Wednesday, June 15, 2011

Iman Menambah Ketajaman Berfikir


Iman Menambah Ketajaman Berfikir

Sekarang, orang beriman menatap janji-janji Allah itu dengan mata hatinya yang tajam secara haqqul yaqin, karena fikirannya memahami ayat-ayat Allah, dan kelak ia akan melihat janji-janji Allah itu dengan ‘ainul yaqin. Al-Qur’an banyak menjelaskan bahwa tanda-tanda kebesaran Allah itu diperuntukkan bagi orang-orang yang mau berfikir.

lni berarti bahwa membuka lembaran fikiran dan mengisinya dengan prinsip-prinsip keimanan dan kebenaran adalah kaedahyang paling berkesan untuk mempertajam fikiran, malah cara cepat untuk menenangkan fikiran.

Maka satu sifat yang paling menonjol bagi seorang pembawa risalah ilahiyah adalah al-fathonah (kecerdasan dan ketajaman berfikir).


Dalam panduan suci Rasulullah bersabda,

“Orang yang cerdik adalah orang yang mampu melakukan introspeksi ke dalam dirinya dan ia beramal sebagai bekal sesudah matinya. Sedangkan orang yang
lemah fikirannya adalah orang yang nafsunya menuruti kesenangannya( memperturutkan hawanafsu ) dan ia berangan-angan meraih cita-cita di sisi Allah.”

Tanda kedalaman iman seseorang tidaklah cukup dengan banyak amal dan dzikir saja. Akan tetapi iman yang dalam selalu membuahkan sikap hati-hati (taqwa) dan mempersiapkan bekal akhirat dengan beramal shalih. Sikap hati-hatinya tampak dalam upaya melakukan muhasabatun nafs (introspeksi diri) dan persiapan menghadapi akhiratnya tampak dalam amal shalih yang ia lakukan dengan tekun.

Maka muhasabah yang tidak melahirkan amal shalih hanyalah kekeringan rohani, biarpun penuh dengan linangan airmata sesaat. Akan tetapi amal shalih yang banyak dilakukan tanpa muhasabah, tidaklah diketahui kualitasnya dan tidak pula kadar keabsahannya.

Sebuah peristiwa besar dalam sejarah perjalanan hijrah Rasulullah SAW bersama Abu Bakar ra, ketika mereka berdua berada di gua persembunyian (gua Tsur), Abu Bakar melihat langkah kaki orang-orang musyrikin di depan goa itu. Maka ia berfikir akan datangnya bahaya yang mengancam mereka berdua. RasuIullah SAW berkata, “Hai Abu Bakar! Apa yang kau kira terhadap orang yang berdua? Allah yang ketiganya. Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”


Kata-kata mutiara iman semacam itulah yang telah membuat fikiran Abu Bakar menjadi tenang. Memang ketenangan fikiran seorang mukmin hanya tercipta dengan menguatkan hubungan batinnya kepada Allah dan demikianlah iman kepada yang ghaib akan menambah ketenangan dan ketajaman berfikir.


Dalam suasana berkabung, fikiran sering kacau dan tumpul dalam mengambil sikap. Kerana pukulan musibah dianggap lebih besar dibanding curahan rahmah, atau ujian kesusahan telah menghapus uiian kenikmatan. lni adalah spontanitas kesalahan berfikir yang tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Maka doa dalam menghadapi musibah kesusahan yang diajarkan Rasulullah adalah,

“Sesungguhnya kita milik Allah, dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala dalam menghadapi musibah ini dan berikan kepadaku yang lebih baik darinya.”

Doa dalam kesusahan memang sangat dibutuhkan, akan tetapi nilai pelaiaran keimanan Yang kental dalam doa itu jauh lebih Penting. Sebagaimana Rasulullah pernah memimpin penguburan seorang sahabat Anshar. Ketika mereka sampai di kuburan, sedangkan liang lahat belum selesai dipersiapkan, Rasulullah duduk dan para sahabat duduk di sekitarnya dengan tenang, seakan-akan ada burung hinggap di atas kepala mereka. Rasulullah menancapkan tongkatnya ke tanah kemudian beliau menengadah ke atas seraya berkata, "Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur!” sampai tiga kali.


Kemudian beliau bersabda,

“Sesungguhnya hamba mukmin ketika berpisah dengan dunia dan menuju akhirat, para malaikat dari langit turun kepadanya dengan wajah Putih cemerlang bagai matahari. Mereka membawa kafan dari surga dan minyak wangi campuran dari surga sampai mereka duduk seiauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di samping kepalanya berkata, “Wahai roh suci! Keluarlah kamu menuju ampunan Allah dan ridha-Nya!” Maka roh itu mengalir keluar seperti air keluar dari mulut kendi. Kemudian malaikat maut mengambilnya, dan para malaikat tidak membiarkannya sekejap matapun, sampai mereka mengambilnya dan meletakkannya di kafan dan minyak wangi itu, sehingga keluarlah aroma yang sangat harum seharum misik terbaik di muka bumi.

Para malaikat mengantarkan roh suci itu ke atas langit. Setiap kali mereka melewati jama’ah malaikat, pasti mereka menyambut dan mengatakan, “Roh suci dan wangi siapakah ini? Mereka menjawab, “Fulan bin fulan.” Disebutkan panggilan nama terbaik-nya di dunia sampai mereka ke ujung langit dunia, mereka minta untuk dibukakan pintu langit itu, dan segera dibukakan untuknya.

Para malaikat muqorrobun di langit itu dengan serentak mengantarkan roh itu ke langit berikutnya sampai ke langit yang tujuh. Allah ‘azza wajalla berfirman, “Catatlah kitab hamba-Ku dalam ‘illiyyin, dan kembalikan ia ke bumi dalam jasadnya.


Begitulah Rasulullah mengajarkan ketajaman berfikir yang disarikan dari keimanan kita kepada yang ghaib. Musibah tidak mampu membuat ketajaman berfikir dan kejernihannya menjadi tumpul dan terkotori, karena fikiran seorang mukmin tumbuh di atas iman yang benar dan kuat kepada yang ghaib.

Ust. Fadhlan Abu Yasir, Lc

No comments:

Post a Comment