Takut Kepada Allah Azza Wa Jalla
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
"Kalian dalam perjalanan malam dan siang, umur-umur berkurang,
amal-amal tercatat serta kematian datang dengan tiba-tiba. Siapa yang
menanam kebaikan akan segera menuai kesenangan, siapa yang menanam
kejelekan akan segera menuai penyesalan. Setiap penanam akan mendapatkan
apa yang ditanam. Yang telah menjadi bagiannya tidak
akan meleset darinya, dan ketamakan tidak akan meraih apa yang tidak
ditakdirkan. Siapa yang memberi kebaikan maka Allah Subhanahu wa Ta'ala
akan memberinya kebaikan dan siapa yang menjaga diri dari kejelekan maka
Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjaganya. Orang-orang bertakwa adalah
pemimpin, ahli fiqih adalah penuntun, dan duduk bersama mereka adalah
tambahan (ilmu). (Siyar A'lamin Nubala, 1/497)
Abu Ubaidah radhiyallahu 'anhu berkata:
"Ketahuilah, berapa banyak orang memutihkan baju tapi mengotori agama.
Ketahuilah berapa banyak manusia memuliakan diri sendiri padahal ia
hina. Gantilah amal-amal jelek yang telah lewat dengan amal-amal baik
sekarang!" (Siyar A'lamin Nubala, 1/18)
Qubaishah bin Qais Al Anbari rahimahullah berkata:
Adalah Adh Dhahak bin Muzahim bila datang waktu sore selalu menangis.
Lalu ia ditanya:"Mengapa kamu menangis?" Ia menjawab: "Aku tidak tahu
apakah amalku naik (diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala) pada
hari ini." (Shifatush Shafwah, 4/150)
Al Qasim bin Muhammad rahimahullah berkata:
"Kami pernah bepergian bersama Ibnul Mubarak dan banyak pertanyaan
terlintas di benakku terhadap dirinya, apa yang menyebabkan lelaki ini
dihormati hingga ia sangat populer di kalangan manusia? Jika ia shalat,
puasa, jihad, dan haji, kami juga shalat, puasa, jihad dan haji. Pada
suatu perjalanan menuju Syam pada malam hari, kami makan malam di sebuah
rumah. Tiba-tiba lampu mati. Seseorang berdiri mengambil lampu dan
menyalakannya. Sejenak ia diam kemudian lampu menyala. Sesaat kemudian
aku melihat wajah Ibnul Mubarak dan janggutnya basah dengan air mata.
Batinku berkata: "Karena rasa takut itulah lelaki ini dihormati melebihi
kami, barangkali ketika lampu dibawa, ia berjalan menuju kegelapan dan
mengingat hari kiamat lalu menangis." (Shifatush Shafwah, 4/140)
Ibnu Syaudzab rahimahullah berkata:
Ketika Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu wafat, dia menangis. Ia ditanya
mengapa menangis, ia menjawab: "Jauhnya perjalanan akherat, sedikitnya
bekal, dan perjalanan menanjak. Orang yang jatuh ke dalamnya bisa jadi
jatuh ke dalam surga atau ke dalam neraka." (Siyar A'lamin Nubala,
1/694)
(Dipetik dari Aina Nahnu Min Akhlaqis Salaf, hal. 17-18)
No comments:
Post a Comment