Friday, August 31, 2012

Ustadz Hartono Ahmad Jaiz: Akar konfliknya ialah Aqidah Syi’ah yang menyerang Islam

 Bilal
Kamis, 5 Januari 2012 12:03:46
JAKARTA (Arrahmah.com) - Peneliti aliran sesat, Ustadz hartono Ahmad Jaiz mengatakan bahwa konflik yang terjadi antara Islam dengan Syi'ah bukanlah karena kaum Muslimin ingin mengganggu Syi'ah, akan tetapi keyakinan Syi'ah mengancam eksistensi aqidah kaum muslimin.

"Bukan karena Sunni ingin menyerang Syi'ah, tetapi Sunni diserang oleh Syi'ah keyakinan pokoknya," kata Ustadz Hartono saat ditemui arrahmah.com di rumahnya di Kalibata Jakarta Selatan, Selasa (4/1/2012).

Keyakinan apa saja, menurut Ustadz Hartono, jika diserang hal pokoknya akan menimbulkan kemarahan. Dan di dalam Islam, kemarahan dalam rangka menjaga aqidah diakomodasi oleh syari'at, jelas beliau.
"Kemarahan dalam membela penghujatan terhadap Islam, justru mempunyai nilai besar di hadapan Allah," jelasnya.

Terdapat beberapa hal yang diserang Syi'ah terhadap Islam. Yang pertama, menurut beliau, adalah penghujatan Syi'ah kepada Allah dengan menyakini Allah bersifat bada' yaitu meyakini bahwa Allah baru mengetahui sesuatu hal ketika hal tersebut sudah terjadi.

"Inikan pelecehan terhadap Allah namanya. Padahal Allah itu Maha Mengetahui segala sesuatu," tukas Ustadz Hartono.

Penghujatan selanjutnya dilakukan Syi'ah terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, melalui pernyataan wilayatul faqih Syi'ah Imamiyah, Khomeini, yang melecehkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan menyatakan Nabi gagal dalam menyampaikan risalah.

Perkataan imam Syi'ah dianggap sama dengan hadist Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan Imam mereka dianggap lebih tinggi derajatnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdasarkan Kisah nabi Ibrahim AS di dalam surat Al Baqarah ayat 124 yang menyatakan Nabi Ibrahim dikatakan Imaman setelah sudah mantap, bukan ketika pertama kali menjadi nabi.

"Jadi, Syi'ah ini mengutak-atik ayat untuk mengangkat derajat Imam mereka," papar pria yang juga seorang mubaligh ini.

Dampak dari pelecehan terhadap nabi, itu berlanjut hingga berbohong atas nama nabi, seperti membolehkan nikah mut'ah yang telah diharamkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
"Bahkan itu yang meriwayatkan pengharaman nikah mut'ah itu Ali sendiri," ujar Ustadz Hartono yang produktif menulis buku membongkar aliran-aliran sesat.

Bukan sekedar itu, Syi'ah akhirnya juga melecehkan orang-orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah, yaitu istri-istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakar As Siddiq RA,  dan para sahabat rasul lainnya. Bahkan kitab suci Al-Qur'an diserang juga, mereka meyakini Al-Qur'an telah dirubah-rubah oleh para sahabat, palsu, dan tidak murni.

"Jika tiga hal pokok, seperti Allah, Rasulullah, dan kitabnya telah dihujat oleh Syi'ah, habislah Islam," lontar Ustadz Hartono.

Tambah Ustad Hartono, serangan Syi'ah terhadap Islam bukan hanya dalam bentuk aqidah dan pemikiran, tetapi sudah berupa aksi nyata, sebagaimana ketika Khomeini berhasil mengadakan revolusi Syi'ah di Iran, ia membantai imam-imam masjid Sunni, melarang pendirian masjid sunni, dan tidak ada peran yang diberikan kepada kaum sunni yang berjumlah 20 persen di Iran.

"Anehnya sinangog banyak berdiri, tetapi masjid Sunni tidak ada di Iran," ungkapnya.

Sehingga, Kaum muslimin Sunni yang ingin sholat Jum'at hanya bisa dilaksanakan di kedutaan besar negara-negara arab.
"Jika mereka mengadakan di rumah bisa ditangkap," tambah Ustadz Hartono.

Melihat ini semua, sudah jelas dalam pandangan ustadz Hartono bahwa Syi'ah itu adalah firaq adama (kelompok yang sesat) bukanlah mazhab yang diakui di dalam Islam.
"Bahkan dibanding kelompok sesat yang lain, Syi'ah itu kepalanya kesesatan," pungkas Ustadz Hartono.
(Bilal/arrahmah.com)

Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra diresmikan dengan pengajar alumni Iran


Bilal
Sabtu, 14 Juli 2012

JAKARTA (Arrahmah.com) - Acara launching Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra hari Kamis, (12/07/2012) kemarin di Gedung Sucofindo, Jakarta Selatan dihadiri para tokoh. Di antaranya Wakil Menteri Agama, Prof Dr Nasarudin Umar, perwakilan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Prof M. Zein, Dewan Penyantun STFI Sadra, Prof. Umar Shihab, Ketua STFI Sadra Umar Shahab serta Direktur Mizan Haidar Bagir dan para undangan
.
Dalam pembukaannya, Prof Umar Shihab menyatakan kehadiran Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra sangatlah diperlukan, mengingat sekolah yang mengajarkan filsafat sangatlah sedikit.

"Mungkin STFI Sadra adalah Sekolah Filsafat Islam pertama di Jakarta," tegas ketua MUI tersebut seperti dirilis hidayatullah.com.

Seperti diketahui, filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan. Dengan mempelajari filsafat, manusia dapat mengetahui hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya.

"Karena Filsafat tidak saja mempelajari teori, tapi juga sistematika ilmu pengetahuan," ujarnya di depan ratusan peserta yang menghadiri acara tersebut.

Umar Shihab juga mengutip pendapat Ibnu Miskawih, seorang filsuf Muslim abad 10 Masehi. Ulama klasik Islam ini, katanya, pernah mengatakan bahwa mempelajari filsafat adalah sesuatu yang mutlak. Sebab orang yang tidak mempelajari filsafat dapat terjerumus pada dunia materialistis. Al Qur'an juga tegas meminta umat Islam untuk belajar dan mengajar, katanya.

Prof Umar Shihab juga menampik bahwa filsafat identik dengan hal abstrak dan sarat khayalan. Baginya, itu tidak benar. Karena filsafat mengajarkan manusia untuk menganalisa setiap masalah.

"Yang benar akan diikuti, yang salah ditinggalkan," ujarnya.

Menandai peluncuran, STFI Sadra membuka dua program studi yakni Filsafat Islam dan Ilmu Qur'an dan Tafsir. Pada angkatan pertama sekolah yang berlokasi di Jalan Pejaten Raya ini menampung 80 mahasiswa baik jalur beasiswa maupun berbayar.

Beberapa pengajar dalam sekolah tinggi filsafat ini adalah lulusan Iran.

 Di antaranya, Dr. Khalid Walid, alumnus dari Qom dengan desertasinya "Pandangan Eskatologi Mulla Shadra". Walid juga Wakil Ketua Yayasan Hikmat Al-Mustofa Jakarta. Pengajar lain juga ada Abdullah Beik, MA, lulusan Qom tahun 1991.

Sementara masuk dalam kepengurusan STFI Sadra, antara lain; Dr Umar Shahab, MA (Ketua Prodi Filsafat Agama STFI Sadra), Dr. Haidar, MA (Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir), Dr. Kholid Walid, MA (Wakil Ketua Yayasan Hikmat Al-Mustofa Jakarta), Abdullah Beik, MA (Dosen STFI Sadra Jakarta.

Acara ditutup dengan seminar yang diisi beberapa nama di antaranya Prof.  Karim D. Crow (IAIS Malaysia), Prof. Dr Amin Abdullah (Staf Ahli Menteri Agama dan Mantan rektor UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, Prof Dr Azhar Ashad (UIN Alauddin Makasar), dan Haidar Bagir (Doktor Filsafat UI dan Dosen STFI Sadra).

Sebelumnya, Ahmad Jubaili, Ketua Tim Perumus Kurikulum dikutip radio Iran, IRIB, mengatakan, kuliah di kampus ini merupakan tempat kajian ilmiah yang merujuk pada Filsafat Mulla Sadra yang mampu menggabungkan seluruh pendekatan keilmuan, terutama teologi, filsafat dan Tasawuf.

Mulla Shadra mempunyai nama lengkap Shadr al Din Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Yahya Qawami al Syiraz, seorang filsuf terbesar mazhab Syiah Imamiyah.

Sementara itu, Fahmi Salim, MA, Wakil Sekjen Majelis (Waskjen) Intelektual dan Ulama Muda Indonesia, serta Komisi Pengkajian di MUI Pusat mengatakan, dari bentuk, link (jalur), lembaga ini dinilai berbau dengan Syiah. Termasuk jalur ke Jamiah Almustafa, Qom, Iran.
"Karena selama ini, gerakan Syiah masuk melalui filsafat," ujarnya kepada hidayatullah.com, Jumat (13/07/2012) siang. (bilal/arrahmah.com)

Inna lillah, Mesir kembali izinkan kapal perang Iran mengirim senjata untuk rezim Suriah melalui Terusan Suez


Muhib Al-Majdi
Jum'at, 31 Agustus 2012
KAIRO (Arrahmah.com) – Kepala Otoritas Terusan Suez, Laksamana (Purn) Mohab Mamish menyatakan kepada media massa bahwa pihaknya telah mengizinkan sebuah kapal perang Iran yang membawa persenjataan untuk melewati Terusan Suez dalam perjalanan ke Suriah.
Hal itu ditegaskan oleh Mamish dalam wawancara satu jam dengan stasiun TV Mesir, Al-Hayat pada Sabtu (25/8/2012). Mantan Kepala Staf Angkatan Laut Mesir itu baru saja diangkat oleh presiden Mursi pada awal bulan ini sebagai Kepala Otoritas Terusan Suez. Mamish hadir sebagai tamu pada acara dialog Al-Hayat Al-Yaum atau Al-Hayat Today.
Video lengkap wawancara TV Mesir Al -Hayat bersama Laksamana (Purn) Mohab Mamish:

Wawancara Mamish dengan stasiun TV Al-Hayat mendapat perhatian luas dari media massa lain di seluruh kawasan Timur Tengah. Beberapa stasiun TV lain seperti TV Al-Arabeya mewartakan ulang wawancara eksklusif itu.
Salah satu hal yang menarik perhatian media massa dan para pemirsa TV tentu saja pernyataan Mamish tentang izin melewati Terusan Suez bagi kapal perang Iran. Mamish dengan bangga menyatakan telah menolak permintaan AS untuk menembak kapal perang Iran itu pada awal memasuki gerbang selatan Terusan Suez dari arah Laut Merah.
"Angkatan Laut Mesir telah menolak permintaan AS untuk menembak kapal perang Iran yang mengangkut persenjataan dan sedang dalam perjalanan menuju Suriah melewati Terusan Suez," kata Mamish.

"Sesungguhnya kapal perang Iran yang menyeberangi Terusan Suez menuju Suriah telah selesai kami periksa dan kami izinkan untuk melewati Terusan setelah terbukti memenuhi persyaratan-persyaratan khusus yang berkaitan dengan penjualan senjata legal, sesuai undang-undang internasional," Mamish menambahkan.
Para pengamat revolusi Suriah memandang permintaan AS kepada Mesir untuk menembak kapal perang Iran itu sebagai retorika untuk konsumsi media belaka. Tujuannya tentu saja mengesankan bahwa AS dan Barat memusuhi Iran dan mendukung oposisi Suriah. Pernyataan tegas dengan penuh percaya diri Mamish itu bisa jadi membongkar semua kepalsuan retorika politik tersebut.
Jika AS benar memiliki permusuhan dengan Iran, tentu sangat mudah bagi dua armada kapal induk AS di Teluk Persia untuk menghadapi kapal perang Iran tersebut. Sebulan yang lalu, Otoritas Terusan Suez juga mengizinkan dua kapal perang Destroyer China dan sebuah kapal perang pengawal China mengirim senjata kepada rezim Suriah melalui Terusan Suez.
Di saat militer rezim Suriah melancarkan pembantaian biadab di beberapa wilayah Suriah sepanjang Syawwal 1433 H ini, Mesir justru mempersilahkan rezim Syiah Iran untuk mengirimkan lebih banyak senjata kepada rezim Suriah.
(muhib almajdi/arrahmah.com)

Aktivis revolusi Suriah: Muhammad Mursi bukan orang pertama yang "menjual" kita dengan retorika politisnya


Muhib Al-Majdi
Jum'at, 31 Agustus 2012
 
HAMAH (Arrahmah.com) – Mujahidin Islam dari berbagai kelompok Jihad dan Tentara Kebebasan Suriah di propinsi Hamah tak luput memantau perkembangan situasi politik terbaru di kawasan Timur Tengah. Hasil pertemuan presiden Mursi dan Ahmadinejad di Teheran selama masa KTT Gerakan Non-Blok menjadi salah satu fokus pantauan mereka, mengingat dampaknya terhadap perjalanan jihad Islam di Suriah.
Salah seorang aktivis revolusi Suriah di Hamah, Sirajudin Al-Hamawi, menuliskan pesannya kepada bangsa muslim Suriah menyikapi hasil pertemuan Mursi dan Ahmadinejad itu. Berikut ini terjemahan pesan revolusi sang aktivis sebagaimana dipublikasikan oleh situs Islam Al-Murasilun dan situs-situs revolusi Suriah lainnya.
Wahai bangsa muslim Suriah yang besar: Mursi…bukanlah orang pertama yang "menjual" kita dengan ucapannya!
Satu setengah tahun yang lalu, kita mendengar Erdogan menyatakan bahwa ia tidak akan membiarkan terjadinya pembantaian kedua (di Suriah). Waktu itu kita menangis gembira karena kita merasakan ada orang yang mau berdiri di pihak kita. Setelah itu perkataannya berubah menjadi buih-buih asap yang tidak pernah kita lihat realisasinya sama sekali!
Satu tahun lebih beberapa bulan yang lalu, kita mendengar pemerintah Arab Saudi berbicara tentang bantuan untuk Suriah. Kita memekik gembira dan mengucapkan terima kasih kepada mereka dalam demonstrasi-demonstrasi kita. Setelah itu perkataan mereka berubah menjadi fatamorgana belaka!
Lebih dari setahun yang lalu, kita mendengar Liga Arab menegaskan tidak akan membiarkan pertumpahan darah lebih banyak lagi di Suriah. Setelah itu kita tidak melihatkan aksi apapun!
Setahun yang lalu, kita mendengar Inggris, Amerika dan Prancis menegaskan bahwa Bashar Assad telah kehilangan legalitasnya dan kekuasannya tinggal menghitung hari belaka.
Enam bulan yang lalu, kita mendengar (Dewan Kerjasama Negara-negara) Teluk menyatakan sebentar lagi mereka akan bergerak dan mempersenjatai Tentara Kebebasan Suriah adalah sebuah kewajiban. Setelah itu kita tidak melihat tindakan apapun!!!
Banyak lagi kita mendengar perkataan dan khutbah-khutbah lainnya menggebu-gebu, pada realita di lapangan kita tidak melihat tindakan apapun (dari para politikus seperti mereka) untuk menolong kita dan menyelamatkan anak-anak kita serta ibu-ibu kita.
Pada hari ini kita juga mendengar khutbah presiden Mursi dari Teheran, yang menghancur leburkan harapan-harapan kita…seperti hal yang sebelumnya telah dilakukan oleh Erdogan, Saud Al-Faishal dan banyak pembual besar lainnya.
Presiden Mesir yang terhormat…sesungguhnya negara ini (Iran) yang telah membantai kami, mengusir kami dan mendukung rezim Bashar Assad…tidaklah bisa dipercayai. Seperti halnya Bashar Asad, negara ini (Iran) sangat ahli dalam hal berbohong, bertaqiyah dan membuat perangkap.
Wahai bangsaku, tinggalkanlah perkataan…kita harus melakukan tindakan…
Para pemimpin Arab sejak puluhan tahun yang lalu sudah berbicara mengenai persoalan Palestina…Nyatanya, mereka hanya menambah kerugian saja kepada kaum muslimin Palestina. Mereka telah melakukan konspirasi yang sangat besar. Mereka telah mengatakan, "Janganlah kalian meninggalkan Gedung Putih, jangan pula kalian meninggalkan Teheran, Qum dan Tel Aviv."
Lalu sebagian orang yang fanatik kepada partai presiden Mursi menghendaki kami untuk mempercayai bahwa Mursi bisa menghindar beberapa jengkal dari planning Amerika-Zionis terhadap kawasan (Timur Tengah). Duhai nestapa umat (Islam) yang karena kebodohannya menjadi bahan tertawaan umat-umat lain.
Lalu akan ada dampak-dampak yang tersembunyi, maka janganlah kalian tertipu oleh pembicaraan mereka. Mereka mengatakan dalam beberapa hari ke depan akan diadakan pertemuan empat pihak: Iran, Arab Saudi, Mesir dan Turki, untuk mendiktekan solusi damai yang dengannya rezim Bashar Assad bisa keluar dari krisis dengan kerugian seminimal mungkin. Boleh jadi dengan sebuah negara indipenden (bagi Syiah Nushairiyah Suriah).
Sementara bangsa muslim Suriah akan tetap menanggung luka-luka, menguburkan jenazah para syuhada' dan terperosok dalam rawa-rawa yang ditinggalkan oleh kedengkian rezim Nushairiyah. Mereka lalu mengangkat sebagai pemimpin kita seorang Karzai baru dan antek-anteknya, yaitu para "dukun" Dewan Transisi Nasional, kelompok Dawalibi dan orang-orang seperti mereka. Maka revolusi terbesar dalam sejarah ini akan "diaborsi", dengan imbalan harga yang sangat murah, uang yang tak seberapa.
Wahai bangsa Suriah yang besar…apakah untuk hal itu dikorbankan ribuan syuhada', orang-orang yang dipenjara, orang-orang yang diusir dan anak-anak kecil yang dibantai???
Harapan kita sangat besar kepada Allah, Yang Maha Esa, Maha Tunggal, Yang telah menjamin kebaikan kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa salam untuk negeri Syam dan penduduk Syam. Setelah itu harapan kita bertumpu kepada kesadaran dan pemahaman bangsa kita yang ulet terhadap bahaya konspirasi ini. Harapan kita bertumpu kepada keyakinan bangsa kita bahwa konspirasi itu bertujuan untuk menghancurkan agama kita, pokok-pokok tujuan kita dan prinsip-prinsip baku kita.
Daftar pertama prinsip baku kita adalah berhukum dengan hukum Allah, lalu membebaskan diri dari ketergantungan dan pembebekan terhadap Barat maupun Timur, lalu membebaskan Palestina baik wilayah darat maupun lautnya. Inilah hal yang menggentarkan mereka dan oleh karenanya, antek mereka rezim Nushairiyah membunuh, membantai, membakar dan menghancurkan kita semaksimal mungkin.
Namun mustahil..mustahil… Mereka membuat tipu daya, namun Allah juga balas membuat tipu daya mereka dan Allah-lah sebaik-baik pembuat tipu daya. Pintu jihad dan ribath telah terbuka di negeri Syam dan ia tidak akan tertutup sampai Allah menyempurnakan urusan-Nya.
Ya Allah, turunkanlah pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan. Ya Allah, turunkanlah pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan. Ya Allah, turunkanlah pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan. Janganlah sedetik pun Engkau menyerahkan kami kepada selain-Mu, jangan pula Engkau menyerahkan kami kepada diri kami sendiri.
Sirajudin Al-Hamawi
(muhib almajdi/arrahmah.com)

Thursday, August 30, 2012

Pembiayaan pembelian rumah secara Islam alternatif



 

 

 

Perbankan dan kewangan Islam di Malaysia berperanan memenuhi keperluan pengguna yang ingin urus niaga kewangan mereka bebas daripada riba, atau faedah. Justeru, institusi kewangan Islam di negara ini telah memperkenalkan beberapa kaedah pembiayaan pemilikan rumah yang mematuhi Syariah. Antara kaedah yang dominan ialah al-bay’ bithaman ajil (BBA) dan kontrak perkongsian musyarakah mutanaqisah (MM).

Kaedah BBA atau jualan dengan bayaran tertunda adalah popular di negara seperti Malaysia, Indonesia dan Brunei. Sementara kaedah MM atau perkongsian berkurangan lazimnya diamalkan di Timur Tengah, Amerika Syarikat, Kanada, England dan Australia. Pakar Syariah di Timur Tengah umumnya menolak kontrak perkongsian BBA.


Di Malaysia, di mana BBA diamalkan, suara-suara tidak puas hati mula kedenganaran daripada para pelanggan. BBA dikritik sebagai instrumen urus niaga yang ‘tidak adil’ berbanding sistem gadai janji konvensional.


Sebagai contoh, dalam pembelian rumah, aspek harga jualannya dikatakan tidak melambangkan harga pasaran sebenar ekoran tambahan harga tokokan yang besar bagi pembayaran tertunda. Selain itu, bagi bayaran penebusan awal, bakinya selalunya lebih tinggi, malah pada bila-bila masa sekalipun, sehinggalah bayaran penyelesaian dibuat. Ini boleh dilihat seperti di bawah:

Sebagai contoh, seorang pelanggan membeli sebuah rumah pada harga RM200,000. Dia membuat bayaran muka sebanyak 10 peratus, atau RM20,000. Bakinya RM180,000 dibiayai menerusi BBA. Andaikan Kadar Keuntungan Tahunan (APR) yang dicaj oleh bank ialah sebanyak 10 peratus setahun dan tempoh pembiayaan adalah 20 tahun. Di bawah BBA, bank akan membeli rumah berkenaan, kemudian menjualnya kepada pelanggan dengan keuntungan tertentu, dengan bakinya dibayar secara tertunda selama 20 tahun.


Ansuran bulanan bagi pembiayaan di atas ialah sebanyak RM1,737.04 (dikira berdasarkan formula standard bagi nilai kini anuiti), dan dibayar selama 240 bulan. Jumlah semua pembayaran adalah sebanyak RM416,889.35. Perbezaan antara jumlah ini dengan angka pembiayaan asal ialah sebanyak RM236,889.35. Amaun ini ialah jumlah keuntungan yang diperolehi oleh bank. Di bawah kaedah gadai janji konvensional, ia mewakili jumlah faedah yang dibayar bagi pinjaman selama 20 tahun. Keuntungan RM236,889.35 itu diraih terlebih dahulu menurut kaedah BBA, sementara di bawah kaedah konvensional, faedah tidak akan dikira matang sehingga tempoh matangnya tiba.


Satu perbezaan penting antara BBA dengan kaedah gadai janji konvensional ialah baki pembiayaan yang masih tinggal sebelum kontrak tersebut luput. Baki BBA selepas 10 tahun (iaitu selepas 120 ansuran) misalnya, ialah jumlah baki 120 ansuran, iaitu sebanyak RM208,444.80. Di bawah kaedah konvensional, bakinya ialah nilai kini ansuran tersebut, iaitu sebanyak RM131,443.76 (bank tidak mengenakan faedah ke atas baki 10 tahun itu).


Dalam kes BBA, bank mungkin memberi rebat tertentu bagi penebusan awal. Namun begitu, amaunnya ditentukan mengikut budi bicara bank semata-mata kerana Syariah melarang rebat disebut sebagai sebahagian daripada kontrak. Perhatikan bahawa walaupun setelah 10 tahun membayar ansuran, baki di bawah kaedah BBA masih mengatasi amaun pembiayaan asal sebanyak RM180,000.


Kelemahan BBA ini tidak dapat dielakkan, memandangkan persekitaran kewangan di mana ia beroperasi. Dua sistem kewangan yang berbeza yang wujud bersama akan bertumpu ekoran aktiviti arbitraj antara kedua-duanya. Perbankan Islam secara beransur-ansur bertumpu dengan sistem konvensional sedia ada. Ia bertumpu daripada prinsip ‘perkongsian keuntungannya’ yang asal kepada kaedah pembiayaan berkadar-tetap, seperti kaedah murabaha (tokok kos) dan ijarah (pajakan).


Peralihan ini mewujudkan peluang arbitraj yang luas antara pasaran berkadar-tetap Islam dengan kadar-terapung pasaran konvensional, terutamanya melalui swap kadar faedah. Oleh itu, tidaklah memeranjatkan sekiranya pemain pasaran dan juga pakar Syariah kini mula bercakap mengenai swap kadar faedah, pinjaman salingan dsb., yang merupakan instrumen inovatif bagi mengarbitraj perbezaan antara dua sistem perbankan itu.


Kaedah BBA yang berkadar-tetap ini juga mencetuskan masalah pengurusan risiko-kecairan kepada perbankan Islam di mana kadar keuntungannya kekal konstan sepanjang tempoh pembiayaan sedangkan sumber dananya umumnya bersifat jangka pendek. Masalah ini jelas kelihatan semasa krisis kewangan 1997-98 apabila bank-bank Islam gagal bertindak balas terhadap kenaikan kadar faedah yang tinggi ketika itu.


Kini, kewangan Islam mula bertumpu kepada pasaran berkadar-terapung. Bank Negara telah membenarkan BBA yang berkadar-terapung dengan pelanggan perlu membayar ansuran bulanan yang lebih tinggi, tetapi pada saat yang sama menerima rebat yang bergantung kepada kadar faedah lazim. Keperluan membayar ansuran bulanan yang lebih tinggi sebelum menerima rebat boleh menyebabkan masalah aliran tunai dan terbukti membebankan. Dalam pada itu, bertumpunya dua sistem perbankan ini turut menimbulkan masalah-masalah lain. Pelanggan yang tidak berpuas hati misalnya, akan menuduh perbankan Islam sebagai tidak Islamik dan tidak ada bezanya dengan perbankan konvensional.


Lakuna dalam BBA ini mungkin boleh diatasi oleh bentuk kontrak perkongsian yang lain, iaitu musyarakah mutanaqisah (MM). Kaedah MM atau kaedah perkongsian berkurangan kini dikemukakan sebagai alternatif kepada BBA.


Terdapat dua bahagian dalam kontrak ini. Pertama, pelanggan membuat perkongsian (musyarakah) dengan bank di bawah konsep syirkah al-milk (pemilikan bersama). Pelanggan misalnya, membayar 10 peratus sebagai saham pendahuluan untuk memiliki-bersama rumah berkenaan, sementara bank membayar bakinya. Pelanggan kemudiannya membayar secara beransur-ansur untuk menebus saham pembiaya sebanyak 90 peratus itu pada kadar dan tempoh yang dipersetujui sehingga rumah itu dimiliki sepenuhnya oleh beliau.


Kedua, bank memajak sahamnya ke atas pemilikan rumah berkenaan kepada pelanggan di bawah konsep ijarah (pajakan). Setiap pembayaran sewa adalah dikongsi bersama antara pelanggan dengan bank menurut nisbah pemegangan saham masing-masing, pada masa berkenaan itu, yang sentiasa berubah apabila pelanggan terus-menerus menebus saham pembiaya. Justeru, nisbah saham pelanggan akan terus meningkat selepas setiap pembayaran sewa sehinggalah ia dimiliki sepenuhnya. Oleh sebab itu, kaedah MM ini adalah sesuai bagi pembiayaan aset seperti rumah atau peralatan yang boleh dipajakkan. Kaedah MM ini boleh dijelaskan seperti berikut:


Kita lihat kembali contoh pembiayaan rumah di atas. Pelanggan membayar 10 peratus daripada harga, iaitu RM20,000, sementara pembiaya membiayai bakinya sebanyak RM180,000. Di bawah BBA dan kaedah urus niaga konvensional, pelanggan akan membayar RM1,737.04 sebulan kepada pembiaya. Andaikan sewaannya ialah RM1,000 sebulan (dengan nisbah Sewa Tahunan/Harga sebanyak 6 peratus), maka jadual ‘pelunasan’ bagi MM boleh dilihat dalam Jadual 1 di bawah, dengan bayaran bulanan sebanyak RM1289.58 sahaja. Pelanggan jimat RM447.46 sebulan. Tambahan RM289.58 kepada sewa bulanan RM1000 adalah diperlukan bagi membolehkan pelanggan menebus saham pembiaya dalam tempoh 20 tahun.


Jadi, di bawah MM, walaupun pelanggan hanya membayar RM1289.58 sebulan, dia masih dapat memiliki rumah tersebut dalam tempoh 20 tahun. Sekiranya dia memilih untuk membayar ansuran bulanan sebanyak RM1737.04, maka dia akan memilikinya dalam tempoh 12 tahun 3 bulan, sekali gus menyelamatkan bayaran bulanan selama 8 tahun.


Walaupun kaedah-kaedah gadai janji konvensional, BBA dan MM adalah berbeza dari segi konsepnya, namun terbitan matematik bagi MM menunjukkan bahawa formulanya masih sama dengan gadai janji konvensional dan BBA. Unsur yang berbeza hanyalah penggantian kadar faedah dengan kadar sewaan. (Kolum berlorek dalam Jadual 1 adalah masing-masing sama dengan bahagian pembayaran, kadar faedah dan baki pinjaman seperti gadai janji konvensional).*


Kadar pulangan di bawah MM adalah ditentukan oleh kadar sewa semata-mata, iaitu dalam kes ini, 0.5% sebulan (dan APR sebanyak 6%). Pulangan kepada pembiaya ini tidak ditentukan oleh, sama ada modal pendahuluan yang disediakan olehnya maupun oleh tempoh kontrak. Justeru, pembiaya di bawah kaedah MM ini mungkin akan hanya berminat membiayai rumah yang tinggi nilai sewaannya, sedangkan pelanggan pula mahu sewa yang rendah.


Bagi kes penebusan awal, baki di bawah pinjaman konvensional dan MM adalah sama (bagi APR yang sama), sementara baki di bawah BBA akan kekal lebih tinggi. Malah pengiraan MM adalah serupa dengan angka-angka di bawah gadai janji konvensional, dengan perbezaan hanya pada struktur pemilikannya. Ini kerana kaedah gadai janii konvensional dan MM menuruti jadual baki berkurangan. Oleh sebab itu, baki di bawah kaedah konvensional dan MM tidak pernah melebihi sumbangan asal pembiaya. Akan tetapi di bawah BBA, ia adalah sebaliknya.



Jadual 1


Jadual Pembayaran bagi Kontrak Musyarakah Mutanaqisah

Bahagian Sewaan
Bulan Sewa Bulanan
(RM) Penebusan Bulanan
(RM) Jumlah Bayaran
(RM) Nisbah Pemilikan Pelanggan Pelanggan Pembiaya Ekuiti Pelanggan (RM) Ekuiti Pembiaya (RM) Aliran Tunai Pembiaya
(RM)
A B C=A+B D E F G H
0 0.10000 20,000.00 180,000 (180,000)
1 1,000 289.58 1,289.58 0.10195 100.00 900.00 20,389.59 179,610.4 1,289.58
2 1,000 289.58 1,289.58 0.10391 101.95 898.05 20,781.11 179,218.9 1,289.58
3 1,000 289.58 1,289.58 0.10587 103.91 896.09 21,174.59 178,825.4 1,289.58
4 1,000 289.58 1,289.58 0.10785 105.87 894.13 21,570.05 178,430.0 1,289.58
5 1,000 289.58 1,289.58 0.10984 107.85 892.15 21,967.48 178,032.5 1,289.58
6 1,000 289.58 1,289.58 0.11183 109.84 890.16 22,366.89 177,633.1 1,289.58
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
240 1,000 289.58 1,289.58 1.00000 993.59 6.41 200,000 0 1,289.58
Jumlah = RM309,499.20 IRR= 6%


Berdasarkan hujah di atas, adalah jelas kaedah MM tidak begitu menarik kepada bank berbanding kontrak BBA. Justeru, MM adalah sesuai untuk diamalkan oleh, misalnya, koperasi perumahan yang modalnya disediakan oleh ahli untuk manfaat diri mereka sendiri. Selain menyediakan rumah yang lebih murah untuk ahli koperasi, MM juga menawarkan peluang untuk melabur dalam harta tanah kepada mereka.


Walau bagaimanapun, jika harga rumah dinilai-semula secara berkala, seperti cadangan penasihat Syariah Bank Negara, Dr Mohd Ali Hj Baharum, maka laba modal akan terus meningkatkan pulangan kepada pembiaya, sekali gus menjadikan kaedah MM sekurang-kurangnya sama menarik dengan kaedah konvensional atau BBA.


Sesungguhnya konsep MM ini telah diguna pakai oleh sebilangan penyedia khidmat kewangan Islam di serata dunia. Model yang berjaya termasuklah Islamic Housing Cooperative (Kanada), Ansar Cooperative House (Kanada), Ansar Housing Limited (England), Arab Banking Corporation dan Lloyds TSB (England), LARIBA Finance House (California), Guidance Financial Group (Virginia) dan skim ‘Rumah Mudah’ Bank Meezan (Pakistan). Dalam hal ini, langkah proaktif Maybank untuk mempertimbangkan pengenalan MM harus dipuji.


Walaupun begitu, MM tidaklah bebas sepenuhnya daripada masalah operasi. Sebagai contoh, menjejaki nilai sewaan mungkin rumit, terutama sekali bagi lokasi yang pelbagai. Mengikut peredaran masa, nilai sewaan biasanya akan meningkat, namun tidaklah mudah untuk meyakinkan pelanggan bahawa dia kini harus membayar sewaan yang lebih tinggi.


Oleh itu, sesetengah pihak mencadangkan penggunaan kadar faedah pasaran seperti KLIBOR, BLR, LIBOR dan sebagainya sebagai penanda aras bagi sewa. Akan tetapi, dengan formula matematik yang sama, ini akan menjadikan MM serupa dengan pembiayaan konvensional berkadar-terapung (dengan perbezaan hanya pada struktur pemilikan).


Oleh sebab banyak kajian harta tanah menunjukkan bahawa harga harta merupakan angkubah penting dalam menentukan sewa, maka kami mencadangkan suatu bentuk indeks harta tanah digunakan sebagai penanda aras, seperti Indeks Harga Rumah dalam kes Malaysia (yang dikeluarkan oleh Jabatan Perkhidmatan Penilaian dan Harta Tanah, Kementerian Kewangan, Malaysia. Lihat: www.jpph.gov.my). Justeru, berbeza daripada kadar faedah, indeks harga rumah akan dikaitkan secara langsung dengan usufruk aset tersebut (dengan nilai indeks yang berbeza menurut lokaliti).


Pelaksanaan MM mungkin juga memerlukan pindaan terhadap peraturan percukaian bagi membolehkan hanya caj sewa yang menyumbang kepada keuntungan dikira sebagai pendapatan bank. Dengan perkataan lain, caj sewa yang menyumbang kepada ekuiti pelanggan tidak boleh dikenakan cukai.




Terbitan matematik dan lembaran hamparan Microsoft Excel yang menghasilkan jadual bagi MM (serupa dengan Jadual 1) boleh diperolehi daripada pengarang di alamat emel: akameel@iiu.edu.my.









Oleh : Dr Ahamed Kameel Mydin Meera - October 14, 2008.

Dr Ahamed Kameel Mydin Meera adalah Dekan, Pusat Kajian Lepasan Ijazah, Universiti Islam Antarabangsa, Malaysia.
Credit to : http://al-fikrah.net/index.php?option=com_content&view=article&id=175:pembiayaan-pembelian-rumah-secara-islam-alternatif&catid=46:ekonomi&Itemid=176

Ciri-Ciri Ahli Bid’ah






Oleh : Abu ‘Utsmaan Ismaa’iil bin ‘Abdirrahmaan Ash-Shaabuuniy rahimahullaah
(373 – 449 H)
Ada baiknya jika saya tuliskan sedikit pemaparan biografi Al-Imam Abu ‘Utsman Ash-Shaabuuniy rahimahullah.
“Beliau adalah Abu ‘Utsmaan Ismaa’iil bin ‘Abdirrahmaan bin Ahmad bin Ismaa’iil bin ‘Aamir bin ‘Aabid Ash-Shaabuuniy An-Naisaabuuriy, Al-Haafidh, Al-Mufassir, Al-Muhadiits, Al-Faqiih, Al-Mulaqqib, Syaikhul-Islaam. Lafadh ‘Ash-Shaabuuniy’ dinisbatkan kepada pekerjaan beliau sebagai pembuat/pedagang sabun, sebagaimana disebutkan oleh As-Sam’aaniy rahimahullah dalam kitab Al-Ansaab.
Dilahirkan pada pertengahan bulan Jumadil-Akhir 373 H.
Diantara guru beliau rahimahullah yang terkenal adalah :
1. Al-Haakim An-Naisaburiy, Abu ‘Abdillah – penulis kitab Al-Mustadrak ‘alash-Shahihain.
2. Abi Thaahir Muhammad bin Al-Fadhl bin Muhammad bin Ishaaq bin Khuzaimah.
3. Abu Muhammad Al-Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Mikhlad Asy-Syaibaniy An-Naisaburiy.
4. Abul-Hasan Ahmad bin Muhammad bin ‘Umar Az-Zaahid.
5. Dan yang lainnya.
Adapun murid-murid beliau rahimahullah yang terkenal antara lain :
1. Abul-Qaasim ‘Aliy bin Muhammad bin ‘Aliy bin Ahmad bin Abil-‘Alaa’ As-Sulamiy Al-Mushiishiy Al-Faqiih Asy-Syaafi’iy; seorang faqih lagi tsiqah.
2. Abu Shaalih Al-Muadzdzin Ahmad bin ‘Abdil-Malik bin ‘Aliy bin Ahmad An-Naisaburiy Al-Haafidh.
3. Abu Muhammad ‘Abdil-‘Aziiz bin Ahmad bin Muhammad At-Taimiy Ad-Dimasyqiy Al-Kattaaniy; seorang imam, muhaddits, lagi mutqin.
4. Dan yang lainnya.
Pujian ulama terhadap beliau rahimahullah :
1. Al-Imam Abu Bakr Al-Baihaqiy rahimahullah :
إنه إمام المسلمين حقاً وشيخ الإسلام صدقاً ، وأهل عصره كلهم مذعنون لعلو شأنه في الدين والسيادة وحسن الاعتقاد وكثرة العلم ولزوم طريقة السلف
“Beliau adalah imam kaum muslimin yang sebenar-benarnya, seorang Syaikhul-Islam sejati. Semua orang di masanya mengakui ketinggian beliau dalam agama, kemuliaannya, kebaikan ‘aqidahnya, keluasan ilmunya, dan kesungguhannya dalam hal kewajiban meniti jalan salaf”.
2. Al-Imam Ibnu Naashiruddin rahimahullah :
كان إماماً حافظاً عمدة مقدماً في الوعظ والأدب وغيرهما من العلوم وحفظة للحديث وتفسير القرآن
“Beliau adalah seorang imam, haafidh, seorang pemimpin yang didahulukan dalam nasihat, adab, dan yang lainnya pada bidang ilmu, hafalan hadits, serta tafsir Al-Qur’an”.
3. Al-Haafidh Adz-Dzahabiy rahimahullah :
الواعظ، المفسر، المصنف، أحد الأعلام، كان شيخ خرسان في زمانه.
“Ahli pemberi nasihat, mufassir, dan penulis. Beliau juga salah seorang tokoh terkemuka, sekaligus penghulu ulama Khurasan”.
Beliau wafat pada bulan Muharram tahun 449 H.
[selesai]
Adapun penjelasan mengenai ciri-ciri Ahlul-Bid’ah sebagaimana tercantum dalam kitab beliau yang berjudul : ‘Aqiidatus-Salaf Ashhaabil-Hadiits adalah sebagai berikut :
١٦٢ - وعلامات البدع على أهلها بادية ظاهرة ، وأظهر آياتهم وعلاماتهم : شدة معاداتهم محملة أخبار النبي - صلى الله عليه وسلم- ، واحتقارهم لهم [واستخفافهم بهم] ، وتسميتهم إياهم حشوية ، وجهلة ، وظاهرية ، ومشبهه . اعتقادا منهم في أخبار رسول الله - صلى الله عليه وسلم- أنها بمعزل عن العلم ، وأن العلم ما يلقيه الشيطان إليهم من نتائج عقولهم الفاسدة ، ووساوس صدورهم المظلمة ، وهو أجس قلوبهم الخالية من الخير ، [وكلماتهم] وحججهم بل شبههم الداحضة الباطلة. (أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ). (وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاء).
162 – Dan ciri-ciri yang dimiliki oleh Ahli Bid’ah itu amatlah jelas dan terang. Yang paling menonjol di antaranya adalah : Besarnya antipati mereka terhadap para pembawa riwayat hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, melecehkan mereka, [merendahkan mereka], bahkan menggelari mereka sebagai hasyawiyyah (tukang hapal catatan kaki), orang-orang jahil, dhahiriyyah (tekstual), dan musyabbihah. Semua itu didasari keyakinan mereka bahwa hadits-hadits Rasulullah shallalaahu ‘alaihi wa sallam itu terpisah dari ilmu. Dan ilmu (menurut mereka) adalah apa-apa yang dijejalkan setan kepada mereka, hasil dari olah akal mereka yang rusak, waswas dari hati mereka yang gelap, imajinasi mereka yang hampa dari kebenaran, serta [berbagai kalimat] dan hujjah mereka yang lemah dan bathil. Allah telah berfirman : “Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” (QS. Muhammad : 23). “Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki” (QS. Al-Hajj : 18).
١٦٣ - سمعت الحاكم أبا عبد الله الحافظ يقول : سمعت أبا على الحسين بن علي الحافظ يقول ، سمعت جعفر بن أحمد بن سنان الواسطي يقول ، سمعت أحمد بن سنان القطان يقول : (ليس في الدنيا مبتدع إلا وهو يبغض أهل الحديث ، فإذا ابتدع الرجل نزعت حلاوة الحديث من قلبه) .
163 – Aku mendengar Al-Haakim Abu ‘Abdillah Al-Haafidh berkata : Aku mendengar Abu ‘Aliy Al-Husain bin ‘Aliy Al-Haafidh berkata : Aku mendengar Ja’far bin Ahmad bin Sinaan Al-Waasithiy berkata : Aku mendengar Ahmad bin Sinaan Al-Qaththaan berkata : “Tidak ada seorang mubtadi’ di dunia ini kecuali ia membenci Ahlul-Hadits. Karena bila ada seorang yang berbuat bid’ah, maka akan dicabut manisnya ilmu hadits dalam hatinya”.
١٦٤ - وسمعت الحاكم يقول سمعت أبا الحسين محمد بن أحمد الحنظلي ببغداد يقول ، سمعت [أبا إسماعيل] محمد بن إسماعيل الترمذي يقول : كنت أنا وأحمد بن الحسن الترمذي عند إمام الدين أبي عبد الله أحمد بن حنبل ؛ فقال له أحمد بن الحسن : يا أبا عبد الله ذكروا لابن أبي قتيلة بمكة أصحاب الحديث فقال : أصحاب الحديث قوم سوء فقام أحمد بن حنبل وهو ينفض ثوبه ويقول : زنديق ! زنديق ! [زنديق] : حتى دخل البيت .
164 – Aku (Abu ‘Utsman Ash-Shaabuniy) mendengar Al-Haakim berkata : Aku mendengar Abu Al-Husain Muhammad bin Ahmad Al-Handhaliy berkata di Baghdaad : Aku mendengar [Abu Isma’il] Muhammad bin Isma’il At-Tirmidziy berkata : “Aku dan Ahmad bin Al-Hasan At-Tirmidziy pernah berada di sisi Imaamuddiin Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal. Maka Ahmad bin Al-Hasan berkata kepadanya : ‘Wahai Abu ‘Abdillah, orang-orang pernah menyebut Ahli Hadits di hadapan Ibnu Abi Qutailah. Maka ia (Ibnu Abi Qutailah) berkata : ‘Para Ahli Hadits (Ashhaabul-Hadiits) adalah satu kaun yang jelek’. Maka Ahmad bin Hanbal berdiri sambil mengibaskan pakaiannya seraya berkata : ‘Zindiq, zindiq, [zindiq] !’, hingga ia masuk rumah”.
١٦٥ - وسمعت الحاكم أبا عبد الله يقول ، سمعت أبا نصر أحمد بن سهل الفقيه ببخارى يقول ، سمعت أبا نصر بن سلام الفقيه يقول:(ليس شيء أثقل على أهل الإلحاد ، ولا أبغض إليهم من سماع الحديث وروايته بإسناده ).
165 – Aku mendengar (Abu ‘Utsman Ash-Shaabuniy) Al-Haakim Abu ‘Abdillah berkata : Aku mendengar Abu Nashr Ahmad bin Sahl, seorang faqih negeri Bukhara, berkata : Aku mendengar Abu Nashr bin Salaam Al-Faqiih berkata : “Tidak ada satu hal yang lebih berat dan dibenci oleh Ahlul-Ilhaad (pengingkar/atheis/Ahli Bid’ah) daripada mendengarkan hadits dan meriwayatkan dengan sanadnya”.
١٦٦ - وسمعت الحاكم يقول : سمعت الشيخ أبا بكر أحمد بن إسحاق بن أيوب الفقيه – وهو يناظر رجلاً – فقال الشيخ أبو بكر : حدثنا فلان ، فقال له الرجل : دعنا من حدثنا إلى متى حدثنا ؟ فقال الشيخ له : قم يا كافر ، فلا يحل لك أن تدخل داري بعد هذا أبداً. ثم التفت إلينا وقال : ما قلت [قط] لأحد قط ما تدخل داري إلا هذا.
166 – Aku (Abu ‘Utsman Ash-Shaabuniy) mendengar Al-Haakim berkata : Aku mendengar Asy-Syaikh Abu Bakr Ahmad bin Ishaaq bin Ayyuub Al-Faqiih – saat itu ia tengah berdebat dengan seorang laki-laki - . Maka berkatalah Asy-Syaikh Abu Bakr : “Haddatsanaa Fulaan (Telah menceritakan kepada kami Fulan)”. Laki-laki tersebut berkata kepadanya : “Tinggalkan kami dari perkataan haddatsanaa. Sampai kapan kita menyebut haddatsanaa ?”. Syaikh Abu Bakr berkata : “Berdirilah wahai kafir ! Tidak halal bagimu untuk memasuki rumahku setelah ini untuk selamanya”. Kemudian ia (Asy-Syaikh Abu Bakr) menoleh kepada kami dan berkata : “Aku tidak pernah berkata pada seorang pun untuk tidak masuk ke rumahku kecuali pada orang ini”.
١٦٧ - سمعت [الأستاذ] أبا منصور محمد بن عبد الله ابن حمشاد العالم الزاهد [رحمه الله] يقول ، سمعت أبا القاسم جعفر بن أحمد المقرى الرازي يقول : قرئ على عبد الرحمن بن أبي حاتم الرازي وأنا أسمع : سمعت أبي يقول – عنى به الإمام في بلده أبا حاتم محمد بن إدريس الحنظلي الرازي – يقول : ( علامة أهل البدع الوقيعة في أهل الأثر وعلامة الزنادقة : تسميتهم أهل الأثر حشوية ، يريدون بذلك إبطال الآثار . وعلامة القدرية : تسميتهم أهل السنة مجبرة . وعلامة الجهمية : تسميتهم أهل السنة مشبهة . وعلامة الرافضة : تسميتهم أهل الأثر نابتة وناصبة .
167 – Aku (Abu ‘Utsman Ash-Shaabuniy) mendengar [Al-Ustadz] Abu Manshuur Muhammad bin ‘Abdillah bin Himsyaad Al-’Aalim Az-Zaahid [rahimahullah] berkata : Aku mendengar Abul-Qaasim Ja’far bin Ahmad Al-Muqriy Ar-Raaziy berkata : Pernah dibacakan kepada ‘Abdurrahman bin Abi Haatim Ar-Raaziy, dan waktu itu aku mendengarkannya : Aku mendengar ayahku berkata – yang dimaksudkan adalah penghulu ulama di negerinya, yaitu Abu Haatim Muhammad bin Idriis Al-Handhaliy Ar-Raaziy berkata - : “Tanda-tanda Ahli Bid’ah adalah mencela Ahlul-Atsar. Tanda-tanda Zanaadiqah adalah penamaan mereka terhadap Ahlul-Atsar dengan Hasyawiyyah. Mereka memaksudkan hal itu untuk membatalkan/menolak atsar. Tanda-tanda Qadariyyah adalah penamaan mereka terhadap Ahlus-Sunnah dengan Mujabbirah (=Jabriyyah, golongan yang hanya bergantung kepada taqdir). Tanda-tanda Jahmiyyah adalah penamaan mereka kepada Ahlus-Sunnah dengan Musyabbihah. Dan tanda-tanda Raafidlah adalah penamaan mereka kepada Ahlul-Atsar dengan Naabitah serta Naashibah”.
١٦٨ - قلت : وكل ذلك عصبية ، ولا يلحق أهل السنة إلا اسم واحد ؛ وهو أهل الحديث
168 – Aku (Abu ‘Utsman Ash-Shaabuniy) berkata : “Semuanya itu dikarenakan ashabiyyah (fanatisme golongan). Tidak ada sebutan yang pantas bagi Ahlus-Sunnah melainkan satu saja, yaitu : Ahlul-Hadiits.
١٦٩ - قلت : أنا رأيت أهل البدع في هذه الأسماء التي لقبوا بها أهل السنة - [ولا يلحقهم شيء منها فضلا من الله ومنة] - ؛ سلكوا معهم مسلك المشركين [لعنهم الله] مع رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فإنهم أقتسموا القول فيه : فسماه بعضهم ساحراً وبعضهم كاهنا وبعضهم شاعراً وبعضهم مجنوناً وبعضهم مفتوناً وبعضهم مفتريا مختلقاً كذاباً ، وكان النبي - صلى الله عليه وسلم - من تلك المعائب بعيداً بريئاً ، ولم يكن إلا رسولاً مصطفى نبياً ، قال الله عز وجل : (انظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأَمْثَالَ فَضَلُّوا فَلاَ يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلاً ).
169 – Aku (Abu ‘Utsman Ash-Shaabuniy) berkata : “Aku memandang para Ahli Bid’ah dalam penamaan ini yang kemudian mereka gelarkan dengannya kepada Ahlus-Sunnah – [namun dengan karunia dan keutamaan Allah, tidak sedikitpun yang pantas disandarkan kepada mereka] adalah mengikuti jalan kaum musyrikin [semoga Allah melaknat mereka] terhadap Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Mereka membagi-bagi perkataan di dalamnya. Sebagian mereka menamakan beliau dengan tukang sihir, sebagian lagi dengan dukun, sebagian lagi dengan tukang syair, sebagian lagi dengan orang gila, sebagian lagi dengan orang yang terfitnah, sebagian lagi dengan pembual, orang yang mengada-ada, lagi pendusta. Padahal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri dan jauh dari segala aib tersebut. Beliau hanyalah seorang Rasul dan Nabi yang terpilih. Allah ‘azza wa jalla telah berfirman : ‘Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu)’ (QS. Al-Furqaan : 9)”.
١٧٠ - وكذلك المبتدعة خذلهم الله اقتسموا القول في حملة أخباره ، ونقله أثاره ، ورواة أحاديثه المقتدين بسنته [المعروفين بأصحاب الحديث]، فسماهم بعضهم حشوية ، وبعضهم مشبهة ، وبعضهم نابتة ، وبعضهم ناصبة وبعضهم جبرية. وأصحاب الحديث عصامة من هذه المعائب بريئة ، زكية نقية ، وليسوا إلا أهل السنة المضية ، والسيرة المرضية ، والسبل السوية ، والحجج البالغة القوية ، قد وفقهم الله جل جلاله لإتباع كتابه ، ووحيه وخطابه [واتباع أقرب أوليائه] ، والاقتداء برسوله - صلى الله عليه وسلم - في أخباره ، التي أمر فيها أمته بالمعروف من القول والعمل ، وزجرهم فيها عن المنكر منها ، وأعانهم على التمسك بسيرته ، والاهتداء بملازمة سنته ، [وجعلهم من أتباع أقرب أوليائه - وأكرمهم وأعزهم عليه] وشرح صدورهم لمحبته ، ومحبة أئمة شريعته ، وعلماء أمته .
ومن أحب قوماً فهو منهم يوم القيامة يحكم [قول] رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : ( المرء مع من أحب ) ...
170 – Demikian pula dengan Mubtadi’ (Ahli Bid’ah) – semoga Allah tidak menolong mereka – membagi-bagi perkataan kepada para pembawa khabar (hadits), penukil atsar, perawi hadits yang mengikuti sunnah-sunnah beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam [yang dikenal dengan nama Ashhaabul-Hadiits]. Sebagian Ahli Bid’ah menamakan mereka dengan Hasyawiyyah, sebagian lagi dengan Musyabbihah, sebagian lagi dengan Naabitah, sebagian lagi dengan Naashibah, dan sebagian lagi dengan Jabriyyah. Padahal Ashhaabul-Hadiits terbebas, berlepas diri, dan bersih dari segala macam aib/cela ini. Tidak ada sebutan bagi mereka kecuali pengikut sunnah yang terang, perjalanan yang diridlai, jalan kehidupan yang lurus, dan hujjah yang terang lagi kuat. Sungguh Allah jalla jalaaluhu telah menguatkan mereka untuk mengikuti (ittiba’) Kitab-Nya, wahyu-Nya, dan firman-Nya; [mengikuti jejak para wali-Nya], meneladani Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap khabar beliau sebagaimana diketahui bahwa hal itu beliau perintahkan kepada umatnya dalam perkataan maupun perbuatan, serta mencegah mereka untuk berbuat kemunkaran. 
Allah juga menolong mereka untuk dapat berpegang teguh pada perjalanan hidup beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, meneladani dan konsekuen pada sunnah-sunnah beliau. [Dan Allah pun menjadikan siapa saja yang mengikuti syari’at-Nya sebagai wali-wali-Nya yang paling dekat - yang paling mulia dan terhormat]. 
Allah juga melapangkan dada mereka untuk mencintai beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, para imam/pemimpin syari’at-Nya, dan para ulama umat. Barangsiapa yang mencintai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka di hari kiamat kelak, dengan dasar [sabda] Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Seseorang itu bersama orang yang ia cintai “.
[Selesai].
Bahan bacaan :
1. ‘Aqiidatus-Salaf Ashhaabil-Hadiits oleh Abu ‘Utsman Ash-Shaabuniy, hal. 116-120, tahqiq : Badr bin ‘Abdillah Al-Badr; Maktabah Al-Ghurabaa’ Al-Atsariyyah, Cet. 2/1415 H, Madinah].
2. Syarh ‘Aqiidatis-Salaf wa Ashhaabil-Hadiits li-Abi ‘Utsman Ash-Shaabuniy oleh Dr. Khaalid bin ‘Aliy Al-Musyaiqih - www.Almoshaiqeh.com.
3. Aqidah Salaf Ashabul-Hadits, terjemah oleh : Abu Umar Basyir Al-Maidani, hal. 184-194; Pustaka At-Tibyan, Solo].
[Ditulis oleh Abu Al-Jauzaa’ Al-Jawiy – pekan pertama bulan Rajab 1430 H].
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/06/ciri-ciri-ahli-bidah.html 

Wednesday, August 29, 2012

Membersihkan Diri Dan Masyarakat Daripada Bid'ah dan Khurafat

http://www.hidayah.com.my/site/index.php?page=shop.product_details&flypage=flypage.tpl&product_id=1366&category_id=6&option=com_virtuemart&Itemid=60&vmcchk=1




Keterangan Buku : Bid'ah dan khurafat boleh diumpamakan sebagai barah atau kanser dalam agama. Sekiranya tidak dicegah dan diredakan dari awal dan akarnya, ia mampu memusnahkan akidah umat Islam. Lebih-lebih lagi bagi kita umat akhir zaman ini yang semakin besar dan hebat cabarannya. Dihimpit oleh kepesatan serta perkembangan teknologi dan kemodenan. Zaman yang dipenuhi dengan godaan nikmat dunia yang melekakan.
Disebalik kepesatan itu sesetengah individu mencari jalan pintas untuk mengisi kekosongan jiwa mencari kebenaran. Inilah yang sering membawa mereka ke lorong yang menyimpang daripada ajaran Islam sebenar. AI-Qur'an dan Sunnah tidak dijadikan asas utama di dalam kehidupan. lni boleh melemahkan dan meruntuhkan agama serta umat Islam. Peluang ini sememangnya diintai dan ditunggu-tunggu oleh musuh-musuh Islam. Bagaimanakah cara untuk menghadapi situasi ini agar tidak menjadi barah yang lebih serius dan kronik?
Pandangan yang diberikan oleh tiga tokoh ulama besar ini iaitu Syeikh Muhammad AI-Ghazali, Syeikh Yusuf Al-Qardhawi dan Syeikh Wahbah AI-Zullaili amat bernas. Sememangnya usaha ulama-ulama Islam sejak dari dahulu hingga sekarang dalam memerangi bid'ah dan khurafat ini tidak pernah susut. Lebih-lebih lagi di era informasi dan ilmu di hujung jari dan dunia tanpa sempadan ini.
Usaha berterusan untuk mempertahankan ajaran Islam yang suci ini adalah teguh dan diteruskan oleh generasi baru yang juga diperteguhkan dengan asas Islam yang sebenar. Dan buku ini merupakan salah satu rujukan dan bacaan untuk usaha murni itu. Maka buku ini amat sesuai untuk semua peringkat masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi tekanan dan dugaan yang cuba dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk meruntuh dan memusnahkan Islam. Bersamalah kita membersihkan diri dan masyarakat daripada unsur-unsur bid'ah dan khurafat agar hidup kita di dunia lebih bermakna dan berkualiti untuk akhirat yang diberkati.~http://www.hidayah.com.my



Ancaman Berat Buat Penyebar Hadis Palsu !!!


 
ANCAMAN BERAT BUAT PARA PENYEBAR HADIS PALSU!
Nabi pun diancam oleh Allah jika berdusta atas nama agama? Bagaimana pula dengan pendusta agama dari kalangan para penyebar hadis palsu?

Firman Allah: "Dan kalaulah (Muhammad) mengatakan atas nama Kami sebarang kata-kata rekaan, sudah tentu Kami akan menyentapnya dengan kekuasaan Kami; kemudian sudah tentu Kamiakan memutuskan tali jantungnya." - Surah al-Haqqah, ayat 44-46.

Perhatikan, jika di dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjanjikan ancaman yang begitu keras ke atas Nabi dan Rasul-Nya yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam apabila baginda memperkatakan ke atas agama-Nya sesuatu yang bersifat dusta, maka bayangkan pula tahap ancaman yang bakal diberikan kepada mereka yang jauh lebih rendah kedudukannya berbanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbicara secara dusta ke atas nama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mendakwahi manusia kepada mengenal dan mempraktikkan hadis-hadis atau al-Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan salah satu amalan yang terpuji dan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Malah, dalam banyak hadisnya yang sahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri amat memuji dan menjanjikan pahala yang begitu besar kepada mereka yang berusaha menghidupkan semula hadis atau sunnah-sunnahnya di akhir zaman yang penuh dengan pelbagai fitnah kesesatan dan pencemaran agama ini.

Akan tetapi di sebaliknya semua itu, suatu hal yang perlu kita perhatikan di dalam keghairahan mempraktik dan menyebarkan hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umat manusia adalah mengenai kedudukan (darjat) bagi setiap hadis yang kita amal dan sebarkan, apakah ianya benar-benar suatu yang diambil secara sah (sahih) daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau sebaliknya?

Bukanlah suatu hal yang memeranjatkan kita apabila dikatakan bahawa tidak semua yang kita dengari, kita pelajari, kita amalkan, kita ucapkan dan kita sebar-sebarkan iaitu sesuatu yang sering kita sebut-sebut sebagai "hadis" atau "sunnah" selama ini adalah bersumberkan daripada baginda shallallahu ‘alaihi wasallam.
 

Dihalau Nabi meskipun ahli ibadah dan merupakan umat baginda?




 
al-Imam Malik rahimahullah meriwayatkan di dalam kitabnya al-Muwaththa’, no. 53 bahawa:

عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْمَقْبُرَةِ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ وَدِدْتُ أَنِّي قَدْ رَأَيْت ُ إِخْوَانَنَا فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَسْنَا بِإِخْوَانِكَ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ أَصْحَابِي وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَعْرِفُ مَنْ يَأْتِي بَعْدَكَ مِنْ أُمَّتِكَ قَالَ أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لِرَجُلٍ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ فِي خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ فَلَا يُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ أُنَادِيهِمْ أَلَا هَلُمَّ أَلَا هَلُمَّ أَلَا هَلُمَّ فَيُقَالُ إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ فَسُحْقًا فَسُحْقًا فَسُحْقًا.


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju pekuburan lalu beliau membaca: “Keselamatan bagi kamu wahai para penghuni kubur orang-orang mukmin. Jika Allah berkehendak, kami akan menyusul kalian.” Sungguh saya ingin melihat saudara-saudara kami.


Maka para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, bukankah kami adalah saudara anda." Baginda menjawab: "Bahkan kalian adalah sahabat-sahabatku. Tetapi saudara-saudaraku adalah yang akan datang nanti, pada saat aku menunggu mereka di tepi telaga."

Mereka berkata; "Wahai Rasulullah, bagaimana engkau boleh mengenali orang yang datang sepeninggalmu dari umatmu?"
Rasulullah menjawab: "Bagaimana pendapatmu jika ada seorang lelaki yang memiliki kuda putih cemerlang di antara kuda hitam yang pekat, bukankah dia mengetahuinya?" Mereka menjawab: "Ya benar wahai Rasulullah."

Beliau bersabda: "Sesungguhnya mereka datang pada Hari Kiamat dengan putih bersinar kerana (bekas) wudhu. Saya yang akan menyambut mereka di telaga. Maka jangan sampai ada yang terusir dari telagaku, sebagaimana unta tersesat yang terusir. Saya memanggil mereka: 'Ayuhlah ke sini, ayuhlah ke sini, ayuhlah kesini!


Tiba-tiba ada yang menegur: “Sesungguhnya mereka telah mengganti (agamanya) sepeninggalmu”. Maka saya berkata: “Jauhlah, jauhlah, jauhlah."


Dalam lafaz yang lain yang dikeluarkan oleh al-Bukhari, no. 6584 dan Muslim, no. 2291 disebut:


إِنَّكَ لاَتَدْرِيْ مَا أَحْدَثُوْا بَعْدَكَ...


"Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan (bid'ah dalam agama ini) setelah (kewafatan) engkau."