ibu Negara dari Negeri Piramida itu. Sosoknya pun kini perlahan menjadi perhatian dunia.

Istri dari Presiden baru Mesir ini dinilai merupakan sosok wanita Islami yang kerap mengenakan pakaian sederhana dengan kerudung yang menutupi kepalanya.

Karena itulah sosok Najla dinilai sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan Suzanne Mubarak, yang lebih mengandalkan gaya busana modern dengan setelan baju dan celana panjang. Sebagai seorang ibu negara Suzanne kerap digambarkan memiliki gaya hidup glamor.

Namun, gaya berbusana Najla perlahan menuai kritikan dari sejumlah pihak. Kritikan ini didasarkan pada pandangan bahwa Najla tidak layak mewakili Mesir di luar negeri dengan gaya berbusananya itu.

Pekan lalu, foto Najla yang tengah mengenakan baju sederhana dengan kerudung longgar menutupi bagian dada marak beredar di dunia maya. Foto ini pun menimbulkan sejumlah kritikan terhadap Najla.

"Ia sama sekali tidak terlihat merepresentasikan Mesir dengan pakaian yang dikenakannya. Tentunya akan sangat menyenangkan memiliki seorang ibu negara yang sama sekali tidak memiliki ide-ide terkait hak-hak progresif perempuan," tulis salah seorang warga Mesir, yang dikutip Albawaba, Selasa, (26/6/2012).

Sebuah situs gaya hidup dan hiburan di Kairo, The Scenario, bahkan terang-terangan menyerang gaya berbusana Najla. Bahkan situs itu menampilkan postingan dengan judul "Apakah Anda mencoba merayu Saya Nyonya Morsi?" lengkap dengan foto Najla berikut sebuah pertanyaan, "Apakah perempuan ini yang Anda inginkan untuk mewakili Mesir?".

Najla yang lahir di Kairo pada 1962 ini ternyata masih terikat hubungan darah dengan Morsi. Ia tidak lain adalah sepupu Morsi dari pihak ibu. Pasangan ini menikah pada 1979 dan dikaruniai lima anak.

Nama Najla selama bertahun-tahun telah tercatat sebagai anggota kelompok Ikhwanul Muslimin, dimana suaminya juga bergelut di wadah politik yang sama. Perempuan bersahaja ini juga diketahui juga pernah mengecap bangku kuliah di University of Southern California - USA.

Sejak suaminya dinobatkan sebagai Presiden Mesir, Najla sempat menyatakan, ia menolak dipanggil dengan sebutan ibu negara. Najla pun lebih memilih untuk dipanggil dengan sebutan 'Em Ahmed' atau ibu dari Ahmed (merujuk pada nama putra pertamanya).

"Islam mengajarkan bahwa Presiden adalah pelayan bagi rakyat Mesir. Ini berarti istri dari presiden juga adalah seorang pelayan bagi rakyat. Setiap sebutan yang telah dipaksakan harus kita hilangkan dari kamus politik dan sosial," tegas Najla.

Tidak hanya itu, Najla bahkan dikabarkan sempat menolak untuk pindah ke kediaman resmi kepresidenan yang sebelumnya ditempat oleh Husni Mubarak. Najla mengatakan, ia lebih memilih tinggal di sebuah distrik dimana rakyat dengan mudah dapat menemuinya.(rhs)
 
~Islamic united

Friday, June 29, 2012


Khasiat Petai

1. Strok. Berdasarkan penelitian yang diperolehi daripada The New England Journal of Medicine mendapati amalan memakan petai setiap hari berupaya menurunkan risiko kematian akibat strok sebanyak 40 peratus.

2. Merokok. Petai dikatakan berupaya membantu individu yang ingin berhenti merokok. Vitamin B6, B12, kalium dan magnesium yang terdapat di dalam petai dikatakan berupaya membantu tubuh sembuh cepat daripada ketagihan nikotin.

3. Anemia. Dengan kandungan zat besi yang tinggi, petai berupaya menstimulasi pembentukan sel darah merah sekali gus mengurangkan derita pesakit anemia.

4. Sembelit.Petai memiliki kandungan sera yang tinggi. la membantu memudahkan proses pencernaan sekali gus mengelakkan masalah sembelit.
5. Kegemukan.Hasil kajian yang dilakukan oleh Institut Psikologi Austria, mendapati tekanan yang dialami akibat kerja menyebabkan ramai yang memilih coklat untuk mengurangkan tekanan. Begitu pun, makanan tersebut sebenarnya membuatkan anda berhadapan dengan masalah kegemukan. Amalan memakanan petai berupaya mengatasi masalah kegemukan.

6. Depresi. Petai dipercayai dapat mengurangkan depresi. Ini kerana ia mengandungi Trytophan yang berupaya merubah mood seseorang menjadi lebih relaks dan tidak tertekan.

KHAS BUAT ANAK LELAKI.




Assalamualaikum wbth...
Saya ingin berkongsi khutbah jumaat siang tadi khas buat anak lelaki yang boleh membuat kita merenung dn mulai merindui ibu kita. Khutbah mengenai bagaimana seorang ibu mengandung bayi, dan membawa kandungan nya yang membesar semakin membesar kemana saja, bukan 1 hari...bukan 1 bulan tapi 9 bulan dalam situasi yang susah dan payah.

Kemudian ketika proses kelahiran ...satu lagi azab harus di tanggung yang tidak akan ada seorang lelaki pun yang sanggup mengharunginya. Selepas melahirkan satu lagi kesakitan dan kepayahan di hadapinya akibat kesan jahitan dalam proses berpantang selama 3 bulan. Bila si ibu sihat tugasnya tidak habis disitu...maka bermulalah era mendidik dgn penuh kasih sayang, kemana saja sianak pergi sibu pasti bimbang... malah kerap merindui si anak...

Bila si anak dewasa mula bekerja ...si anak masih lagi tidak lupakan ibunya dari segi kewangan dan sakit pening ibu. Tapi... apabila si anak masuk saja ke alam perkahwinan dan mempunyai cahaya mata , maka disini sikap rindu, ingatan pada ibunya sudah mula berkurangan....tahu kenapa ? kerana rasa rindu dan ingatan sudah bertukar pada isteri dan cahaya mata nya.

kalau dulu kerap menziarah dan bertanya khabar ibunya...tapi sikap itu sudah makin menurun....malah si anak selalu bermewah makan luar bersama isteri dan cahaya mata nya sehinggakan tidak terlintas di dalam hatinya : '' ibu aku makan apa hari ini ya '' . Malah jika dia mendengar berita anaknya sakit di sekolah atau hostel...walaupun demam biasa saja ...maka susah bagaimana pun, jauh bagaimana pun dia sanggup mendapatkan anak nya.

Tapi kasih si anak sudah lama berubah...bila dengar berita ibunya demam maka si anak tadi mulalah mencari alasan. Alasan yang paling famous sekali '' tidak ada masa ''. Maka si ibu pun carilah panadol sendiri....! Kita harus bayangkan bagaimana orang tua demam panas dalam sakit semua badan....sejuk kan ?? Tapi tau apa si ibu akan jawab ?...'' tak apa lah dia sibuk tu... '' Allahu rabbi...ingat lah wahai anak lelaki , tanggung jawab anak lelaki pada kedua ibu bapa nya sepanjang hayat mereka.

Selagi ada lagi sedikit umur mereka kita sayangi dan ambil beratlah tentang ibu bapa kita. Kadang2 kita bukan tidak ambil berat kan? tapi kita terlupa...maka di ruang yang sempit ini saya mengingatkan diri saya dan juga anda iaitu... hidup seperti roda , hari ini kita layan ibu bapa kita begini...nanti di masa akan datang anak kita pula yang akan layan begitu juga....Rindui lah mereka seperti mana mereka merindui kita, tapi mereka tidak luahkan...seperti biasa mereka akan kata:...'' tak apalah dia sibuk tu...! ''..............

Thursday, June 28, 2012

Kenapa Wilayah Homs paling dibenci Syi'ah..

 
 
 
Tahukah kita kenapa wilayah Homs merupakan di antara wilayah yang teruk dibom dan diserang oleh rejim Basyar khususnya daerah Baba Amr?

Apakah yang menyebabkan kota tersebut teruk diserang dan dibedil?

Dalam sejarah, sebenarnya di kota ini ialah tempat bersemadinya jasad lebih 400 orang sahabat Rasulullah s.a.w. yang telah berjuang membebaskan wilayah-wilayah ini daripada cengkaman Rom atau Parsi termasuklah Sayyidina Khalid al-Walid r.a

Sebelum tercetusnya perang Qadisiyyah pada 636 M, sahabat Nabi s.a.w yang bernama Saad ibn Abi Waqqas telah meminta bantuan tambahan daripada Khalifah Umar al-Khattab r.a bagi tujuan menghadapi peperangan dengan tentera Parsi.

Lalu Saidina Umar telah menyahutnya, tetapi dengan mengirim hanya 2 orang sahaja seraya berkata dalam suratnya kepada Saad "aku kirimkan kamu 2 orang ini yang mana ia sama seperti aku kirimkan 2000 orang tentera, iaitu Tulaihah Bin Khuwailid dan Amar Bin Ma'ad Yakreb.." - riwayat Thabarani

Setelah tercetusnya pertempuran, Amr Bin Maad Yakreb telah memperlihatkan kehebatan yang sangat mengkagumkan kaum muslimin. Beliau telah berjaya memimpin peperangan dengan jayanya dan telah membunuh begitu ramai tentera Parsi yang kemudiannya berakhir dengan kemenangan kaum muslimin.

Beliau telah meninggal dunia di Baba Amr dalam wilayah Homs yang mengambil nama sempena nama beliau. Kuburnya berada di kawasan perkuburan al-Kutaib iaitu suatu kawasan perkuburan kedua terbesar selepas perkuburan al-Baqi' di Madinah.

Di bandar tersebut jugalah telah dimakamkan sekurang-kurangnya 400 jasad sahabat-sahabat Nabi s.a.w yang telah sama-sama berjuang hingga sampai ke wilayah ini demi membawa risalah Islam. Termasuklah sebahagian pejuang-pejuang Qadisiyyah yang telah mengalahkan kerajaan Parsi tahun 636 M tersebut.

Baba Amr- Kota ini sangat dibenci oleh rejim Basyar dan Iran khususnya lantaran tokoh dan pejuang-pejuang dari kalangan sahabat-sahabat Nabi s.a.w yang menyebabkan kekalahan kaum parsi dalam peperangan Qadisiyyah dahulu telah dimakamkan di sini.

Kini ia telah menjadi tempat bagi kaum Parsi/Iran dan sekutu-sekutunya untuk membalas dendam terhadap kekalahan silam mereka suatu ketika dahulu.

Semoga Allah memelihara pejuang-pejuang Syria yang merupakan 'cucu-cicit' Saidina Khalid al-walid yang pasti akan mempert
 ~Rakyat Malaysia Bersama Revolusi Syria

GANJARAN PAHALA MENDENGAR BACAAN AL QURAN...


BISMILLAHIR ROHMA NIR ROHIM

Di dalam Islam, bukan membaca Al-Quran saja menjadi ibadah dan amal yag mendapat pahala dan RAHMAT ALLAH, tetapi mendengarkan bacaan Al-Quran pun begitu juga... Tentang pahala orang mendengarkan bacaan Al-Quran dengan jelas dalam Surah Al-A'raaf ayat 204 disebut sebagai berikut: Artinya: "Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikan lah tenang, agar kamu mendapat rahmat"...

MENDENGAR BACAAN AL QURAN dengan baik dan tenang, dapat menghibur perasaan sedih, menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakkan hati yang keras, serta mendatangkan petunjuk ALLAH... Itulah yang dimaksudkan dengan rahmat Allah, yang diberikan kepada orang yang mendengarkan bacaan Al-Quran dengan baik... Demikian besar MUKJIZAT AL QURAN sebagai wahyu Ilahi, yang tidak bosan-bosan orang membaca dan mendengarkannya.. Malahan semakin sering orang membaca dan mendengarkannya, semakin terpikat hatinya kepada Al-Quran; dan bila Al-Quran dibaca dengan lidah yang fasih, dengan suara yang baik dan merdu akan lebih memberi pengaruh kepada jiwa orang yang mendengarkannya dan bertambah imannya... Bagaimana keadaan orang Mukmin tatkala mendengarkan bacaan Al-Quran itu digambarkan oleh firman Allah sebagai berikut:

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, hanyalah mereka yang apabila disebut (nama) Allah, gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka kerana-Nya dan kepada Allah lah mereka bertawakkal."..Surah An-Anfaal (ayat 2)...

Diriwayatkan bahawa pada suatu malam, Rasulullah S.A.W. mendengarkan Abu Musa Al-Asy'ari r.a. membaca Al-Quran sampai jauh malam... Sepulang baginda di rumah, baginda ditanya oleh Aisyah r.anha., apa sebabnya pulang sampai jauh malam... Rasulullah s.a.w. menjawab, bahawa beliau terpikat oleh kemerduan suara Abu Musa Al-Asy'ari membaca Al-Quran, seperti merdunya suara Nabi Daud a.s...

Di dalam riwayat, banyak sekali dikisahkan, betapa pengaruh bacaan Al-Quran pada masa Rasulullah S.A.W. terhadap hati orang-orang kafir yang setelah mendengarkan bacaan Al-Quran itu... Tidak sedikit hati yang pada mulanya keras dan marah kepada Nabi Muhammad S.A.W serta pengikut-pengikutnya, berbalik menjadi lunak dan mahu mengikuti ajaran Islam...

Rasulullah S.A.W. sendiri sangat gemar mendengarkan bacaan Al-Quran dari orang lain... Dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Bukhari, bahawa Abdullah Ibnu Mas'ud menceritakan sebagai berikut: " Rasulullah berkata kepadaku: "Hai Ibnu Mas'ud, bacakanlah Al-Quran untukku!". Lalu aku menjawab: "Apakah aku pula yang membacakan Al-Quran untukmu, ya Rasulullah, padahal Al-Quran itu diturunkan Tuhan kepadamu?". Rasulullah menjawab: "Aku senang mendengarkan bacaan Al-Quran itu dari orang lain."... Kemudian Ibnu Mas'ud membacakan beberapa ayat dari surat An-Nisaa'... Maka tatkala bacaan Ibnu Mas'ud itu sampai kepada ayat 41 yang berbunyi:

Artinya: "Maka bagaimanakah (hal orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul dan nabi) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu)." sedang ayat itu sangat mengharukan hati Rasulullah S.A.W., lalu beliau berkata: "Cukuplah sekian saja, ya Ibnu Mas'ud!"... Ibnu Mas'ud melihat Rasulullah menitiskan air matanya serta menundukkan kepalanya...
by Ramli Joned

MARILAH SAMA-SAMA KITA BANYAK MENDENGAR AL QURAN, SERTA MEMAHAMI ISI KANDUNGANNYA....

MUKMIN YANG KUAT LEBIH DIKASIHI ALLAH



Sabda Rasulullah SAW. yang bermaksud : “SEORANG MUKMIN YANG KUAT itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah, daripada seorang mukmin yang lemah, dan dalam segala sesuatu itu baik adanya. Jagalah apa yang bermanfaat bagimu, mintalah tolong kepada Allah dan jangan merasa tidak mampu..” (Hadis Riwayat Muslim)..

Mukmin yang kuat adalah mukmin yang lebih cintanya dan taqarrubnya kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan pada pemahaman Kitab-Nya... Kerana ia kuat dalam memahami dan meneliti, kuat dalam berfikir dan menganalisa kebenaran dan kebatilan.... Mukmin yang kuat disini bukan bermakna kuat fizikal semata-mata, tetapi kuat yang dimaksudkan adalah kuat dari segi KEROHANIAN, JIWA, DAN DAYA PEMIKIRAN.... Ia mampu untuk melihat sesuatu perkara yang bermanfaat dan berbahaya... Contohnya apabila ia lihat temannya dalam keadaan lemah, ia berusaha untuk memperkuatkannya dan mengatasi kelemahannya.... Apabila ia lihat umatnya dalam keadaan kritikal berpenyakit, ia akan mencari ubatnya....

Apabila kita ingin menjadi mukmin yang kuat, kita perlu melihat AL QURAN, dengan kekuatan analisa, pemahaman, pemikiran dan makrifat untuk mengetahui maksud yang dibaca... Kita perlu menguasai jiwa, perasaan, nurani dan hati... Sebagaimana sabda Nabi SAW yang bermaksud, “Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam berkelahi, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika sedang marah...” (Hadis Riwayat Muttafaq Alaih)...

KITA PERLU SETIAP HARI mempersiapkan diri kITA dengan kekuatan IMAN dan hidupkan hati dengan ZIKRULLAH, memahami masaalah umat Islam dan berusaha untuk mengatasinya..... Membaiki peribadi dan akhlak Islam, memperkukuhkan kekuatan akidah dan mempertingkatkan hubungan hati dengan Allah SWT.....

Seorang mukmin adalah orang yang tidak pernah merasa bahawa dirinya tidak mampu.... Dibuangkan jauh-jauh segala kelemahan dirinya dengan sebuah keyakinan, bahawa Allah Yang Maha Berkuasa telah membangkitkan dalam dirinya kebaikan, kemampuan dan kekuatan.... Yakin dengan janji-janji Allah dan terus berjihad, berjuang dan berkorban apa sahaja demi mencari keredaan Allah SWT.. Yang penting laksanakan dahulu tugas dan tanggungjawab, dan segala masaalah serahkan kepada Allah SWT... Insya Allah ianya akan dipermudahkan oleh Allah SWT......
By Ramli Joned
  

SYAITAN TEWAS KEPADA HAMBA ALLAH YANG IKHLAS...

BISMILLAHIR ROHMA NIR ROHIM.....



Di dalam Mikhtashar Minhaj al Qosidhin disebut satu riwayat sebuah kisah, ada sebatang pokok yang sering disembah oleh penduduk kampung... Maka ada seorang lelaki mengatakan, ”Aku akan tebang pokok itu yang telah menyebabkan ramai manusia menjadi syirik”... Lelaki itu pun mengambil kapak dan pergi ke pokok tersebut untuk menebangnya…

Syaitan yang menyerupai manusia, menunggu di pokok itu dan berkata, ”Apa yang kau ingin lakukan ?"   Lelaki itu menjawab, "Aku ingin tebang pokok ini... Ramai telah syirik kerana menyembah pokok ini"... Syaitan itu berkata, "Aku akan menghalang kamu... Kamu perlu mengalahkan aku untuk menebang pokok ini"... Lalu terjadilah pergelutan, dan lelaki itu berjaya mencekik syaitan yang menyerupai manusia itu... Syaitan berkata, "Aku mengaku kalah dan kau boleh tebang pokok ini… Tetapi dengar dulu cadangan aku... Kau tidak akan dapat apa-apa faedah pun jika kau tebang pokok ini... Orang kampung akan cari pokok lain untuk mereka sembah... Jika kau setuju untuk tidak tebang pokok ini, aku akan berikan dua dinar, di bawah bantal tidurmu, pada setiap pagi." ...Lelaki itu bersetuju dengan tawaran tersebut...

Pada keesokan harinya dia mendapati ada dua dinar dari bawah bantalnya... Kemudian pada esok harinya lagi dia tengok tidak ada dua dinar seperti yang dijanjikan... Lelaki itu merasa marah lalu mengambil kapak dan pergi untuk tebang pokok itu... Setiba di pokok itu, syaitan telah sedia menunggu. ”Apa yang kau ingin lakukan ?". Lelaki itu menjawab, "Aku nak tebang pokok ini.. Hari ini tidak ada 2 dinar seperti yang kau janjikan.. Kau telah tipu aku"... Syaitan itu berkata, "Aku akan menghalang kamu... Kamu perlu mengalahkan aku untuk tebang pokok ini"....

Lalu terjadilah pergelutan, dan kali ini lelaki itu kalah, syaitan telah berjaya mencekik lelaki itu.. Syaitan berkata, ”Tahukah kamu siapa aku?"... Syaitan memberitahu, dia sebenarnya adalah syaitan... Lelaki itu bertanya, " Mengapa hari itu, aku dapat kalahkan kau, tetapi kali ini aku tidak dapat kalahkan kau?".. Syaitan menjawab, "Kali pertama kau datang, niat kau IKHLAS semata-mata kerana Allah, sehingga aku tidak berdaya mengalahkan kau... Tetapi kali ini kau datang kerana kau marah, tidak dapat dua dinar dan apabila kau tidak ikhlas kerana Allah, maka aku berjaya mengalahkan kau"....

by Ramli Joned

Imam Al-Bukhari rahimahullaahu ta'ala pernah berkata,
"Al-'IImu qablal qaul wal 'amal."

Artinya :
"Berilmu sebelum berkata dan berbuat (beramal)."
(Shahiih al-Bukhari, I/159)

Beliau rahimahullaahu ta'ala berkata demikian dasarnya adalah firman Allah Jalla Jalaaluh :
"Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (sesembahan yang benar) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu."
(QS. Muhammad : 19)

Allah memulai firman-Nya dengan ilmu sebelum ucapan dan perbuatan, karena itu sudah sepantasnya kewajiban bagi kita untuk berilmu terlebih dahulu sebelum beramal.

Bagaimana cara kita mendapatkan ilmu yang benar?

Al-Jawab :
Dengan belajar dien, dengan pemahaman Salafush Shalih, Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Itulah jalan kebenaran, jalan yang lurus yang kita diperintahkan untuk mengikuti jalan-jalan yang telah Allah ridhai bukan jalan-jalan yang telah Allah sesatkan.

'Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu berkata,
"Hendaklah kalian memiliki ilmu sebelum ilmu itu diangkat dan dilenyapkan, lenyapnya ilmu dengan wafatnya orang yang mengajarkannya. Seseorang tidak akan mungkin dilahirkan dalam keadaan berilmu, karena sesungguhnya ilmu itu didapatkan dengan belajar."
(Tahdzib Mau'idhah al-Mu'minin, hal. 16)

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullaahu ta'ala berkata,
"Manusia lebihperlu kepada ilmuberbanding makan dan minum. Karena makan dan minum dalam sehari hanya dibutuhkan dua atau tiga kali, sedangkan ilmu dibutuhkan pada setiap saat."
(I'lamul Muwaqqi'in, II/257)

Jangan sampai kita (baca : ummat Islam) seperti kaum Nasrani yang tersesat, mereka beribadah tanpa mempunyai ilmu hingga akhirnya mereka kaum yang tersesat, namun jangan juga kita mengikuti kaum Yahudi yang terlaknat mengetahui ilmu namun tidak beramal.

Semoga Allah tetapkan diri kita, keluarga kita dan kerabat-kerabat kita untuk istiqomah di atas Islam dan Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih, Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
http://www.facebook.com/pentingnya.syari

Wednesday, June 27, 2012

BAYANG-BAYANG SEORANG HAMBA



“Saya tak faham kak. Mengapa rumahtangga saya ni selalu bergoncang. Tenang sekejap, kemudian bergolak semula. Ada saja sebab yang mencetus pertengkaran saya dan suami.” Luah seorang isteri bernama N menerusi emel yang dikirimkan kepada saya.

Membaca baris demi baris ayat-ayat yang ditulis oleh Puan N, saya menangkap rasa pedih yang mengikuti setiap luahan jiwanya. Untuk itu, saya cuba menelusuri setiap patah kata bagi memahami sebab kepada berlakunya perbalahan yang berulang-ulang itu.

“Sebenarnya sejak awal perkahwinan lagi, saya melihat suami agak liat untuk solat berjamaah. Ke masjid sudahlah jarang-jarang, di rumah pula dia lebih selesa solat seorang. Mula-mula mungkin kerana segan agaknya, bila saya mengajak solat bersama, dia turutkan juga. Tapi, lama kelamaan, suami saya semakin beralasan.

Ada saja sebab untuk dia menolak agar kami solat berjamaah; letihlah, nak rehat dulu dan bermacam lagi. Saya sedih dan tertekan. Kerap timbul pertanyaan, kenapa asyik saya yang memulakan. Bukankah suami yang sepatutnya berperanan sebagai pemimpin rumahtangga?

Sudah banyak yang saya lakukan agar suami berubah, termasuk doa kepada TUHAN, tapi usaha saya bagai sia-sia. Saya iri bila melihat keluarga lain yang mementingkan nilai beragama dalam rumahtangga dan saya mengimpikan kebahagiaan sebegitu.

Saya sedar suami seorang yang sibuk dengan businessnya. Wang bukan masalah kehidupan kami, dan suami juga selalu memberi saya hadiah berjenama. Namun saya merasakan kehidupan kami tidak sempurna. Tolong beri saya nasihat kak….”N mengakhiri bicaranya dalam emosi gelisah seorang isteri.

Entah mengapa, tatkala membaca baris-baris akhir dari ayat yang tertera, saya bagai menemukan jawapan kepada persoalan yang ditanya.

Namun saya ulang membaca buat kesekian kalinya untuk kepastian diri. Setelah beberapa kali, saya merasakan ada dua sebab utama yang perlu diambil perhatian oleh Puan N dalam rangka usahanya menyelesaikan kemelut yang melanda.

Solusinya bukan harus ditumpukan pada masalah yang berlaku, tetapi ia harus difokuskan pada hati dan jiwa. Itulah sebenar punca.

PERTAMA : TIDAK SEJIWA
Banyak masalah dalam hidup berlaku memang bukan berawal dari harta, tetapi ia bermula pada orientasi hidup manusia. Ketika seorang insan menempatkan perubahan orientasi kehidupannya dari akhirat kepada dunia, maka terjadi pula perubahan dalam berbagai aspek di dalam hidupnya. Kerana itu, bermula dari berubahnya orientasi hidup, rumahtangga yang berawal dari hulu yang penuh kesejukan, dapat berubah menjadi gersang dan hampa di muara.

Justeru itu, sudah lama saya memikirkan bahawa kemungkinan, jika sesebuah rumahtangga itu terlalu sukar untuk mewujudkan faham memahami serta toleransi adalah kerana pertembungan orientasi kehidupan di antara suami isteri yang menatijahkan 'roh' kedua-duanya tidak serasi.

Andai seorang cenderung memilih akhirat, manakala seorang memilih dunia yang jelas memikat, maka bagaimana mungkin keduanya dapat bersatu menuju matlamat?

Rasulullah SAW bersabda :

الأرواح جنود مجندة فما تعارف منها ائتلف وما تناكر منها اختلف

Maksudnya : “Bermula roh-roh itu berkelompok-kelompok, maka yang mana sesuai ( secocok ) sifatnya, akhlaknya, tujuannya, maka roh-roh itu itu menjadi 'jinak' ( saling mencintai ), manakala jika sifatnya, akhlaknya dan tujuannya tidak sepadan, maka ia akan saling menjauh ( bertelingkah ).” ( Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Daud dan selain mereka )

Imam An-Nawawi mengemukan pandangannya dalam Syarah Muslim. Beliau menukilkan :

“Para ulama mengatakan, maknanya mereka adalah sekelompok manusia yang berkumpul atau manusia yang bermacam-macam lagi berbeza. Ruh-ruh itu saling mengenal kerana suatu perkara yang ALLAH SWT menciptakan ruh-ruh itu di atasnya. Ada yang mengatakan, kerana mereka dijadikan oleh ALLAH SWT di atas sifat-sifat yang saling sepadan dan tabiat yang saling bersesuaian. Ada yang mengatakan, kerana mereka diciptakan secara bersama kemudian jasad mereka saling berpisah, sehingga yang bersesuaian dengan tabiatnya, dia akan bersatu dengannya. Dan yang saling berjauhan tabiatnya maka dia akan 'lari' dan menyelisihinya."

Ramai yang memaklumi dan turut merasakan pengalaman ini iaitu wanita/lelaki yang baik agamanya akan mencintai lelaki/wanita yang baik agamanya, manakala wanita/lelaki yang tidak baik akan mencintai lelaki/wanita yang tidak baik pula.

Sebaliknya, pasangan atau salah seorang dari keduanya yang 'jauh' dari kehidupan bersama TUHAN, akan menyebabkan perkahwinan terasa sempit, dipenuhi dukacita dan pergolakan yang tidak berkesudahan.

Justeru, andai berlaku perkahwinan antara jiwa-jiwa yang tidak serasi ini, maka perselisihan akan kerap berlaku hingga jika tidak diselia dengan bijaksana, perceraian akan menjadi titik noktahnya.

KEDUA : MERASA MULIA
Ini adalah sebab kedua yang pada saya lebih utama untuk direnungi oleh para isteri seperti Puan N. Ia berpunca dari hati yang sakit dan memerlukan rawatan segera. Apabila merasa diri lebih baik dari orang lain kerana usaha ketaatan yang dilakukan, maka ketika itu jarum syaitan telah berjaya menusukkan racun mazmumahnya.

Kebenaran yang disampaikan bersulam rasa ‘aku lebih baik, lebih berusaha atau lebih lain-lainnya, seakan-akan menghimpit keikhlasan dalam melakukan ketaatan. Bimbang-bimbang, berpunca tiada ikhlas dan merasa lebih mulia itulah yang menjadi hijab dari sampainya kebenaran.

Sememangnya, manusia beribadah, melaksanakan suruhan, meninggalkan larangan dan memanjatkan permohonan kepada TUHAN Yang Maha Kaya, meminta sesuatu berkait kehidupan di dunia ini kepada-NYA, akan tetapi yang selalu berlaku adalah dek kerana banyak meminta namun merasa belum tertunai hajat yang dipinta menyebabkan limpahan nikmat-nikmat lain tidak disyukuri, sementara dosa dan noda tidak pula dipinta agar ditaubati.

Sedangkan seharusnya, sebagai hamba yang benar-benar mengharapkan rahmat TUHAN; ibadah, ketaatan dan doa yang dilaksanakan bukan bertujuan agar permintaan itu dan ini dalam hidup ditunaikan secepatnya, akan tetapi ia lebih kepada berhajatnya manusia untuk bermesra bersama Rabb-NYA, buat penerus hidup sebagai hamba.

Saya merenungi pesanan ALLAH SWT lewat firman-NYA yang bermaksud : "Jika kamu menyintai ALLAH, maka ikutilah aku...", mudah untuk lidah menuturkan, tetapi sukar mengamalkan kerana kebenaran itu bukan diukur pada perkataan semata, tapi lebih kepada amal perbuatan menjadi buktinya.

BELAJAR DARI BAYANG-BAYANG
Oleh itu, baik seorang isteri atau suami itu berada pada kedudukan yang dinasihati atau menasihati, kedua-duanya perlu kembali menjadi HAMBA ILAHI untuk menyatukan semula dua hati.

Renungkan bayang-bayang diri yang selalu ada bersama hadirnya cahaya.

Di pihak suami, sebagai seorang yang perlu dinasihati, bawalah dia merenung keadaan orang yang mengejar urusan dunia dengan meninggalkan akhirat yang lebih kekal di sana. Keadaan ini tak ubah seperti seseorng sedang mengejar bayang-bayang dengan membelakangi cahaya yang menyimbah, pasti tidak akan berhasil mendapatkannya. Sebaliknya, jika dia membelakangi bayang-bayang dan menghadapkan wajah kepada cahaya yang memancar indah, pasti dia mendapati bayang-bayang itu mengikutinya di setiap langkah menuju cahaya.

Andai mengejar dunia, manusia tidak akan pernah merasa kepuasannya, tetapi bagi yang mengejar akhirat, dunia pasti menjejak bersama-sama di setiap langkah kakinya.

Oleh itu, hanya dengan nasihat atau peringatan yang berhikmah melalui bicara yang kena dengan suasana, akan melunakkan jiwanya kerana naluri beragama yang suci dan bersih itu ada pada setiap jiwa. Tinggal lagi ia perlu digilap agar kecenderungan dan kecintaannya memihak kepada kebaikan dan kebenaran.

Inilah fitrah, ia wujud sejak azali lagi di dalam diri manusia, iaitu sebelum mereka dilahirkan ke dunia; ketika masih di alam ruh. Fitrah dan ruh itu saling berkait rapat antara satu sama lain. Seterusnya, ruh pula bertindak sebagai rantaian yang menghubungkan nafsu, akal dan hati. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

Maksudnya : “Ingatlah ketika Tuhanmu mengambil janji dari anak-anak Adam sejak azali dan mempersaksikannya atas diri mereka sendiri. “Tidakkah Aku Tuhanmu?” Mereka menjawab, betul, kami mempersaksikan atas itu tetapi kamu akan berkata pada hari kiamat, kami telah lalai mengenai hal ini.” ( Surah al-Araf ayat 172)

Sementara di pihak isteri, selaku orang yang menasihati, insafilah bahawa seseorang yang merasa lebih mulia, lebih baik, lebih taat, lebih berjasa, lebih berkebaikan dan seumpamanya daripada orang lain hakikatnya sedang ditipu oleh syaitan durjana.

Bukankah, semakin seseorang menghampiri cahaya mentari, semakin gelap bayang-bayang yang mengikuti ?

Demikianlah perumpamaan orang yang semakin hampir kepada TUHAN nya; kian dekat, kian terserlah dosa dan salah dirinya. Lantas dia memperbaiki diri tanpa rasa sombong dan bangga diri seterusnya mengajak insan-insan tersayang di sampingnya dalam kerendahan hati mengharapkan bantuan ILAHI.

Dia memuhasabah diri, mengintai ke dalam jiwa, adakah ikhlas menjadi paksi tindakannya atau ada terselit maksud lain yang memungkinkan datangnya rasa ujub, riak atau perasaan buruk lain sehingga nasihat yang sepatutnya membuahkan hasil yang manis, bertukar menjadi kata-kata yang tajam, menikam dan melukakan hati.

Seorang insan yang sedar, faham dan tahu bahawa dirinya hanyalah seorang hamba, akan sentiasa merendah diri dan tidak berbangga dengan usaha serta penat lelah dirinya. Andai selepas usaha, kejayaan mengiringinya, maka kesyukuran dipanjatkan dengan ikhtiar yang lebih dilipatgandakan. Sebaliknya, jika masih belum menampakkan hasil yang diinginkan, maka dia bersabar, tetap berusaha dan terus memohon petunjuk kerana keyakinannya bahawa hidayah itu milik Yang Maha Esa semata, sedangkan seorang hamba itu hanya dituntut untuk berusaha seupaya dirinya.

BAYANG-BAYANG SEORANG ‘HAMBA’
Akhirnya, saya menamatkan jawapanbalas kepada Puan N bersama satu renungan buat diri saya sendiri :

“Dalam rumahtangga, pandangan hidup yang banyak membantu kelangsungan perkahwinan adalah pandangan tawadu’ iaitu saling meletakkan keadaan pasangan pada diri masing-masing untuk diperhati dan dihalusi. Bila ini dilakukan, maka sikap faham memahami , bertoleransi dan nasihat menasihati itu akan lebih mudah disuburkan.

Suami yang lalai dalam ketaatan kepada ALLAH SWT, dan isteri yang merasa lebih taat dan lebih baik dari pasangan, mereka sebenarnya adalah sama dari sudut jiwa walau zahirnya terlihat berbeza. Kedua-duanya tidaklah lebih mulia lantaran kedua-duanya sedang melakukan dosa.

Untuk meraikan keberhasilan sesuatu usaha ketaatan, ia hanya akan sempurna melalui tasbih kehambaan beriring istighfar kerana kealpaan.

Justeru itu, teruskan merenung bayang-bayang, kerana ia mengingatkan bahawa kita ini hanya hamba ar Rahman. Firman ALLAH SWT :

وَلِلّهِ يَسْجُدُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلالُهُم بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ

Maksudnya : “Hanya kepada ALLAH-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemahuan sendiri atau pun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” ( Surah ar Ra’d 13:15 )

Mari bersama bermuhasabah…..