dari Alhadis 2


 
 
Mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji. Kemudian beliau (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda: Maukah engkau aku beritahukan tentang pintu-pintu surga ?; Puasa adalah benteng, Sodaqoh akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam (qiyamullail), kemudian beliau membacakan ayat (yang artinya) : “ Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya….”. 
Kemudian beliau bersabda: Maukah kalian aku beritahukan pokok dari segala perkara, tiangnya dan puncaknya ?, aku menjawab : Mau ya Nabi Allah. Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad. Kemudian beliau bersabda : Maukah kalian aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua itu ?, saya berkata : Mau ya Rasulullah. Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan kotor/buruk). Saya berkata: Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan ?, beliau bersabda: kamu ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkel wajahnya di neraka –atau sabda beliau : diatas hidungnya- selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka .(HR. Turmuzi)
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Perkara yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika ia menyempurnakan shalatnya, ditulislah baginya dengan sempurna. Dan jika ia tidak menyempurnakannya, Allah 'Azza wa Jalla berfirman kepada malaikat-Nya :
'Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.'
Maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat sunnah tadi. Demikian juga halnya dengan zakat, kemudian semua amal diberlakukan seperti itu."
(HR. Ahmad, IV/65, 103, Abu Dawud, no. 864 - 866, dan Ibnu Majah, no. 1425, Shahiih Sunan Abi Dawud, IV/16 - 20)
Mencerca mak bapak orang lain, bermakna mencerca mak bapak sendiri...

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Termasuk dosa besar adalah orang yang mencaci ayah dan ibunya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang boleh mencaci ayah dan ibunya?”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Ia mencaci ayah seseorang, lalu orang yang ayahnya dicaci tersebut pun mencaci balas ayah orang yang mencaci. Ia mencaci ibu seseorang, lalu orang itu pun mencaci balas ibu orang yang mencaci tersebut.” [Musnad Ahmad, no. 6840. Shahih al-Bukhari, no. 5973]
 
Rasulullah bersabda : “Kiamat hampir saja akan berdiri apabila sudah banyak perbuatan bohong, masa (waktu) akan terasa cepat dan pasar-pasar akan berdekatan (kerana saling banyaknya)” (sahih Ibnu Hibban)... :)
  "Allah has made lowering one’s gaze and guarding one’s modesty the strongest means of purifying one’s soul." [Ibn Taymiyah]
 
  Luar biasa akhlak yang diajarkan Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- pada Abu Hurairah

Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi sebaik-baiknya ahli ibadah. Jadilah orang yang qona’ah (selalu merasa cukup dengan pemberian Allah), maka engkau akan menjadi orang yang paling bersyukur. Sukailah sesuatu pada manusia sebagaimana engkau suka jika ia ada pada dirimu sendiri  maka engkau akan menjadi seorang mukmin yang baik. Berbuat baiklah pada tetanggamu, maka engkau akan menjadi muslim sejati. Kurangilah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah no. 4217. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Semoga Allah memudahkan kita memiliki akhlak mulia tersebut ...
 
Solatlah ‘Ashar dulu...

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang yang meninggalkan solat ‘Ashar seolah-olah ia kehilangan keluarga dan hartanya.” [Hadis Riwayat al-Bukhari, no. 519]
 
  [Penyakit-penyakit aneh...]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidaklah muncul suatu perbuatan keji pada suatu kaum sehinggalah kalian melakukannya secara terbuka melainkan akan tersebarlah wabak tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada umat-umat sebelum mereka.” [Sunan Ibnu Majah, no. 4009. Dinilai sahih lighairihi oleh al-Albani]
 
[Berilmu dan berfikir sebelum berkata...]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Bahawasanya seorang hamba yang berkata sesuatu tanpa memikirkan (kebenaran dan kesan akibat) apa yang hendak dikatakan, dia akan tergelincir jauh ke dalam neraka dengan sebab perkataannya tersebut lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.” (Shahih al-Bukhari, no. 6477. Bab: Menjaga Lisan)

  "Sampaikan dariku walaupun satu ayat, dan Ceritakanlah dari kisah bani Israel dan itu tidak mengapa (iaitu tidak berdosa walaupun ia tidak soheh dengan syarat memberitahu ia kisah bani Israel dan bukan Hadiths). Dan siapa yang berdusta ataskudengan senghaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di Neraka." -(Sahih Bukhari )
 
  “Barangsesiapa yang berselawat ke atasku dengan sekali selawat nescaya Allah (s.w.t) akan berselawat ke atasnya sepuluh kali”. [Hadith riwayat Imam Muslim daripada Abdullah bin Amru bin Al-‘Ass r.a]


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.

Setiap anak Adam (yakni manusia) pasti melakukan kesalahan, sedangkan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat

Hadith ini Hasan: Dikeluarkan oleh al-Tirmizi dan dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan al-Tirmizi – hadis no: 2499 (Kitab Sifat Kiamat..). al-Hakim mensahihkannya sebagaimana di dalam kitabnya al-Mustadrak ‘ala Shahihin – hadis no: 7617, namun berkata al-Zahabi: “(Di dalam isnadnya terdapat) ‘Ali bin Mas‘adah dan beliau tidak mantap (dalam penyampaian hadisnya).” Selain itu hadis ini juga dikeluarkan oleh al-Darimi di dalam Sunannya – hadis no: 2727 dan Ibn Majah di dalam Sunannya – hadis no: 4251.
 
Reported by Hasan bin `Ali (RA): The Messenger of Allah (peace be upon him) said: "Give up what is doubtful to you for that which is not doubtful; for truth is peace of mind and falsehood is doubt".

[Tirmidhi]
 
  • ‎[Jangan biarkan makanan yang terjatuh ]

    Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila makanan salah seorang dari kalian terjatuh, maka ambil dan bersihkanlah kotoran yang terdapat padanya dan kemudian makanlah, dan jangan biarkannya untuk Syaitan. Dan janganlah kalian bersihkan tangan kalian dengan kain pengelap sehinggalah terlebih dahulu ia dijilat. Kerana sesungguhnya kalian tidak tahu di bahagian manakah makanan tersebut mengandungi barakah.” [Shahih Muslim, no. 3793]
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallaahu 'anhu, ia berkata,

"Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan memcerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina."

(HR. Ahmad, V/183, Ibnu Majah, no. 4105, Ibnu Hibbaan, no. 72, 73, ad-Darimi, I/75, Ibnu 'Abdil Barr, I/175 - 176, no. 184, dan al-Baihaqi, VII/288, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 950)
 

« كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا لَبِسَتْكُمْ الفِتْنَةُ يَرْبُو فِيهَا الصَّغِيرُ، وَيَهْرَمُ فِيهَا الْكَبِيرُ، وَيَتَّخِذُهَا النَّاسُ سُنَّةً، فَإِنْ غُيِّرَ مِنْهَا شَيْءٌ قِيلَ:

غُيِّرَتِ السُّنَّةُ» ،

قَالُوا: مَتَى يَكُونُ ذَلِكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ ؟

قَالَ : « إِذَا كَثُرَتْ قُرَّاؤُكُمْ، وَقَلَّتْ أُمَنَاؤُكُمْ، وَكَثُرَتْ أُمَرَاؤُكُمْ، وَقَلَّتْ فُقَهَاؤُكُمْ، وَالْتُمِسَتِ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الآخِرَةِ ».

[مصنف ابن أبي شيبة (38311) ، سنن الدارمي (185) ، اعتقاد أهل السنة لللالكائي (123) ، الإبانة لابن بطه (764) ، البدع والنهي عنها لابن وضاح (261)]

Berkata Abdullah bin Mas'ud - radhiyallahu 'anhu:

“Bagaimanakah kamu semua jika tiba suatu zaman fitnah (kemaksiatan dan keburukan yang berleluasa) yang memakan usia anak kecil membesar (meningkat dewasa) dan orang dewasa di dalamnya (fitnah itu). Manusia menjadikan (fitnah itu) sunnah (adat/tatacara) dan sekiranya ditinggalkan sesuatu daripadanya dikatakan (kepada mereka yang meninggalkan adat fitnah itu): Kamu telah mengubah Sunnah?

Maka mereka bertanya: Bilakah akan berlaku masa itu, wahai Abu Abdul rahman (Ibn Mas'ud)?

Beliau menjawab, “Jika:

Semakin banyak para qura’ (para Pembaca/penghafal Al Qur’an)
Semakin sedikit orang yg amanah di klgn kamu
Semakin ramai pemimpin kamu (yg tak tau mana perlu diikuti)
Semakin sedikit para Fuqaha (orang-orang yang faqih / mendalam dalam perkara agama Islam)
Semakin ramai orang agama yang menjual akhirat dengan harta dunia.”

-Fikri Alamghiri
December 7, 2012


عَنْ أَبِي هُرَیْرَةَ رَضِىَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ: (( مَنْ آَانَ یُؤْمِ ن بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ آَانَ یُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ آَانَ یُؤْمِنُ بِاللهِ واليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ )) رواه البخاري ومسلم.

Daripada Abu Hurairah r.a., bahawa Rasulullah SAW telah bersabda: Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka hendaklah dia berkata baik atau dia diam. Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka hendaklah dia memuliakan jiran tetangganya. Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka hendaklah dia memuliakan tetamunya. (Hadith riwayat al-lmam al-Bukhari dan Muslim.)
Daripada Aisyah (ra) bahawa Nabi (sallallahu alayhi wasalam) bersabda: Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan Dia suka kepada kelembutan. Dia memberi kepada kelembutan apa yang Dia tidak berikan kepada kekasaran, atau apa yang Dia ridak berikan kepada selainnya.
(HR Muslim)

Perhatikn 3 kaedah ketika ingin beramar makruf nahi mungkar oleh syaikhul islam Ibnu Taimiyah:
1) Bekali Dengan Ilmu Sebelum Menasehati Orang Lain
2) Menasehatinya Dengan Lemah Lembut.
3) Bersabar Setelah Menasehati
Barang siapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu dan diantara bentuk ibadah adalah menasehati atau beramar ma'ruf nahi mungkar, maka niscaya kerusakan yang di perbuat akan lebih banyak dari pada maslahat. (umar bin abdul aziz)

Allah subhanahuwata'ala said in the Qur'an:
"..Say, [O Muhammad to the believers], "If you should love Allah , then follow me [the messenger], [so] Allah will love you and forgive you your sins. And Allah is Forgiving and Merciful.."
(3:31)
 
The Messenger of Allah (pbuh) said:

"Whoever kills himself with something in this world will be punished
with it on the Day of Resurrection”

Al Bukhari, Hadith no. 5700
 
 Menuntut Hak Hendaklah Dengan Cara Terhomat...
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesiapa yang menuntut haknya, maka hendaklah dia menuntutnya dengan cara yang mulia (beradab), sama ada ia berjaya atau pun tidak.” [Shahih Ibnu Hibban, no. 5080]

Sabda Rasulullah SAW : "Janganlah kamu kahwin dengan perempuan kerana kecantikannya, barangkali kerana kecantikan itu membinasakannya. Janganlah kamu kahwin kerana hartanya, barangkali kekayaannya itu menyebabkan dia derhaka, tetapi kahwinlah dengan perempuan kerana agamanya. Sesungguhnya perempuan yang tidak berhidung lagi budak adalah lebih baik (daripada yang lain)."
 -  Fiqh al Sunnah bahawa Imam Tarmizi dan Imam Ibnu Majah- meriwayatkan 

[Memasuki Masjid Sambil Berta’awudz]

Hayyah B. Syuraih berkata, “Aku bertemu dengan Uqbah B. Muslim dan aku berkata kepadanya, telah sampai khabar kepadaku bahawa engkau menyampaikan hadis daripada ‘Abdullah B. Amr B. Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu daripada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, bahawa apabila beliau memasuki masjid, beliau membaca:


أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ


“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dengan wajah-Nya yang Mulia, dan yang Memiliki Kuasa yang kekal dari Syaitan yang terkutuk.”


Uqbah bertanya, “Itu sahaja?” Aku katakan, “Ya, itu sahaja.”


Uqbah pun mengatakan, “Apabila mengucapkan yang demikian itu, maka Syaitan pun akan berkata, “Orang itu akan terpelihara (dijaga) dari godaan (ajakan)-ku sepanjang hari.”.” [Sunan Abu Daud, no. 466. Dinilai sahih oleh al-Albani]
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Zuhud (berendah hatilah) di dunia, niscaya engkau dicintai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya engkau dicintai manusia."
(HR. Ibnu Majah, no. 4102, Ibnu Hibbaan dalam Raudhatul 'Uqalaa', hal. 128, ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabiir, no. 5972, Abu Nu'aim dalam Hilyatul Auliyaa', VII/155, no. 9991, al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman, no. 10043, Ibnu 'Adi dalam al-Kaamil, al-'Uqaili dalam adh-Dhu'afaa', II/357, dan al-Hakim, IV/313, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 944, Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir, no. 922)
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.

Setiap anak Adam (yakni manusia) pasti melakukan kesalahan, sedangkan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat

Hadith ini Hasan: Dikeluarkan oleh al-Tirmizi dan dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan al-Tirmizi – hadis no: 2499 (Kitab Sifat Kiamat..). al-Hakim mensahihkannya sebagaimana di dalam kitabnya al-Mustadrak ‘ala Shahihin – hadis no: 7617, namun berkata al-Zahabi: “(Di dalam isnadnya terdapat) ‘Ali bin Mas‘adah dan beliau tidak mantap (dalam penyampaian hadisnya).” Selain itu hadis ini juga dikeluarkan oleh al-Darimi di dalam Sunannya – hadis no: 2727 dan Ibn Majah di dalam Sunannya – hadis no: 4251.
 
Doa orang berpuasa l Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak. (1) pemerintah yang adil, (2) orang yang berpuasa hingga dia berbuka, (3) doa orang yang dizalimi. Allah akan menaikkan doanya tanpa terhalang awan mendung pada Hari Kiamat dan dibukakan untuk doa tersebut pintu-pintu langit dan Dia berfirman, ‘Demi kemuliaanKu, Aku pasti akan menolongmu walaupun selepas beberapa waktu.” Riwayat Ahmad bin Hanbal


RasulAllah sallallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Sesungguhnya harta benda dunia itu kelihatannya hijau dan manis. Barangsiapa yang memperoleh harta dengan jalan halal dan membelanjakannya pada jalan yang benar, maka itulah sebaik-baik pertolongan. Namun barangsiapa yang memperolehnya dengan jalan yang tidak halal, maka ia seperti halnya orang yang makan tapi tidak pernah merasa kenyang." HR. Muslim 1743

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَبِيْتُ عَلَى ذِكْرٍ طَاهِرًا فَيَتَعَارُُُّ مِنَ اللَّيْلِ فَيَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

“Tidaklah seorang muslim tidur di malam hari dengan berdzikir dan dalam keadaan suci kemudian dia terbangun dari tidur di malam hari, kemudian dia meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat melainkan Allah akan memberikan itu kepadanya

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَبِيْتُ عَلَى ذِكْرٍ طَاهِرًا فَيَتَعَارُُُّ مِنَ اللَّيْلِ فَيَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ "is not a muslim sleeping at night with berdzikir and in a State of Holiness and then he wakes up from sleep at night, then he asks to God's goodness of the world and the hereafter, but God will give it to him 


"..Sesungguhnya akan tiba tahun-tahun yang dipenuhi dengan tipu daya, pada waktu itu si pembohong dianggap benar dan yang jujur dianggap pendusta, pengkhianat diberi amanah dan orang kepercayaan dituduh pengkhianat dan Ruwaibidhah berucap sesukanya (yang seakan-akan bijak dan benar). Para sahabat bertanya: Siapakah Ruwaibidhah itu? Baginda menjawab: Orang bodoh yang berucap tentang urusan orang ramai..”

[Hadith Riwayat Ahmad 15/37-38 dengan syarahan dan tahqiq oleh Ahmad Syakir. Isnadnya hasan dan matannya sahih]
 Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sungguh akan datang pada manusia suatu zaman, di mana seseorang tidak peduli dari mana dia mendapatkan harta (mencari rezeki), apakah dari yang halal atau dari yang haram."
(HR. Al-Bukhari dalam Shahiih-nya, kitab al-Buyuu', bab Qaulullaahi Ta'ala, Ya Ayyuhalladziina Aamanuu laa Ta-kulur Ribaa', IV/313, no. 7, 2083, dan an-Nasaa-i dalam Sunan-nya, kitab al-Buyuu', bab Ijtinaabusy Syahawaat fil Kasbi, VII/243)
Syaitan mendampingi mereka...

Maksud firman Allah Ta'ala: “Sesiapa yang berpaling dari pelajaran Allah yang Maha Pengasih (al-Qur’an), Kami adakan baginya Syaitan (yang menyesatkan), maka Syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu mendampinginya.” (Surah az-Zukhruf, 43: 36).”
 
Allah Ta’ala mengkhabarkan bahawa: “Adakah akan Aku beritahu kepada kamu, kepada siapa Syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada setiap pendusta lagi yang banyak dosa.” (Surah asy-Syu’araa’, 26: 221-222)
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

"Barangsiapa yang melepaskan dari seorang mukmin satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan dunia, pasti Allah akan menghilangkan baginya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan di akhirat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang dalam kesusahan, pasti Allah akan memudahkan baginya (urusan) didunia dan diakhirat"

(Hadis Riwayat Imam Muslim no. 2699)



Kata Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, Tidak ada hasad (kedengkian) melainkan dalam dua perkara:

1, Seorang lelaki yang Allah kurniakan harta kepadanya lalu dia menghabiskannya di jalan kebenaran. dan

2, Seorang lelaki yang Allah kurniakan hikmah (ilmu) kepadanya lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya. [Shahih al-Bukhari, no. 73, 1409, 7141, 7316. Shahih Muslim, no. 816]



Sabda Nabi saw, "Janganlah mencabut uban kerana uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Sesiapa yang beruban dalam islam walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikkan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan satu darjat." (Hadis Riwayat Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan sanad hadis ini hasan)
Dari Amru bin Auf : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menghidupkan sunnahku, kemudian (sunnahku tersebut) diamalkan oleh orang lain, maka baginya pahala semisal pahala orang yang mengamalkannya tanpa terkurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Barangsiapa berbuat bid’ah, kemudian perbuatannya tersebut diikuti oleh orang lain, maka baginya dosa dan dosa-dosa orang yang melakukannya tanpa terkurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” (0174) Sahih Ibnu Majah
 
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Perbuatan-perbuatan baik itu mencegah seseorang dari pintu-pintu keburukan, sedekah yang tersembunyi memadamkan kemurkaan Allah 'Azza wa Jalla, dan menyambung silaturahmi dapat menambah umur."
(HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabiir, VIII/261, no. 8014, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib, I/532)
"Apa yang sedikit tetapi mencukupi lebih baik daripada banyak tetapi melalaikan." (HR. Abu Dawud)"
 
[Cakap tak serupa bikin]Dari Anas bin Malik r.a berkata Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:"Pada malam Israk Mikraj,aku melihat beberapa lelaki.Bibir mereka digunting dengan gunting yang diperbuat daripada a  pi neraka.Aku bertanya Wahai Jibril,siapakah mereka?Dia menjawab:Mereka adalah khatib di kalangan umatmu.Mereka menyuruh manusia melakukan kebaikan tetapi melupai diri sendiri.Padahal mereka membaca al-Quran.Adakah mereka tidak berakal?

{H.R.Ahmad:jil 3 ms.120 dinil
Diriwayatkan dari sahabat Abu Haurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda :

"Apabila seseorang tidur, setan mengikat tengkuk lehernya dengan 3 ikatan. Disetiap ikatan tersebut setan menepuk/mengelus dengan mengucapkan, "Tidurlah semalaman suntuk!" Jika orang tersebut bangun lalu bersyukur menyebut asma ALLAH 'Azza wa Jalla', maka lepaslah satu ikatan. Ketika orang tersebut berwudhu, lepaslah ikatan kedua. Ketika orang tersebut shalat maka lepaslah sama sekali seluruh ikatan, sehingga di pagi hari orang tersebut giat dan badannya terasa enak. Kalau tidak, maka badannya tidak enak dan bermalas-malasan. (HR. Bukhari-Muslim
 

وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ

وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ

وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ

وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ

وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ

وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ

اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ

وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ

فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ

أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَوْ لَا إِلَهَ غَيْرُكَ

Allahumma lakal-hamd. Anta qaiyimus-samawati wal-ard wa man fihinna. Walakal-hamd, Laka mulkus-samawati wal-ard wa man fihinna. Walakal-hamd, anta nurus-samawati wal-ard. Walakalhamd, anta-l-haq wa wa'duka-l-haq, wa liqa'uka Haq, wa qualuka Haq, wal-jannatu Han wan-naru Haq wannabiyuna Haq. Wa Muhammadun, sallal-lahu'alaihi wasallam, Haq, was-sa'atu Haq. Allahumma aslamtu Laka wabika amantu, wa 'Alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu wa bika khasamtu, wa ilaika hakamtu faghfir li ma qaddamtu wama akh-khartu wama as-rartu wama'a lantu, anta-l-muqaddim wa anta-l-mu akh-khir, la ilaha illa anta (or la ilaha ghairuka).

(O Allah! All the praises are for you, You are the Holder of the Heavens and the Earth, And whatever is in them. All the praises are for You; You have the possession of the Heavens and the Earth And whatever is in them. All the praises are for You; You are the Light of the Heavens and the Earth And all the praises are for You; You are the King of the Heavens and the Earth; And all the praises are for You; You are the Truth and Your Promise is the truth, And to meet You is true, Your Word is the truth And Paradise is true And Hell is true And all the Prophets (Peace be upon them) are true; And Muhammad is true, And the Day of Resurrection is true. O Allah ! I surrender (my will) to You; I believe in You and depend on You. And repent to You, And with Your help I argue (with my opponents, the non-believers) And I take You as a judge (to judge between us). Please forgive me my previous And future sins; And whatever I concealed or revealed And You are the One who make (some people) forward And (some) backward. There is none to be worshipped but you.

Sufyan said that 'Abdul Karim Abu Umaiya added to the above, 'Wala haula Wala quwata illa billah' (There is neither might nor power except with Allah).

Sahih Bukhari Book 2, Vol 21, No. 221
Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskan kesusahannya dari kesusahan-kesusahan akhirat,

Dan barangsiapa yang menutupi (aib) orang Muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan di akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut mahu menolong saudaranya (sesama Islam).” 1425

Sahih Tirmidzi
  عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ وَلَا يُجِيرُهُ مِنْ النَّارِ وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنْ اللَّهِ
(رواه مسلم )

Dari Jabir berkata, aku mendengar Nabi SAW bersabda: Tidak akan dimasukkan seorang pun daripada kamu ke dalam syurga dgn amalannya dan tidaklah amalan itu menyelamatkannya dari neraka termasuklah aku melainkan dengan RAHMAT daripada Allah. (Riwayat Muslim
 
[Hargai Saudara Anda, Jangan Saling Hasad dan Membelakangi]
Pesan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Kamu jauhilah perbuatan berburuk sangka, kerana berburuk sangka adalah khabar (atau perkataan) yang paling dusta. Janganlah saling menuding jari, janganlah kamu suka mencari-cari aib, janganlah kamu saling hasad dengki, jangan kamu saling membelakangi, dan janganlah kamu saling membenci, tetapi sebaliknya kamu jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” [Shahih al-Bukhari, no. 6064. Bab: Jangan Saling Hasad dan Membelakangi]


[Larangan Minum Dari Bahagian Gelas Yang Retak]

Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melarang perbuatan minum dari bahagian bekas yang retak (atau sumpik), dan beliau juga melarang meniup ke dalam minuman.” [Sunan Abu Daud, no. 3722. Dinilai sahih oleh al-Albani]

Allah’s messenger (pbuh) said:

Every intoxicant is forbidden”

Sahih Muslim, Vol. 3, Hadith 4962
 
 
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Redhalah dengan apa yang Allah berikan padamu nescaya engkau menjadi orang yang paling kaya.” [Sunan at-Tirmidzi, no. 2305. Dinilai hasan oleh al-Albani]
 

Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam telah memberitakan tentang hal yang akan menimpa umat Islam.

Beliau bersabda :


"Tidaklah terjadi hari Kiamat hingga kelompok-kelompok dari umatku mengikuti orang-orang musyrik, dan kelompok-kelompok dari umatku menyembah berhala."


- Hadith Sahih riwayat Abu Dawud, juga yang semakna riwayat Muslim.
 
Daripada Barra’ dan daripada ‘Azib r.a. telah berkata :

“Seorang lelaki membaca Surah Al Kahfi dan di sisinya seekor kuda yang diikat dengan dua tali, maka awan di langit mula melindunginya dan semakin hampir, dan kudanya mula menjauhinya. Apabila menjelang pagi beliau pergi berjumpa Nabi Muhammad S.A.W. dan menceritakan peristiwa tersebut maka baginda bersabda : Itulah ( sakinah ) ketenangan yang turun disebabkan bacaan Al Quran”.

( Hadith Riwayat Bukhari & Muslim )
  Sabda Rasulullah SAW (yang bermaksud): Seorang Faqih adalah lebih digeruni oleh syaitan daripada seribu orang 'Abid (orang yang banyak beribadat)”(At- Tirmidzi dan Ibnu Majaah)
---------------------------------------------------------- 
DOA
-Doa Agar selalu melakukan kebaikan & mendapat Motivasi daripadaNya

اللهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ ، وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ ، وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي ، وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمِي
فَتَوَفَّنِي إِلَيْكَ وَأَنَا غَيْرُ مَفْتُونٍ ، اللهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ ، وَحُبًّا يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ.

Ya Allah, aku memohon kepadaMu agar terdorong sentiasa melakukan ketaatan, ,meninggalkan perkara munkar, mencintai orang2 miskin, dan agar Engkau mengampunkan aku dan mengasihaniku.Aku mohon kepadaMu jika Engkau ingin mengenakan sesuatu musibah, maka matikan aku dalam keadaan selamat dari malapetaka itu.Ya Allah ! Aku mohon kepadaMu rasa cinta pdMu, cinta pd sesiapa yg menyintaiMu dan cinta yg menyampaikan aku kepada cintaMu. (Riwayat al-Hakim no 1932,al-mu’jam al-Kabir no 216)
--------------------------------------------------------------------------------------------
 
 
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang.” (HR. At-Tirmidzi)
 
Ketaatan terhadap pemerintah menurut Imam asy-Syafi’i rahimahullah (Wafat: 204H):

“Dan hendaklah kamu tetap mendengar (tidak melepaskan ketaatan) kepada pemerintah (ulil amri) selagi mana mereka masih melaksanakan solat dan hendaklah memberi kesetiaan kepada mereka serta tidak khuruj dengan senjata (menjadi pemberontak) terhadap mereka.”

[as-Suyuthi, al-Amru bil Ittiba’ wan Nahi ‘anil Ibtida’, m/s. 313, Tahqiq Masyhur Hasan Salman – Daar Ibnul Qayyim]
 
 
Dua perkara yang tidak pernah terlepas dari dusta adalah banyak berjanji dan kuat berdalih. Kesalahan atau dosa yang paling besar disisi Allah adalah lidah yang pendusta. Jangan melihat siapa yang mengatakan tetapi lihatlah apa yang dikatakannya. Barangsiapa yang kehilangan kejujuran dalam pembicaraannya, maka ia telah kehilangan akhlaknya yang termulia. (Ali bin Abi Thalib r.a)
Kata Saidina Ali:Beramallah ditempat yang hanya ada Amal tapi tiada Ganjaran sebelum kamu tiba ditempat yang Hanya ada Ganjaran tapi tiada Amal
“(Dunia itu), ia adalah kenikmatan, iaitu kenikmatan yang pasti akan ditinggalkan.

Demi Allah yang tiada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, dunia itu hampir akan lenyap dari tangan pemiliknya. Jika kamu mampu (memilikinya), maka ambillah dari kesenangan tersebut untuk tujuan ketaatan (kepada Allah). Sesungguhnya tiada daya dan upaya melainkan dengan kekuatan Allah.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/179)
 
Bab: Larangan menzalimi umat Islam, membiarkan ia dizalimi, menghinanya, menumpahkan darahnya, kehormatannya (aibnya), dan hartanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Janganlah kalian saling hasad, janganlah saling menipu, janganlah saling menjauhi, dan janganlah membeli (barangan) yang hendak dibeli orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, tidak boleh ia menzaliminya, enggan membelanya, tidak boleh membohongi dan menghinanya. Taqwa itu di sini (beliau mengisyaratkan ke dadanya tiga kali). Cukup dianggap sebagai kejahatan seseorang jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim bagi muslim yang lain adalah haram darahnya, harta, dan kehormatannya.” (Shahih Muslim, no. 2564)
 
Kata al-Hasan al-Bashri rahimahullah (wafat: 110H), "Ketika fitnah sedang melanda, pasti orang-orang berilmu mengetahuinya. Manakala setelah fitnah itu berlalu, barulah orang-orang bodoh akan mengetahuinya bahawa itu adalah fitnah." (Thabaqat Ibnu Sa'ad, 7/166. Dinukil dari buku 60 Biografi Ulama Salaf, m/s. 124)
~Abu Numair Nawawi Subandi
 
Umar bin Khattab (radiyAllaahu 'anhu) said,

"We were a people who lived in humiliation before, and Allah gave us honor through Islam. So if we seek honor through anything else other than what Allah has honored us with, then Allah will humiliate us".

[Mustadrak Al Hakim 207, Sahih by Ad Dhahabi in Talkhees and Sahih by Albani in Silsilah Sahiha 51]
 Nabi saw menyebut tentang al-Khulafa' ar-Rasyidun di dalam hadith baginda, antaranya:

…" عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي ، عضوا عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات الأمور"

Maksudnya: "Ke atas kamu semua sunnah ku, dan sunna
h al-Khulafa' al-Rasyidun al-Mahdiyyun selepas daripada ku. Gigitlah ia dengan geraham (berpegang teguh), dan jaga-jaga kamu dari perkara yang diada-adakan....." (Riwayat Abu Daud dan at-Tirmizi dan beliau mensahihkannya).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah memberi peringatan (tahdzir) kepada para sahabatnya tentang akan lahirnya sebuah kelompok melalui sabdanya:

“Sesungguhnya daripada orang ini akan muncul sekumpulan manusia yang hebat membaca al-Qur’an tetapi bacaannya tidak melepasi kerongkongan. Mereka terlepas dari batas-batas Islam sebagaimana anak panah menembusi tubuh buruannya. Mereka membunuh ahlul Islam dan membiarkan hidup ahlul Autsan (penyembah berhala). Jika aku sempat menemui mereka, nescaya akan aku perangi (bunuh) mereka sebagaimana dibunuhnya kaum ‘Aad.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, no. 7432)
 
Berkaitan dengan perbandingan antara kewajiban dalam ibadat dan perkara-perkara mulia yang hukumnya sunnah, Imam al-Raghib membahasakannya dengan sangat kemas dan baik,

"Ketahuilah, sesungguhnya ibadah itu lebih luas daripada kemuliaan. Sesungguhnya setiap perbuatan yang mulia adalah ibadah, dan tidak setiap ibadah itu mulia. Di antara perbezaan antara kedua hal ini ialah bahawa ibadah mempunyai perkara-perkara fardhu yang telah diketahui, dan had-had yang telah ditetapkan. Sesiapa yang meninggalkannya, maka dia dianggap melanggar batas. Sedangkan perbuatan yang mulia adalah sebaliknya. Manusia tidak akan sempurna kemuliaannya selama dia belum melakukan kewajiban-kewajiban dalam ibadahnya. Oleh itu, melaksanakan kewajiban dalam ibadah merupakan sesuatu yang adil, sedangkan melaksanakan kemuliaan merupakan sesuatu yang hukumnya sunnah. Perbuatan yang sunnah tidak akan diterima oleh Allah SWT daripada orang yang mengabaikan hal-hal yang wajib. Dan orang yang meninggalkan kewajiban tidak dianjurkan untuk mencari keutamaan dan kelebihan, kerana mencari kelebihan tidak dibenarkan kecuali selepas seseorang melakukan keadilan. Sesungguhaya keadilan merupakan sesuatu yang wajib, dan keutamaan adalah tambahan atas yang wajib. Bagaimana mungkin ada tambahan terhadap sesuatu yang dia sendiri masih kurang. Maka benarlah ucapan, "Orang yang mengabaikan perkara-perkara yang utama tidak akan sampai kepada tujuan."
 
 Sunyi Tanpa Tajuk

>> "Marilah kita berlindung kepada Allah dari sikap-sikap orang alim yang banyak bergaul dengan manusia-manusia pemilik dunia dan tak sanggup lagi mempertahankan ilmu yang disandangnya serta tidak mampu lagi membentengi kehormatan dirinya dari sesuap nasi yang disuguhkan oleh penguasa. Bukankah telah ramai manusia yang melakukan hal demikian dan habislah pula ilmu dan agama mereka? Apa jadinya jika seorang yang alim tunduk kepada orang-orang yang fasik?"

>> "Orang-orang yang tidak peduli dengan martabat diri mereka yang direndahkan oleh orang lain tak akan pernah lagi merasakan nikmatnya ilmu. Mereka laksana orang yang terperangkap dalam lembah gelap yang menenggelamkan mereka. Demikian pula dengan orang-orang yang berpura-pura zuhud tatkala mereka bergaul dengan banyak manusia. Mereka selalu riya', berpura-pura, dan bertingkah munafik. Orang seperti itu akan kehilangan dua hal; dia tidak akan pernah mendapatkan apa-apa di dunia dan tak mendapatkan apapun di akhirat."

>> "Marilah kita semua memohon kepada Allah agar dapat menikmati khalwat dan uzlah daripada segala keburukan manusia dan menghindarkan keburukan kita agar tidak menimpa mereka. Semoga Dia memberikan tuntunan dan ilham kepada kita agar selamat di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Dekat dan Maha Mendengar doa-doa."

[Ibn al-Jauziyy, Shaidul Khatir: 315]
  Al-Hafizh Ibnu Asakir berkata di dalam kitabnya Tabyin Kadzibil Muftari fima Nusiba ila Abil Hasan al-Asy’ari, ”Abu Bakr Ismail bin Abu Muhammad alQairawani berkata, ‘Sesungguh¬nya Abul Hasan al-Asy’ari awalnya mengikuti pemikiran Mu’tazilah selama 40 tahun dan jadilah beliau seorang imam mereka. Suatu masa beliau menyepi dari manusia selama 15 hari, sesudah itu beliau kembali ke Bashrah dan solat
di masjid Jami’ Bashrah. Selesai solat Jum’at beliau naik ke mimbar seraya berkata:

Wahai manusia, sesungguhnya aku menghilang dari kamu semua pada hari-hari yang lalu kerana aku melihat suatu permasalahan yang dalil-dalilnya sama-sama kuat sehingga tidak dapat aku tentukan mana yang haq dan mana yang batil, maka aku memohon petunjuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga Allah memberikan petunjuk kepadaku yang aku tuliskan dalam kitab- kitabku ini, aku telah melepaskan diriku dari semua yang sebelumnya aku yakini, sebagaimana aku lepaskan bajuku ini.


Kemudian dia membuang bajunya....
 
Hak anak-anak terhadap susu ibunya...

Kata Imam Ibnul Qayyim rahimahullah: “Bahawa termasuk hak anak-anak kecil adalah mendapatkan susu ibu untuk tempoh sepanjang dua tahun pertama selagi mana ia memerlukannya. Perkara ini dikuatkan lagi dengan kata “penyusuan sempurna” dalam ayat tersebut (merujuk Surah al-Baqarah, 2: 233).” [Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, m/s. 234]
 
Pesanan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah kepada ibu-ibu..

“Sebaik-baiknya bayi hanya diberikan dengan air susu ibu sahaja sehingga gigi-giginya tumbuh, kerana pada ketika itu organ dan sistem penceranaannya masih lemah untuk menghadam makanan (selain dari air susu ibu).

Jika gigi-giginya telah tumbuh bermakna organ penceranaan telah mula mantap dan sempurna untuk mencernakan makanan. Bahawasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melewatkan waktu pertumbuhan giginya sehingga ke waktu yang ia benar-benar memerlukan makanan disebabkan hikmah tertentu, sebagai bukti kelembutan, dan dengan sebab kasih sayang-Nya terhadap bayi serta si ibu.” [Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, m/s. 231]
Al Hafidz Al Imam Az-Zahabi:
"Sesungguhnya kitab Al Ihya padanya ada sejumlah hadith-hadith yang batil. Sekiranya tidak ada padanya adab, cara dan zuhud yang diambil dari ahli falsafah dan golongan sufi yang menyeleweng, padanya ada kebaikan yang banyak. Kita memohon daripada Allah ilmu yang bermanfaat. Tahukah kamu apa itu ilmu yang bermanfaat?. Ianya apa yang dinyatakan Al Quran dan ditafsirkannya oleh Rasulullah secara perkataan dan perbuatan."
(Kitab Siyar Alam An-Nubala)
Imam az-Zuhri rahimahullah (Wafat: 124H) berkata:

لَا يَرْضَيَنَّ النَّاسُ قَوْلَ عَالِمٍ لَا يَعْمَلُ، وَلَا عَامَلٍ لَا يَعْلَمُ

“Manusia tidak akan menerima ucapan seorang ‘alim yang tidak beramal, dan tidak juga ucapan orang yang beramal tanpa ilmu.” [al-Khatib al-Baghdadi, Iqtidha’ al-‘Ilmi al-‘Amal, no. 14 – al-Maktabah al-Islami, tahqiq: Syaikh al-Albani]
 
Imam asy-Syafi'e meletakkan keta'atan kepada pemerintah sebagai salah satu ushul dalam aqidah, dan sudah pasti Imam asy-Syaf'ie beraqidah ahlus sunnah wal jamaah, mereka yang mengatakan keta'atan kepada pemerintah sebagai bukan ushul aqidah, maka mereka beraqidah dengan aqidah yang mana, Khawarij?

Imam asy-Syaf'ie berkata:

والسمع لأولي الأمر ما داموا يصلون والموالاة لهم، ولا يخرج عليهم بالسيف

"dan (aku beriktikad) hendaklah dengar dan taat kepada pemimpin selama mereka bersolat dan memberi kesetiaan kepada mereka dan tidak boleh menentang mereka dengan pedang (memberontak)"

(Diriwayatkan oleh al-Hakkari dalam I'tiqad Imam Syafi'i hlm 16 dan Abdul Ghani bin Abdul Wahid al-Maqdisi sebagaimana dalam al-Amru bil Ittiba' hlm 313 oleh as-Suyuthi
---------------------------------------------------------
 SYIAH
Yusuf al-Bahrani berkata (ulama Syiah):

"Dari dahulu sehinggalah sekarang, bahawa an-Nasibi kafir dan najis secara hukum, dibolehkan mengambil segala harta benda mereka bahkan dihalalkan membunuhnya".[3]

Begitulah sikap golongan Syiah terhadap Ahli Sunnah wal-Jamaah yang mereka gelar sebagai an-Nasibi. Mereka bukan sahaja memusuhi Ahli Sunnah malah mengistiharkan bunuh dan rampas harta benda Ahli Sunnah wal-Jamaah. Dan rampasan tersebut dianggap oleh mereka sebagai ganimah (harta rampasan perang).
 
Darah Ahli Sunnah Wal-Jamaah adalah Halal Dan Harta Ahli Sunnah Wal-Jamaah Boleh Dirampas/Rompak.

Syiah menghalalkan darah dan harta Ahli Sunnah. Berkata Muhammad bin Ali Babawaihi al-Qummi, dia meriwayatkan dari Daud bin Farqad:


"Aku bertanya kepada Abu Abdullah 'alaihis salam: Bagaimana pendapat engkau membunuh an-Nasibi (Ahli Sunnah wal-Jamaah)? Dia menjawab: Halal darahnya akan tetapi lebih selamat bila engkau sanggup menimpakan dengan tembok atau menenggelamkan (mati lemas) ke dalam air supaya tidak ada buktinya. Aku bertanya lagi: Bagaimana dengan hartanya? Dia menjawab: Rampas sahaja semampu mungkin".[1]


Berkata Abu Ja'far ath-Thusi (ulama Syiah):


"Berkata Abu Abdullah 'alaihis salam (Imam as-Sadiq): Ambillah harta an-Nasibi (Ahli Sunnah wal-Jamaah) dari jalan apapun kamu mendapatkannya dan berikan kepada kami seperlima".[2]


Yusuf al-Bahrani berkata (ulama Syiah):


"Dari dahulu sehinggalah sekarang, bahawa an-Nasibi kafir dan najis secara hukum, dibolehkan mengambil segala harta benda mereka bahkan dihalalkan membunuhnya".[3]


Begitulah sikap golongan Syiah terhadap Ahli Sunnah wal-Jamaah yang mereka gelar sebagai an-Nasibi. Mereka bukan sahaja memusuhi Ahli Sunnah malah mengistiharkan bunuh dan rampas harta benda Ahli Sunnah wal-Jamaah. Dan rampasan tersebut dianggap oleh mereka sebagai ganimah (harta rampasan perang).


Nota Kaki ;


[1]. Lihat: 'Ilal asy-Syar'i. Hlm. 44. Cetakan Beirut.

[2]. Lihat: Tahzibul Ahkam. (1V/122) Cetakan Tehran.
[3]. Lihat: Al-Hadiq an-Nadirah Fi Ahkam al-Atraf at-Tahirah. (X11/323-324).
  -------------------------------------------------------------
 
Berkata Ibn al-Qaiyim rahimahullah:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam apabila berdiri untuk solat mengucapkan (Allahu Akbar). Tidak pernah baginda berkata sesuatu sebelumnya dan sama sekali tidak pernah melafazkan niat. Baginda tidak pernah melafazkan: Sengaja aku sembahyang menghadap kiblat empat rakaat imaman atau makmuman kerana Allah. Tidak pernah melafazkan tunai atau qadza atau difardukan kerana masuk waktu yang mana ini semua adalah bid'ah. Tidak pernah disalin (melafazkan niat) sama ada melalui (hadis) sahih, hadis lemah, dari musnad atau berupa hadis mursal walaupun satu lafaz darinya. Sebaliknya tidak pernah juga disalin walaupun dari seorang sahabat, dari sangkaan baik oleh tabiin dan tidak juga dari para imam yang empat. Namun terdapat sebilangan dari orang-orang terkemudian tergesa-gesa (kurang memahami) tentang qaul asy-Syafi’e”. (Lihat: زاد المعاد. (1/201). Ibn al-Qaiyim)
 
Kata Ibnul Qayyim rh: Suatu hari aku menghadiri majlis Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah,selepas solat subuh beliau duduk berzikir(azkar sobah) kepada Allah sehinggalah sampai pertengahan siang,kemudian beliau berpaling menghadapku sambil berkata:هذه غدوتي،ولو لم أتغد الغداء سقطت قوتي ". Inilah makanan)siang/tengah hari),kalau aku tidak makan makanan ini nescaya akan gugurlah kekuatanku"
[ Dinukil dari Muqaddimah Awrud Ahl Sunnah al Jamaah oleh Muayyad Abd Fattah Hamdan ]
 
Imam Ahmad Rahimahullah "Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar shalat dalam hatimu.( Ash Sholah, hal. 12) 
  Al-Imam Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali Al-Barbahari rahimahullah mengatakan:

“Apabila engkau melihat seseorang mendoakan keburukan terhadap pemimpin/pemerintah, ketahuilah bahawa sesungguhnya dia itu pengikut hawa nafsu. Bila engkau melihat seseorang mendoakan pemimpin/pemerintah dengan kebaikan, ketahuilah sesungguhnya dia adalah pengikut As-Sunnah, insya Allah.”

[hlm. 116 syrhus sunnah]
 
Para wali Allah, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada-Nya, menolong-Nya, mereka mencintai apa yang Allah cintai dan membenci apa-apa yang Allah benci, serta redha terhadap apa-apa yang Allah redha, dan memurkai apa-apa yang Allah murka padanya. Mereka memberi kepada orang yang Allah suka untuk diberi dan mereka tidak memberi kepada orang-orang yang Allah tidak menyukai untuk diberi.”

Oleh: Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah (Wafat: 728H).

Al-Furqan baina Awliya’ ar-Rahman wa Auliya’ asy-Syaithan, m/s. 8.
Maktabah Daar al-Bayaan, Tahqiq ‘Abdul Qadir al-Arnauth.
  Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

Manusia dalam setiap keadaannya sering meni
nggalkan taubat yang umum padahal ia amat butuh padanya. Karena memang taubat amat dibutuhkan oleh hamba dalam setiap keadaanya. Manusia selamanya tidak lepas dari kelalaian, meninggalkan perintah atau melampaui batas dengan melakukan sesuatu yang Dia larang. Itulah alasan mengapa ia harus bertaubat selamanya.

[Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 10/330]
Kata Imam Malik radhiyallahu 'anhu: "Setiap kalam itu mungkin ditolak dan mungkin diterima kecuali kalam penghuni kubur ini (mutlak dapat diterima)". Imam Malik sambil mengisyaratkan tangannya kepada maqam Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika berziarah ke maqam Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam..

No comments:

Post a Comment