Buat kamu apakah Arti REMAJA
Assalammu'alaikum
waRahmatullah waBarakatuh kepada brothers dan sisters yang berada
diatas agama Islam yang membenarkan tauhid serta menjadi hujjah kepada
setiap kesesatan manusia yang menyimpang daripada manhaj beragama yang
sebenar=)
Ana ingin mengambil kesempatan ini untuk memberikan
sedikit insight kepada buku kecil yang insyallah akan diterbitkan dalam
masa terdekat. Dengan izin dan bantuan daripada Allah azza wajalla jika
telah terbit buku kecil yang pertama maka akan diberikan buku kecil
kedua mengenai aqidah dan cara beragama untuk di perbaiki untuk manfaat
pelajar baru insyallah.
Ana hanya ingin memberikan version yang
telah dipendekkan untuk remaja yang bersemangat mempelajari agama di
sebuah tempat dimana ana lebih aktif berdakwah khusus topic rukun Islam
sahaja. Ana berkongsi semoga manfaat.
MUQADDIMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره, ونعوذ باالله من شرور انفسنا ومن
سيئات اعمالنا, من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. ونشهد أن لا
إله الا الله وحده لاشريك له ونشهد أن محمدا عبده ورسوله.
Segala
puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari
kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah
maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan
oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya.
Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang
tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad
adalah hamba dan utusan Allah.
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan
sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan Islam”
(3:102)
يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم
من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله
الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا
“Wahai sekalian
manusia! Bertaqwalah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu
(bermula) dari diri yang satu (Adam), dan yang menjadikan daripada
(Adam) itu pasangannya (Hawa), dan juga yang membiakkan dari keduanya
(zuriat keturunan) lelaki dan perempuan yang ramai. Dan bertaqwalah
kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-yebut namaNya,
serta peliharalah hubungan (silaturrahim) kaum kerabat; kerana
sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu”
(4:1)
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan
katakanlah perkataan yang tepat - benar (dalam segala perkara), Supaya
Ia memberi taufiq dengan menjayakan amal-amal kamu, dan mengampunkan
dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah) sesiapa yang taat kepada Allah dan
RasulNya, maka sesungguhnya ia telah berjaya mencapai sebesar-besar
kejayaan”
(33:70-71)
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan
adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad
sallahu ‘alaihi wa sallam. Seburuk-buruk perkara adalah yang
diada-adakan , setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah
itu sesat dan setiap kesesatan itu tempatnya di Neraka.
Amma ba’du:
“..Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah
tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi
penerangan..”
(31:20)
Allah azza wajalla telah berfirman
sebagai peringatan buat manusia agar beragama dengan dalil yang terang
lagi jelas yaitu yang datangnya daripada al-Qur’an dan as-Sunnah.
“..Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya..”
(17:36)
Alangkah indahnya kehidupan seorang muslim yang berjalan dipermukaan
bumi Allah untuk menuntut 'ilmu kerana Rasulullah saw pernah bersabda:
"..Barangsiapa menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan permudahkan jalan baginya ke syurga.."
(HR Muslim)
Mengenal Allah azza wajalla sesuai dengan kebenaran-Nya
Wajib bagi seseorang muslim itu mengenal tuhannya sesuai dengan
sifatnya sepertimana Allah azza wajalla mengkhabarkan dirinya bukan
dengan khayalan semata-mata mahupun dengan akal logika kerana akal
manusia tidak akan mungkin mampu untuk memahami kebesaran Sang Pencipta
namun diwajipkan keatas seorang muslim itu untuk beriman dengan
sebenar-benar keimanan dan bersifat menyerah diri tanpa banyak
mempersoalkan Zat Rabbul ‘alamin kerana Rasulullah saw yang menerima
wahyu dan kerasulan tidak pernah membincangkan kepada para sahabat r.a.
perkara yang tidak harus disoalkan. Maka kami beriman seperti dalil
berikut sebutkan:
“..Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat..”
(42:11)
“..Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (Allah)..”
(112:4)
“..Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam..”
(7:54)
Maka kesimpulan adalah Dialah Allah azza wajalla yang mempunyai Zat dan
Sifat sesuai dengan kebesaran-Nya tanpa boleh seseorang mengubah,
membatalkan, menyembunyikan kecuali harus membenarkan sebagaimana
didatangkan di dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Berkata Imam Malik rahimahullah:
“..Bersemayam (Allah di ‘arasy) maklum, dan bagaimana tidak diketahui,
beriman dengannya (al-quran) wajib dan bertanya bid’ah..”
(al-Asma’ wa ash-Shifat oleh Imam al-Baihaqi)
Ketahuilah wahai tholibul ‘ilm bahawa umat Islam telah berpecah kepada
beberapa golongan kerana mereka banyak mempersoalkan ketuhanan Allah
jalla wa a’la sedangkan Rasulullah saw tidak pernah dan begitu juga para
sahabat r.a. ajmain membincangkankan sesuatu yang Allah telah khabarkan
tentang Zat dan Sifat-Nya sebagaimana di dalam al-Quranul Karim.
“..Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara
(isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat (jelas seperti manusia, tanaman
dll), itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat(tidak jelas sebenarnya seperti alam ghaib; Allah, Syurga,
Neraka, Mizan dll). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah.
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan
tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal..”
(3:7)
Maka kami nasihatkan agar beriman dengan
sebenar-benar keimanan dan hindarilah syubahat golongan orang-orang
munafik dan ahlul hawa dalam beragama sehingga mereka diancam neraka
jahannam. Kembalilah kepada cara beragama seperti para sahabat r.a. dan
semoga kalian tergolong dalam golongan yang benar dan diredhai Allah
azza wajalla.
“..Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah
jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang
telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali..”
(4:115)
“..Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar..”
(9:100)
Mengenal Rasulullah saw melalui ilmu
Sering kami mendapati manusia yang beragama dengan pemikiran manusia
lain atau pendapat akalnya mahupun gurunya, nenek moyangnya, mimpi
syaikhnya dan bermacam-macam tatacara mereka akan beragama dengan hawa
nafsunya sehingga mereka tidak mengenal Islam yang dibawa oleh Muhammad
saw, dan cara beragamanya Rasulullah saw dan para sahabat r.a. sedangkan
kami dituntut beragama dengan Islam sepertimana yang diajar oleh
Rasulullah saw kerana bagindalah yang mendapatkan wahyu dan tidaklah
baginda berucap kecuali ianya adalah wahyu dan petunjuk Rasulullah saw
dalam cara beragama. Hal demikian telah terjadi dan masih terjadi malah
akan terus terjadi sebagai fitnah akhir zaman dimana manusia akan
meninggalkan sunnah Rasulullah salallahu’alaihissalam dan mengikuti cara
beragama yang dicipta (bid’ah) disebabkan syubahat para ulama’ yang
tidak amanah yang berada di tengah-tengah manusia pada zaman fitnah ini
sebelum terjadinya hari pembalasan.
Begitu juga hujjah dimana telah
kami bersyahadah yakni berikrar untuk mencontohi Rasulullah saw dalam
beragama bukan mengikuti sesuka hati untuk memilih mana ‘agama’ yang
kami sesuaikan. Rukun Islam pertama yang menjadikan seseorang itu muslim
adalah dengan mengambil pengikraran bahawa “Tiada tuhan yang berhaq
untuk disembah kecuali Allah (tauhid) dan Muhammad adalah hamba-Nya dan
Rasul-Nya”. Dengan syahadah tersebut menjadi tuntutan buat setiap muslim
mengambil Rasulullah salallahu’alaihissalam sebagai contoh dalam segala
urusan peribadahan yang merangkumi melakukan amal soleh dan
meninggalkan maksiat terhadap Allah dimana ibadah itu sudah pasti
mendatangkan dua hal yaitu mendekatkan diri kepada Allah azza wajalla
serta syurga dan dijauhkan dari api neraka serta kemurkaan Allah azza
wajalla.
“..Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah..”
(33:21)
“..Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang..”
(3:31)
Mengenal Agama Islam yang sebenar
Telah kami jelaskan bahawa manusia telah banyak tersesat dalam cara
mereka beragama walaupun mereka telah berikrar seorang muslim dan
sebahagian sangat berlebih-lebihan dalam mencintai Rasulullah
salallahu’alaihissalam tetapi meninggalkan al-Quran dan as-Sunnah
sedangkan itulah asas seseorang beragama. Maka diantara yang dituntut
adalah mengenal Islam yang sebenar dan meninggalkan orang-orang yang
menyimpang daripada Islam walaupun mereka menyembunyikan kesesatan
mereka dalam jubah, sorban mahupun kepandaian membaca al-Quran dan
bahasa arab. Selagi mereka tidak kembali kepada tatacara beragama
sepertimana Rasulullah saw dan para sahabat r.a. beragama dengan Islam
yang sebenar maka kami berkewajipan meninggalkan mereka dalam menimba
ilmu Islam supaya kami tidak terfitnah dengan kebohongan mereka yang
diselimuti dengan penyelewengan terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah.
“..Sesungguhnya sebahagian dari tanda-tanda hari kiamat ialah dicarinya ilmu itu dari para ahli bid’ah..”
(Kitab Zuhud Ibn Mubarak no.61-sahih oleh al-Albani)
Apabila disebut Islam maka kami akan bermaksud Islam yang diajarkan
Allah azza wajalla kepada Rasulullah saw yang kemudian mengajarkannya
kepada para sahabat r.a. ajmain. Maka kewajipan mengenal Islam bagi
setiap muslim agar beragama dengannya dan meninggalkan agama orang kafir
yang musyirik kepada Allah azza wajalla.
“..Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam..”
(3:19)
“..Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi..”
(3:85)
“..Pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..”
(5:3)
“..Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu..”
(2:208)
Memahami al-Islam
Islam terbagi atas tiga dasar utama berdasarkan hadith Jibril a.s.:
Abdullah bin Umar berkata: "Telah menceritakan kepadaku bapakku (yaitu) Umar bin Al-Khattab, dia berkata:
"Pada suatu hari kami sedang berada di sisi Rasulullah saw tiba-tiba
datang kepada kami seorang laki-laki yang sangat putih bekas pakaiannya
(dan) sangat hitam rambutnya, tidak nampak padanya bekas perjalanannya,
dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya, sampai dia
duduk menghadap kepada Rasulullah, lalu dia menyandarkan kedua lututnya
ke kedua lutut beliau, dan dia meletakkan kedua telapak tangannya ke
kedua paha beliau, lalu dia bertanya, "Hai Muhammad, beritahukanlah
kepadaku tentang [1]ISLAM?"
Maka Rasulullah saw menjawab, "Islam itu ialah:
1)Bahawa engkau bersaksi sesungguhnya tidak ada satupun tuhan yang
berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, dan Muhammad itu adalah
utusan Allah.
2)Engkau mendirikan solat
3)Mengeluarkan zakat
4)Puasa di bulan Ramadhan dan...
5)Menunaikan ibadah haji jika engkau sanggup berjalan ke sana"
Laki-laki itu berkata, "Engkau benar"
Umar berkata, "Kami merasa heran kepada orang ini, dia yang bertanya dan dia juga yang membenarkannya!?"
Laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahukanlah kepadaku tentang [2]IMAN?"
Beliau menjawab:
1)Engkau beriman kepada Allah
2)Para Malaikat
3)Kitab-kitab Nya
4)Para Rasul Nya
5)Hari Akhirat
6)Taqdir yang baiknya dan yang buruknya (Qada' dan Qadar)
Laki-laki itu berkata, "Engkau benar"
Maka laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahu kepadaku tentang [3]IHSAN?"
Rasulullah saw menjawab:
"Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Maka
jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu"
Laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahukanlah kepadaku tentang hari KIAMAT (bila waktu terjadinya)?"
Beliau menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari orang yang bertanya"
Laki-laki itu bertanya lagi, "Maka beritahukanlah kepadaku tentang TANDA-TANDANYA (hari kiamat)?"
Beliau menjawab, "Ialah seorang budak perempuan melahirkan tuannya. Dan
engkau melihat orang-orang yang faqir yang bertelanjang kaki dan tidak
berpakaian serta penggembala kambing, saling berlomba dalam membangunkan
bangunan"
Umar mengatakan, "Kemudian laki-laki itu pergi. Maka aku tinggal dalam waktu yang lama, kemudian Rasul saw bertanya kepadaku:
"Hai Umar, tahukah engkau siapakah yang (datang) bertanya itu?"
Jawab Umar, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu"
Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya itulah JIBRIL as, dia datang kepada kamu untuk mengajarkan kepada kamu akan AGAMA kamu."
(HR Muslim no 8)
6 Rukun Iman yang wajib bagi setiap muslim memahaminya
1. Beriman kepada ALLAH:
Beriman kepada Allah azza wajalla bukan saja dengan membenarkan adanya
Sang Pencipta yakni Allah azza wajalla tetapi mengenal-Nya dengan
kebenaran dibimbingi oleh ilmu yang sahih dengan kefahaman Rasulullah
salallahu’alaihissalam dalam menetapkan Dzat Allah jalla wa’ala serta
tuntutan seorang hamba kepada-Nya yakni tauhid. Mentauhidkan Allah azza
wajalla lawannya adalah mensyirikkan-Nya. Sedangkan tidak seorang Nabi
dan Rasul diutus oleh Allah azza wajalla kecuali agar diajarkan manusia
untuk menyembah-Nya dengan mentauhidkannya serta mengajarkan manusia
erti kesyirikan supaya dijauhi dan berjihad melawannya.
“..Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku..”
(51:56)
Dengan maksud beribadah kepada Allah azza wajalla bukan dengan dicampuri kesyirikan tetapi mentauhidkan-Nya.
“..Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku (sahaja)..”
(21:25)
“..Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan (tauhid) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus..”
(98:5)
Sedangkan jika manusia percaya adanya Allah
azza wajalla tetapi mensyirikkan-Nya maka ia tidak akan mendatangkan
manfaat kerana Allah azza wajalla tidak akan mengampunkan dosa syirik
jika seseorang itu mati sebelum taubat serta setiap amalannya akan
digugurkan tidak menjadi pahala di sisi-Nya.
“..Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar..”
(4:48)
“..Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni
dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya..”
(4:116)
“..Dan sesungguhnya
telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika
kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugi..”
(39:65)
Definisi Tauhid menurut syariat bermaksud:
“..mengesakan Allah dengan sesuatu yang khusus bagi-Nya, berupa RUBUBIYAH, ULUHIYAH, ASMA’ dan SIFAT..”
(Syarah Kitab Tauhid oleh Syaikh Utsaimin)
Tauhid Rububiyah:
Kepercayaan yang kuat bahawa Tuhan yang pencipta adalah hanyalah Allah
azza wajalla tanpa kemungkinan adanya selain Allah sahaja dengan menolak
bisikan syaitan tentang adanya Tuhan selain Allah yang Maha Esa lagi
Maha Pencipta. Tidak ada selain di langit mahupun bumi, lautan mahupun
darat dan yang ghaib mahupun yang dizahirkan golongan musyrik.
“..Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam..”
(1:2)
“..Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam..”
(7:54)
“..Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk
dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada
yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar..”
(2:255)
“..Maka berimanlah kamu kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga",
berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya
Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala
yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi
Pemelihara..”
(4:171)
“..Sekiranya ada di langit dan di
bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa.
Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan..”
(21:22)
“..Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit
dan bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil
pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai
kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?..”
(13:16)
Tauhid rububiyah tidak menjadi manfaat bagi seseorang manusia yang
mengimaninya tanpa hidayah daripada Allah azza wajalla untuk beriman dan
memahami tauhid seterusnya; Uluhiyah & Asma’ wa Sifat. Hal demikian
kerana kesemua makhluk di permukaan bumi mengenal tauhid rububiyah
walaupun istilah diberikan kepada tuhan berbeza. Mereka berimannya ada
satu sang pencipta yang mengurus penciptaan-Nya. Ini berdasarkan ayat
Allah azza wajalla.
“..Dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:
"Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah
Allah )?..”
(43:87)
“..Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya
mereka menjawab: "Allah." Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku
tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan
kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah
mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku."
Kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri..”
(39:38)
Walaupun golongan komunis athis (free thinker)mengatakan bahawa mereka
tidak percaya adanya tuhan yang mencipta malah idealogi mereka atas
dasar pemikiran manusia, akan tetapi seandainya mereka dicampakkan
daripada langit ke bumi maka mereka akan tetap menyebut ‘tuhan’ sebagai
penolong disebabkan fitrahnya manusia berada diatas rububiyah. Ada pula
golongan musyirik juga mengakui wujudnya Allah azza wajalla sebagai
tuhan di langit yang mencipta dan menguasai tetapi mereka mengambil
berhala-berhala sebagai perantaraan untuk memohon pertolongan dan
perlindungan dimana disebutkan sebagai tawassul (perantaraan) dengan
makhluk untuk syafa’at baginya.
“..Dan mereka menyembah selain
daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada
mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu
adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah
kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di
langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa
yang mereka mempersekutukan (itu)..”
(10:18)
“..Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara
mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah
tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar..”
(39:3)
“..Bahkan mereka mengambil pemberi syafa'at selain Allah. Katakanlah:
"Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki
sesuatupun dan tidak berakal?" Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah
syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian
kepada- Nyalah kamu dikembalikan..”
(39:43-44)
Seandainya
Tauhid Rububiyah sudah cukup bagi seseorang untuk menjadi muslim dan
sempurna aqidahnya maka pasti Rasulullah salallahu’alaihissalam tidak
akan terus menerus mendakwahkan kalimatul tauhid ‘Laa illaha ilallah’
serta memerangi manusia, bahkan tidaklah perlu diutus seorang rasul pun.
Akan tetapi tuntutan aqidah yang sahihah yang bersih daripada
kesyirikan adalah dengan Tauhid Uluhiyah yakni mengesakan setiap bentuk
peribadahan hanya kepada Allah azza wajalla.
“..Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan..”
(1:5)
“..Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya..”
(18:110)
Imam Ibn Qayyim rahimahullah berkata:
“..Seandainya keimanan kepada tauhid Rububiyah ini saja dapat
menyelamatkan, tentu orang-orang musyrik telah diselamatkan. Akan tetapi
urusan yang amat penting dan menjadi penentu adalah keimanan kepada
tauhid Uluhiyah yang merupakan antara orang-orang musyrik dan
orang-orang yang mentauhidkan Allah ta’ala..”
(Madaarijus Saalikiin 1/355)
Tauhid Uluhiyah:
Ittiqad yang jazam bahawa hanyalah Allah berhak untuk di tauhidkan dan
dinisbatkan dalam setiap ibadah. Maka tauhid ini juga disebutkan sebagai
Tauhid Ibadah yang bermaksud mentauhidkan Allah jalla wa’ala melalui
segala pekerjaan hambanya yang mendekatkan dirinya kepada Rabbul ‘alamin
apabila disyari’atkan seperti berdoa, takut (khauf), berharap (raja’),
cinta (mahabbah), penyembelihan (dzabh), bernadzar (nadzar), meminta
pertolongan (isti’anah), minta saat kesulitan (istighatsah), meminta
perlindungan (isti’adzah), bertawakkal dan segala apa yang disyari’at
dan diperintahkan Allah ta’ala dengan tidak menyekutukan-Nya dengan
suatu pun juga tanpa perantaraan tuhan-tuhan selain-Nya mahupun
menyatukan dengan yang lain.
“..Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan..”
(1:5)
“..Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan
sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang
batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar..”
(31:30)
“..Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa..”
(2:21)
“..Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada
pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya..”
(16:36)
Semua para Rasul ‘alaihis salatu wassalam telah mula mendakwahkan
kepada kaumnya dengan Tauhid Uluhiyah agar manusia beribadah dengan
benar hanya kepada Allah azza wajalla tanpa menyekutukannya (syirik).
“..Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka
sendiri (yang berkata): "Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali
tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa
(kepada-Nya)..”
(23:32)
“..Dan (Kami telah mengutus) kepada
kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah
Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa
kamu tidak bertakwa kepada-Nya?..”
(7:65)
Akibat
meninggalkan ajaran Rasulullah salallahu’alaihissalam akan membawa
manusia kepada kesyirikan sekaligus akan membatalkan segala amalan
seseorang sehingga boleh menyebabkan dia menjadi musyrik walaupun
memakai nama seorang muslim seperti Ahmad. Maka akan tampak keislamannya
dengan namanya atau dikenali dengan bahasanya dan bangsanya tetapi
seandainya di dalam aqidahnya yang tidak zahir mempunyai kesyirikan maka
dia akan tergolongan dalam golongan orang-orang yang musyrik. Dan telah
kami sebutkan bahawa Allah ta’ala tidak akan mengampuni dosa syirik.
“..Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan
hapuslah (batal) amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi..”
(39:65)
“..Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar..”
(4:48)
Pengenalan terhadap tauhid Uluhiyah akan menjadikan jelas terhadap
kesilapan yang besar apabila sekumpulan manusia mendakwahkan kepada
tauhid wahdatul wujud. Dengan aqidah yang didakwahkan bahawa tidak ada
yang wujud serta disembah selain hanyalah Allah azza wajalla maka setiap
golongan musyrik ternyata hanyalah menyembah Allah azza wajalla. Walhal
aqidah kewujudan sang Pencipta telah kami datangkan dalam penjelasan
tauhid Rububiyah dan demikianlah sifat manusia yang akan berimannya
wujudnya sang Pencipta walaupun tidak sempurna. Mereka yang mendakwahkan
kepada tauhid wahdatul wujud yang bid’ah tidak akan membawa kepada
kesempurnaan tauhid kerana tiada penegasan terhadap mengesakan segala
seruan dan doa serta tawakkal hanya kepada Rabbul’alamin semata-mata.
Prioritas adalah mengesakan setiap penyembahan hanya kepada Allah ta’ala
tanpa mensyirikannya.
Syaikh Muhammad Khalil Harras rahimahullah berkata:
“..Suatu hal yang sangat mengherankan, bahawa kelompok asy’ariyah
berpendapat bahawa inti yang paling utama dalam tauhid Uluhiyah adalah
mengesakan Allah ta’ala dalam penciptaan makhluk padahal telah dimaklumi
bahawa pengesaan Allah ta’ala dalam penciptaan adalah tauhid Rububiyah
sebagaimana juga diakui golongan musyrik yang percaya kewujudan Allah di
langit namun bertawassul dengan berhala-berhala dan ketua agama mereka.
Adapun tauhid yang paling utama dan paling besar adalah tauhid Uluhiyah
yang tidak perhatikan oleh mereka dan tidak berada dalam kitab mereka.
Boleh jadi di sini rahsianya mengapa kebanyakkan diantara mereka
(asy’ariyah) berlari kepada bid’ah-bid’ah Tashawuf. Mengakui dan
cendrung membiarkan sarana-sarana kesyirikan yang dilakukan pada
kuburan-kuburan para syaikh shufi..”
(Syarah Aqidah Wasithiyah tahqiq Alwi bin ‘Abdul Qadir as-Segaf. Hlm 41)
[Syaikh Muhammad Khalil Harras adalah seorang Salafi dan seorang
peneliti yang lahir di Mesir pada tahun 1916 M. Gelaran doctor dalam
Ilmu Tauhid dan Mantiq. Kuliah kedoktoran dari Universiti al-Azhar dan
Univerisiti Muhammad Ibnu Saud. Wafat pada tahun 1975 M]
Tauhid Asma’ dan Sifat:
Ittiqad yang jelas daripada kekeliruan bahawa pengesaan Allah azza
wajalla dengan asma’(nama) dan sifat(sifat) yang menjadi milik-Nya.
Beriman dengan benar Zat-Nya sesuai sebagaimana disifat oleh Allah azza
wajalla tanpa ta'thil(mengingkari), tamtsil(menyerupakan),
tahrif(merubah atau mengganti), dan takyif(bertanya bagaimana). Maha
suci Allah subhana wa ta’ala daripada menyerupai sifat makhluk-Nya.
a) Tahrif: Merubah nama dan sifat seperti istawa’ Allah di atas ‘Arsy
(istawa’-bersemayam di tempat yang tinggi) diubah erti kepada istaula
Allah di ‘Arsy (menguasai).
b) Ta’thil: Mengingkari, menafikan
atau menghilangkan sifat-sifat Allah seperti Allah di atas ‘Arsy
dinafikan firqah yang sesat dan mengatakan Allah berada di merata
tempat.
c) Takyif: Bertanya-tanya mengenai hakikat dzat Allah
sehingga memvisualisasi gambaran Allah jalla wa’ala. Sedangkan dituntut
untuk mengimani hakikat sifat-Nya sebagaimana di datangkan maknanya.
d) Tamtsil/Tasbih: Menyerupakan sifat Allah kepada makhluk-Nya seperti
mengatakan tangan Allah dalam menciptakan Adam ‘alaihissalam serupa dan
semisal dengan tangan manusia.
Ahlus Sunnah wal Jamaah telah
menetapkan sifat-sifat bagi Allah jalla wa’ala sebagaimana telah
didatangkan oleh-Nya di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang sahihah. Kami
mengambil sikap pertengahan diantara kedua golongan yang batil yang
akan kami sebutkan di bawah.
Kami membantah keras terhadap
golongan Musyabbihah yang berkeyakinan dan menyerupakan Allah dengan
makhluk-Nya tanpa mereka membezakan Sang Pencipta dengan Ciptaan-Nya.
Seperti tangan Allah diserupakan dengan tangan makhluk. Na’udzubillah!
Kami juga membantah keras terhadap golongan Mu’aththilah yang
berkeyakinan dengan mengingkari segala sifat-sifat Allah dan mereka
mengambil langkah yang batil dalam mensucikan Allah ta’ala sekaligus
menafikan apa yang telah di sifati dan di tetapkan oleh-Nya.
Ahlus Sunnah yang bermanhaj Salafus Soleh menetapkan segala sifat Allah
azza wajalla dengan penetapan sesuai terhadap diri-Nya dengan
kemuliaan-Nya dan keagongan-Nya, tanpa menyerupakan (tamtsil atau
tasybih) dan tanpa mengingkari/menafikan (ta’thil) seiring dengan
firman-Nya.
“..Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat..”
(42:11)
Di dalam kitab al-Aqidah ath-Thahawiyah yang disyarahkan oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan halaman 62 disebutkan:
“..Itulah sebabnya dikatakan bahwa al-Mu’aththil (orang yang
mengingkari dan menafikan sifat-sifat Allah) adalah menyembah
ketiadaan, dan sebaliknya al-Musyabbih (yang menyerupakan Allah dengan
makhluk) adalah menyembah berhala. Sedangkan ahli Tauhid, dia menyembah
Rabb yang Esa, Tunggal, dan tidak ada yang serupa dengan-Nya..”
Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas,
al-Auza’i, al-Laits bin Sa’ad dan Sufyan ats-Tsauri rahimahumullah
tentang berita yang datang mengenai sifat-sifat Allah, mereka semua
menjawab:
“..Terimalah sebagaimana di datangkan seadanya tanpa mempersoalkan bagaimana..”
(al-Lalika’I no.930)
Atas dasar demikian maka kewajipan bagi seorang muslim untuk menerima
dan menetapkan sifat Allah ta’ala sebagaimana telah Dia memperkenalkan
diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan memberitahu nama-namaNya yang
paling indah serta sifat-sifatNya yang mulia. Segala demikian telah
disebutkan di dalam Kitab dan sunnah.
Syaikhul Islam ibn Taimiyyah rahimahullahu ta’ala berkata:
“..Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus Sunnah mengimani Tauhid al-Asma’
wash Shifat dengan menetapkan apa-apa yang telah Allah tetapkan atas
diri-Nya dan telah ditetapkan Rasul-Nya salallahu’alaihissalam bagi-Nya,
tanpa Tahrif dan Ta’thil serta tanpa Takyif dan Tamtsil. Menetapkan
tanpa Tamtsil, menyucikan tanpa Ta’thil, menetapkan semua sifat-sifat
Allah dan menafikan persamaan sifat-sifat Allah dengan makhluk-Nya.
Kesimpulan yang wajib difahami dalam keimanan terhadap tauhid asma’ wa sifat sebagai berikut:
Pertama: Menisbat segala sifat Allah azza wajalla sebagaimana disifati
oleh-Nya di dalam al-Qur’an dan hadith Nabi saw yang sahihah.
Kedua: Menafi segala penyerupaan dengan-Nya sebagaimana firman-Nya.
“..Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia..”
(42:11)
“..dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia..”
(112:4)
“..(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy..”
(20:5)
“..Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk
dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada
yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar..”
(2:255)
Imam asy-Syafie rahimahullah berkata:
“..Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa yang datang dari Allah
sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya dan aku beriman kepada Rasulullah
dan kepada apa-apa yang datang dari beliau sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh Rasulullah..”
(ar-Risalah al-Madaniyah oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah)
Imam Malik rahimahullah berkata:
“..Istiwa’ (sifat Allah bersemayam di atas ‘arsy-Nya) itu jelas
pengertiannya, bagaimana cara hakikat itu tidak diketahui, beriman
dengannya wajib dan bertanya tentang bagaimana keadaannya bid’ah..”
(Kitab Jalan Golongan yang Selamat oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu hlm.20)
Kesemua para ulama’ salafus soleh menyatakan bahawa Allah sahaja yang
mengetahui ta’wilnya (tafsiran hakikat sifat-Nya) sebagaimana Dia telah
memberitakan perihal orang-orang yang mendalami ilmunya di mana mereka
menyatakan di dalam firman Allah ta’ala:
“..Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan
fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui
ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya
itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal..”
(3:7)
2. Beriman kepada MALAIKAT
Beriman bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari
cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah
hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Apapun yang diperintahkan kepada
mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa
berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat
mutawatir dari nash-nash Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap
gerakan di langit dan bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di
sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib
mengimani secara tafshil, (terperinci), para malaikat yang namanya
disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib
mengimani mereka secara ijmal(global).
“..Dan Dialah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya
kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian
kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh
malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan
kewajibannya..”
(6:61)
“..(Malaikat-malaikat) yang memikul
'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji
Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi
orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat
dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah
mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala..”
(40:7)
“..Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun..”
(70:4)
3. Beriman kepada KITAB
Beriman bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada
para nabi dan rasul-Nya; yang benar-benar merupakan Kalam-Nya(firman
atau ucapan). la adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya
adalah benar.
“..Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada
kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari
orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang
yang bertakwa..”
(24:34)
“..Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)..”
(5:44)
“..Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa..”
(2:2)
Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secara
ijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib
untuk mengimaninya secara tafshil, yaitu: Suhuf(53:36), Taurat(5:44),
Injil(17:55), Zabur(5:46), dan Al-Qur'an(5:48). Wajib pula melaksanakan
berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang
terdapat di dalamnya.
“..Apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya..”
(59:7)
Al-Qur'an; yang memansuhkan kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur'an saja
yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur'an adalah
Kalam Allah yang diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya
dan akan kembali kepada-Nya.
“..Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya..”
(15:9)
Apa yang harus diketahui juga adalah pada zaman Rasulullah terdapat
sejumlah para sahabat yang telah menghafal al-Qur’an. Di antara huffaz
(penghafaz/ penghafal Al-Quran) terkenal daripada sahabat iaitu empat
orang Khulafa Ar-Rasyidin (Abu Bakar al-Siddiq, Umar al-Khattab, Uthman
al-Affan dan Ali bin Abi Talib), Talhah, Ibnu Mas’ud, Huzaifah, Abu
Hurairah, Ibnu Omar, Ibnu Abbas, (Ai’syah dan Hafsah){isteri
Rasullullah). Termasuk daripada orang-orang Ansar (penduduk asal Kota
Madinah) seperti Ubai bin Ka’ab, Muaz bin Jabal, Zaid bin Thabit, Abu
Darda’ dan Anas bin Malik.
4. Beriman kepada NABI & RASUL
Beriman bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik kepada cahaya tauhid.
“..Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku..”
(21:25)
“..Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada
pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya..”
(16:36)
Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu
kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka.
Maka wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal (global) sebagaimana
wajib pula beriman secara tafshil (terperinci) kepada siapa di antara
mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 di antara mereka yang
disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur'an. Seorang muslim wajib menyelisihi
aqidah golongan Yahudi dan Nasrani yang beriman dengan sebahagian para
anbiya’ dan kufur terhadap selainnya. Maka jika seorang muslim tidak
beriman dengan salah satu daripada anbiya’ maka dia telah kafir!
25 Rasul
[Adam][Idris][Nuh][Hud][Solih][Ibrahim][Luth][Ismail][Ishak][Yaqub][Yusuf][Ayyub] [Syu’aib][Musa][Harun][Zulkifli][Daud][Sulaiman][Ilyas][Ilyasa][Yunus][Zakaria][Yahya][Isa][Muhammad]
‘Ulul Azmi
[Nuh][Ibrahim][Musa][Isa][Muhammad]
Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi
selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan
tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia
dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad SAW. adalah yang
paling mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa
jin dan manusia, serta tidak ada nabi setelahnya.
“..Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul..”
(3:144)
“..Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu..”
(33:40)
a)
Nabi dipilih dan dimuliakan oleh Allah swt dari sifat yang buruk dan
menerima wahyu dari Allah swt. Diamanahkan untuk menegakkan ketaqwaan
hanya kepada dirinya sendiri dan menjadi contoh sahaja tanpa kewajipan
menegakkan kepada umatnya. Nabi dan Rasul hanyalah orang lelaki.
b) Rasul dipilih dan dimuliankan Allah swt dari sifat buruk dan celaan.
Mereka menerima wahyu dari Allah swt bukan hanya untuk contoh bagi
umatnya tetapi kewajipan menyampaikan kepada umatnya dan memimpin
mereka. Bilangan mereka yang wajib diimani hanyalah 25 rasul dan mereka
mempunyai mukjizat.
5. Beriman kepada QAUMUL KIAMAH
Beriman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat
tentang adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas
kebaikan orang-orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang
berbuat jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia
menghendaki. Pengertian al-ba'ts, (kebangkitan) menurut syar'i adalah
dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya,
sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang
bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita
memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di
akhirat.
“..Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan
mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya
Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna..”
(75:3-4)
“..Dan bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati)..’
(53:47)
“..Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari
terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang
mengerjakan kebathilan..”
(45:27)
Di dalam pembahasan hari
kiamat wajib juga bagi seorang muslim agar beriman tentang adanya
beberapa alam ghaib yang akan di tempuhi manusia yaitu:
1) Alam Barzakh
: Yaitu alam kubur bagi setiap manusia yang telah mati maka dia akan
berada di satu alam yang tidak mampu manusia memasukinya kecuali hanya
dengan kematian kerana diantara dunia kita dan alam berzakh ada sebuah
tembok yang menutup.
“..(Demikianlah keadaan orang-orang kafir
itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia
berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). agar aku berbuat amal
yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka (alam barzakh) ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan..”
(23:99-100)
2) Padang Masyhar
: Suatu tempat dimana manusia akan dibangkitkan berjalan menuju Rabb
dengan berbagai kondisi sesuai dengan amalan dan kehendak Allah azza wa
jalla. Antara sebahagian riwayat yang sahih menjelaskan bahawa manusia
akan berada dalam keadaan bogel tanpa merasakan malu, berlarinya manusia
kepada Nabi Adam a.s. sehingga ke seluruh Nabi ulul Azmi sebelum ke
Rasulullah saw untuk meminta syafaat, dan matahari di dekati kepada
kepala manusia. (sila rujuk kepada kitab Yaumul Kiamah oleh Yusof
al-Wabil)
“..Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri
merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka
dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan
lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan..”
(10:30)
3) Sidratil Muntaha
: Suatu tempat yang tertinggi di atas langit yang ke-7 dan telah dikunjung oleh Rasulullah saw pada waktu Mi’raj.
“..Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya
yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha..”
(53:13-14)
4) Sirat
: Ia adalah satu jembatan di atas neraka yang manusia akan
diperintahkan untuk menyeberangi sehingga ada yang akan selamat ke
syurga da nada yang akan jatuh ke neraka.
“..Hai orang-orang
yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat
yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi
dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar
di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya
Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami [dan jangan menunda
sampai kita menyeberang Sirat aman] dan ampunilah kami; Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.."
(66:8)
5) Syurga
: adalah satu tempat untuk di nikmati tanpa manusia merasakan kematian
lagi; yang akan di kumpulkan oleh Allah azza wajalla kepada manusia yang
mendapat keredhaan-Nya. Syurga menjadi destinasi terakhir untuk manusia
seandainya mereka tidak di kekalkan di dalam neraka Allah azza wajalla.
“..Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan
pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka
(penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula
oleh jin..”
(55:56)
“..Dan orang-orang yang bertakwa kepada
Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). Sehingga
apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka
dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan
(dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah syurga ini,
sedang kamu kekal di dalamnya..”
(39:73)
“..Perumpamaan
syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti
taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti
sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi
orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang
kafir ialah neraka..”
(13:35)
“..Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan..”
(31:8)
Surga Firdaus
"..sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh
bagi mereka adalah 'surga firdaus menjadi tempat tinggal.."
(18:107)
"..Dan orang-orang yang memelihara shalat: Mereka itu adalah
orang-orang yang akan mewarisi (yaitu) yang bakal mewarisi surga
firdaus, mereka kekal di dalamnya.."
(23:9-11)
Surga Adn
"..(Yakni) surga 'Adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai,
didalamnya mereka kekal. dan itulah (merupakan) balasan bagi orang yang
(dalam keadaan) bersih (saat didunianya dari berbagai dosa).."
(20:76)
"..(Yaitu) surga'Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka.."
(38:50)
Surga Na'iim
"..Maka orang-orang beriman dan mengerjakan amal shaleh ada di dalam surga yang penuh kenikmatan.."
(22:56)
"..Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, bagi mereka bakal mendapat surga yang penuh kenikmatan.."
(31:8)
Surga Ma'wa
"...Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. maka
bagi mereka mendapat surga-surga tempat kediaman, merupakan pahala pada
apa yang telah mereka kerjakan.."
(32:19)
"..Maka sesungguhnya surga ma'walah tempat tinggal(nya).."
(79:41)
Surga Darussalam
"..Dan allah meriyeru(manusia) ke Darussalam (yakni surga), dan memimpin orang yang dikhendaki-nya kepada jalan yang lurus.."
(10:25)
Surga Daarul Muqoomah
"..Dan berkatalah mereka: Segala puji bagi allah yang telah mengapus
(rasa) duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha Pengmpun
lagi Maha Mensyukuri: Yang memberi tempat kami di dalam tempat yang
kekal (surga) dan karunia-nya.."
(35:34-35)
Surga maqoomul Amiin
"..sesungguhnya orang-orang yang bertawakal tinggal didalam tempat yang aman (surga).."
(44:51)
Surga Khuldi
"..Katakanlah: "Apa (siksa) yang seperti itu yang baik, atau surga yang
kekal, yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, sebagai
balasan dan kediaman kembali mereka.."
(25:15)
6) Neraka
: adalah satu tempat untuk di azab tanpa manusia merasakan kematian
lagi; yang akan di kumpulkan oleh Allah azza wajalla kepada manusia yang
mendapat kemurkaan-Nya. Neraka menjadi destinasi sementara; yang
merupakan sehari di dunia ibarat 40,000 tahun masanya di hari akhirat,
untuk sebahagian manusia yang berdosa sebelum di masukkan di dalam
syurga. Ada juga manusia yang kufur terhadap Allah azza wajalla maka
mereka akan kekal di dalamnya tanpa ada sebarang kemungkinan untuk di
keluarkan. A’udzubillah min zalik!
“..Allah berfirman:
"Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan
manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke
dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila
mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di
antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami,
mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka
siksaan yang berlipat ganda dari neraka." Allah berfirman:
"Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu
tidak mengetahui..”
(7:38)
Huthamah
“..sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah..”
(104:4)
Hawiyah
“..maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah..”
(101:9)
Jahannam
“..Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya..”
(15:43)
Jahim
“..dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang- orang yang sesat..”
(26:91)
Saqar
“..Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar..”
(74:26)
Sa'ir
“..Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka
yang menyala-nyala..”
(67:10)
Wail
“..Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang..”
(83:1)
6. Beriman kepada QADR & QADAR
Beriman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa
segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah
Subhanallahu wa ta'ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya
segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya
dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah
diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di Lauh Mahfuzh sebelum
menciptakannya. Akan tetapi manusia dilarang untuk banyak bertanya
tentang takdir Allah azza wajalla. Apa yang harus diketahui adalah
bahawa takdir boleh berubah dengan usaha dan doa jika di kehendaki oleh
Allah azza wajalla. Ahlus sunnah wal jamaah menolak fahaman Qadariyah
yang mendakwa bahawa Allah azza wajalla tidak mempunyai kuasa atas
makhluk-Nya dan juga fahaman Jabariyah yang mendakwa bahawa manusia
terikat dengan takdir Allah azza wajalla tanpa sebarang kemampuan untuk
melakukan apa-apa seperti jika dia melakukan maksiat maka dia akan
menyalahkan Allah kerana seolah kehendak-Nya.
“..Hendaklah
engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya,
rasul-rasul-Nya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir Allah,
baik maupun yang buruk..”
(HR Muslim)
“..Sesungguhnya
Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia..”
(13:11)
“..Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut (qadar) ukuran..”
(54:49)
Ana meminta jasa baik ustaz dan sahabat yang ana tag yang lebih 'alim
daripada ana untuk bantu tegur atas kesalahan yang pasti terdapat dalam
tulisan ini. Semoga sedikit perkongsian dapat mendatangkan manfaat bagi
umat Islam dan semoga Allah melindungi hati ana daripada sifat yang
tercela seperti riya' dan suka dipuji.
Allahu Musta'an
Baarakallahu fikum=)
Abu Mu’adz Mahathir Ibn Dawood
(Ghuraba' Fi Zamani)
No comments:
Post a Comment