Saturday, August 13, 2011

Nasehat Terakhir Syaikh Ibnu Baz


Ketahuilah wahai sekalian kaum muslimin, sudah menjadi kewajiban setiap orang yang berilmu untuk mengingatkan hal ini dan menasehati orang serta mendakwahkannya sesuai kemampuannya. Hal ini dilakukan untuk menunaikan kewajiban penyampaian dan dakwah dan mengikuti para Rasul serta menjauhkan diri dari sikap menyembunyikan ilmu. Sikap yang telah diperingatkan Allah dalam Alqur’an sebagaimana firmanNya:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَآأَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِن بَعْدِ مَابَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُوْلاَئِكَ يَلْعَنَهُمُ اللهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela’nati” (QS. Al Baqarah: 159)

Juga telah ada hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang menyatakan:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia mendapat pahala seperti pahala pelakunya”

Dan beliaupun bersabda:

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk mak ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikpun pahala mereka. Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia mendapat dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikruinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka”

kedua hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya.

Jika hal diatas telah diketahui, maka saya wasiyatkan kepada kalian dan diri saya untuk bertaqwa kepada Allah dalam segala keadaan, baik tampak atau sembunyi, keadaan susah atau senang. Wasiat taqwa ini merupakan wasiat Allah dan Rasulnya, sebagaimana firmanNya:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللهَ

“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah” (QS. An Nisa’: 131)

dan beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menyampaikannya dalam khutbah:

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَمْعِ وَ الّطَاعَةِ

“Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah dan bersikap taat dan patuh”

Kata takwa merupakan kata yang mencakup seluruh kebaikan, sebab hakekatnya adalah menunaikan kewajiban Allah dan menjauhi larangannya dengan ikhlas, cinta dan mengharap pahala serta takut dari adzabNya. Allah telah memerintahkan hambaNya untuk bertakwa dan menjanjikan mereka yang bertakwa kemudahan , keselamatan dari bahaya, kemudahan rezeki, ampunan dosa dan memperoleh surga. Allah berfirman:

يَآأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَىْءٌ عَظِيمٌ

“Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat”. (QS. Al Hajj: 1)

dan firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسُُ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرُُ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Hashr:18)

Dan firman-Nya:

وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS. Ath Thalaq:2-3).

Demikian juga firmanNya:

إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Rabbnya” (QS. Al Qalam:34)

Dan firman-Nya:

وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya” (QS. Ath Thalaq:5)

dan ayat yang semakna dengannya banyak sekali.

Wahai kaum muslimin, takutlah kepada Allah, bersegeralah melaksanakan ketakwaan dalam segala keadaan dan perhitungkanlahseluruh perkataan dan perbuatan serta pergaulan kalian. Amalan tersebut yang diperbolehkan maka tidak mengapa dikerjakan dan yang tidak diperbolehkan dalam syari’at maka hindarilah walaupun kalian tamak terhadapnya. Karena yang ada disisi Allah lebih baik dan kekal. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena takwa kepada Allah niscaya Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik darinya. Kapan seorang hamba menjaga dan bertakwa kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangannya, maka Allah akan memberikan mereka keutamaan yang timbul dari ketakwaan tersebut, berupa kemuliaan, kesuksesan, rezeki yang luas, kemudahan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sudah jelas bagi semua orang yang memiliki akal dan pandangan, semua yang menimpa kebanyakan kaum muslimin berupa kekerasan hati, tidak suka dengan akhirat, berpaling dari sebab-sebab keselamatan, mengejar dunia dan sebab-sebab mendapatkannya dengan semangat dan ketamakan tanpa melihat hala dan harom dan tenggelam dalam lautan syahwat dan jenis-jenis kesia-siaan dan kelalaian. Semua itu disebabkan hati mereka telah berpaling dari akhirat dan lalai dari dzikir dan mencintai Allah serta dari tafakkur terhadap karunia, nikmat Allah dan ayat-ayatnya baik yang zhahir atau yang batin. Juga disebabkan tidak mempersiapkan diri untuk perjumpaan dengan Allah dan tidak pernah ingat keadaan menghadap-Nya dan berada di keadaan yang dahsyat, yaitu berada di surga atau di neraka.

Wahai kaum muslimin, lihatlah diri kalian, bertaubatlah kepada Allah dan belajarlah ilmu-ilmu agama kalian serta bersegeralah melaksanakan kewajiban Allah dan menjauhi laranganNya agar kalian mendapatkan kemuliaan, petunjuk dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Berhati-hatilah dari tenggelam dalam dunia dan mendahulukannya dari akhirat, karena hal itu adalah sifat musuh-musuh Allah dan musuh kalian dari kalangan orang kafir dan munafik. Juga termasuk sebab adzab didunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah dalam mensifati musuhNya:

إِنَّ هَؤُلآءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَآءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلاً

“Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat”. (QS. Al Insan: 27)

dan Allah Ta’ala berfirman:

فَلاَتُعْجِبُكَ أَمْوَالُهُمْ وَلآَأَوْلاَدُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُعَذِّبَهُم بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ

“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir” (QS. At Taubah:55)

Sedangkan kalian tidak diciptakan untuk dunia, tapi kalian diciptakan untuk akhirat dan diperintahkan untuk mencari bekal untuknya. Bahkan dunia diciptakan untuk kalian agar digunakan untuk beribadah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dan untuk bersiap menghadap kepadaNya. Sehingga kalian berhak mendapatkan keutamaan, karunia dan pertolonganNya di surga yang penuh kenikmatan.

Buruk sekali secara akal orang yang berpaling dari ibadah (enggan beribadah) kepada sang pencipta dan pemeliharanya dan berpaling dari karunia yang telah dijanjikanNya dan meninggalkannya dengan mendahulukan syahwat kebinatangannya dan ketamakannya dalam mencapai tujuan dunia yang fana’. Padahal Allah telah menjanjikan sesuatu yang lebih baik dan bagus akibatnya didunia dan akhirat. Hendaknya seorang muslim berhati-hati terhadap sikap tertipu dengan jumlah banyaknya manusia dan menyatakan: “Sungguh manusia telah melakukannya dan terbiasa dengan hal itu, maka saya pun ikut bersama mereka”. Karena hal ini adalah musibah besar yang telah menghancurkan kebanyakan orang terdahulu. Tapi –wahaai orang yang berakal- wajib bagimu untuk melihat dirimu, mengevaluasinya dan berpegang teguh kepada kebenaran walaupun manusia meninggalkannya. Berhati-hatilah dari smua larangan Allah walaupun seluruh manusai melakukannya, karena kebenaran lebih berhak dikuti dari yang lainnya, sebagaimana firman Allah:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al An’am: 116)

dan firmanNya:

وَمَآأَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

“Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman – walaupun kamu sangat menginginkannya” (QS. Yusuf:103).

Sebagian salaf menyatakan: “Janganlah meninggalkan kebenaran karena sedikitnya orang yang ikut dan jangan tertipu dengan kebatilan karena banyaknya orang yang binasa (karena mengikutinya)”. Inilah nasehat saya. Saya ingin menutup nasehat saya ini dengan menyebutkan lima perkara yang merupakan sumber seluruh kebaikan:

Pertama: ikhlas kepada Allah dalam seluruh perkataan dan perbuatan yang mendekatkan diri kepadanya. Berhati-hatilah dari seluruh kesyirikan baik yang tersembunyi ataupun yang jelas. Inilah kewajiban dan perkara terpenting dan merupakan makna La ilaaha Illa Allah. Amalan ibadah dan perkataannya tidak sah kecuali dengan benar dan selamatnya pokok ini, sebagaimana firman Allah :

وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:”Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Az Zumaar:65)
Kedua: memahami Al Qur’an dan sunnah Rasulullah dan berpegang teguh kepada keduanya serta bertanya kepada ahli ilmu (ulama) tentang semua yang belim jelas dari perkara agama kalian. Inilah kewajiban bagi setiap muslim. Tidak boleh ia meninggalkan dan berpaling darinya lalu berjalan sekehendak akal dan hawa nafsunya tanpa ilmu dan bashiroh. Inilah makna syahadat Muhammad Rasulullah, karena sahadat ini mengharuskan seorang hamba untuk beriman bahwa Muhammad adalah benar-benar Rasulullah, berpegang teguh kepada ajarannya, membenarkan beritanya dan tidak menyembah Allah kecuali dengan syar’at yang ditetapkan dengan lisan Rasulullah, sebagaimana Allah berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Imran:31)

Dan firmanNya:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” (QS. Al Hasyr :7)

dan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa yang beramal satu amalan yang tidak ada perintahku atasnya maka ia tertolak” Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya.

Setiap orang yang berpaling dari Al Qur’an dan sunnah pasti mengikuti hawa nafsu lagi bermaksiat kepada Allah dan berhak mendapatkan kemurkaan dan adzab, sebagaimana firman Allah:

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka).Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al Qashosh:50)

Allah berfirman dalam menyifati orang kafir:

إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَمَاتَهْوَى اْلأَنفُسُ وَلَقَد جَآءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ الْهُدَى

“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka” (QS. An Najm:23)

mengikuti hawa nafsu –wal’iyadzu billah- menghapus cahaya hati dan menghalangi kebenaran, sebagaimana firmanNya:

وَلاَتَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللهِ

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah” (QS. Shad:26)

Maka jauhkanlah diri kalian -semoga Allah merahmati kalian- dari sikap mengikuti hawa nafsu dan berpaling dari petunjuk (meninggalkan petunjuk). Hendaknya kalian berpegang teguh kepada kebenaran dan mendakwahkannya dan berhati-hatilah dari orang yang menyelisihi kebenaran, agar kalian memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.

Ketiga: menegakkan dan menjaga shalat lima waktu berjamaah, karena ini adalah kewajiban yang terpenting dan terbesar setelah syahadatain. Ia merupakan tiang agama dan rukun kedua dari rukun islam. Juga ia adalah amalan pertama hamba yang dihisab pada hari kiamat. Barang siapa yang menjaganya maka ia telah menjaga agamanya dan siapa yang meninggalkannya maka ia telah berpisah dari islam. Alangkah ruginya dan jelek akibatnya pada hari ia menghadap Allah. Oleh karena itu hendaklah kalian menjaganya dan saling menasehati dalam menjaganya. Juga mengingkari orang yang meninggalkannya dan menghijrahinya (memboikotnya), karena hal ini termasuk saling tolong menolong dalam kabaikan dan takwa (Ta’awun ‘Alal Birri wat Taqwa). Hal ini berdasarkan hadits shahih dari Nabi , beliau bersabda:

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَر

“Perjanjian antara kami dan mereka adalah sholat, mak barang siapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan dengan sanad yang shahih. Demikian juga sabda beliau:

بَيْنَ الرَّجُلِ وَ بَيْنَ الْكُفْرِ وَالشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ

“Antara seorang dengan kufur dan syirik adalah meninggalkan sholat”. Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya. Dan Rasulullah pun bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya. Itulah yang paling lemah” Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya.

Keempat: memperhatikan masalah zakat dan semangat mengeluarkannya sebagaimana telah Allah wajibkan, karena ia adalah rukun ketiga dari rukun islam, sehingga wajiba atas setiap muslimin yang mukalaf untuk menghitung harta yang akan dizakati dan menelitinya serta mengeluarkan zakatnya setiap berlalu satu tahun (berlalu haul-nya), jika telah sampai nishab zakat. Lalu rela dan lapang dada dalam mengeluarkannya untuk melaksanakan kewajiban Allah dan untuk mensyukuri nikmat-Nya serta berbuat baik kepada hamba-hamba Allah. Kapan seorang hamab melakukannya maka Allah akan melipatkan pahalanya, menggantikan apa yang telah dikeluarkan, memberi barokah dan dikembangkankan serta disucikan harta tersebut, sebagaimana firmanNya:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketemtraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At Taubah:103).

Ketika seorang berbuat bakhil dan meremehkan perkara zakat ini, maka Allah murka kepadanya, menghilangkan barokah harta dan menimpakan kepadanya sebab kehancuran serta menghabiskannya didalam kebatilan. Ditambah dengan adzab dihari kimat nanti, sebagaimana firman Allah:

وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih” (QS. At Taubah:34) seluruh harta yang tidak dikeluarkan zakatnya maka ia menjadi gudang yang menjadi sebab pemiliknya diadzab pada hari kiamat. Semoga Allah melindungi kami dan kalian semua darinya.

Sedangkan orang yang belum mukallaf dari kaum muslimin, seperti anak kecil dan orang gila, maka diwajibkan kepada walinya (orang yang bertanggung jawab pemeliharaannya) memperhatikan pengeluaran zakat hartanya setiap berlalu setahun (haul). Hal ini karena keumuman dalil-dalil dari Al Qur’an dan sunnah yang menunjukkan kewajiban zakat pada harta seorang muslim, baik mukallaf atau tidak.

Kelima: diwajibkan kepada seluruh mukallaf dari kalangan kaum muslimin baik laki-laki atau perempuan untuk menta’ati Allah dan RasulNya dalam seluruh perintah Allah dan RasulNya, seperti puasa romadhon, haji jika mampu dan seluruh perintah Allah dan RasulNya yang lain. Juga wajib bagi mereka untuk mengagungkan kesucian Allah dan bertafakur pada tujuan penciptaan dan perintahNya serta selalu mengevaluasi (introspeksi/muhasabah) dirinya dalam hal itu. Jika ia telah melaksanakan kewajiban yang Allah berikan kepadanya maka berbahagialah, pijilah Allah dan mintalah keistiqomahan serta berhati-heti dari perasaan sombong, ujub (bangga diri) dan memuji diri. Jika belum melaksanakannya atau melakukan pelanggaran sebagaian keharaman Allah , maka bersegeralah bertaubat yang benar, menyesal dan istiqamah dalam perintah Allah dan memperbanyak dzikir, istighfar, mengadu kepada Allah dan meminta taubat dari dosa yang telah lalu serta meminta taufiq untuk dapat berbicara dan beramal baik. Ketika seorang hamba dimudahkan memiliki perkara-perkara diatas maka itulah alamat kebahagian dan keselamatannya di dunia dan akhirat. Ketika mereka lalai dari sirinya dan mengekor hawa nafsu dan syahwatnya serta tidak mempersiapkan diri untuk akhirat, mak itu adalah tanda kehancuran dan kerugiannya.

Hendaknya setiap kalian melihat dirinya dan meng-hisab (introspeksi) serta membongkar aibnya, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang membuatnya berduka dan menyibukkan diri sendiri serta mengharuskannya merendah dan bersimpuh kepada Allah dan meminta maaf dan ampunanNya. Muhasabah, merendah dan bersimpuh dihadapan Allah inilah sebab kebahagian, kesuksesan dan kemulian di dunia dan akhirat.


Hendaknya setiap muslim mengetahui bahwa seluruh kesehatan, kedudukan yang tinggi, kemudahan dan kesenangan yang ia dapatkan adalah dari keutamaan Allah dan kebaikan-Nya.

Demikian juga sakit, musibah, kemiskinan, kesusahan, penjajahan musuh dan lain-lainnya dari musibah yang menimpanya adalah dengan sebab dosa dan kemaksiatannya.

Sehingga sebab seluruh yang ada didunia dan akhirat dari adzab dan sakit adalah kemaksiatan, penyepisihi perintah Allah dan meremehkan hak-hak-Nya, sebagaimana firman Allah:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy Syura’:30)

dan firmanNya:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Rum:41)

Wahai hamba Allah bertakwalah kepada Allah, agungkanlah perintah dan laranganNya, bersegeralah bertaubat dari semua dosa kalian dan bersandar dan bertawakallah kepada Allah, karena Ia adalah sang pencipta dan pemberi rezeki makhluk. Seluruh kehidupan mereka berada di tangan Allah, tiada seorangpun yang memiliki dirinya, baik memberikan madharat, manfaat, kematian, kehidupan dan kebangkitan.

Dahulukanlah hak dan ketaatan Allah dan Rasul-Nya dari siapa saja selainnya. Ber-amar ma’ruf nahi mungkar-lah diantara kalian, berprasangka baiklah kepada Allah, perbanyak dzikir dan istighfar, saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa dan jangan dalam dosa dan permusuhan, bawalah orang-orang bodoh dan paksalah mereka patuh kepada perintah Alah dan cegahlah mereka dari melanggar hal-hal yang diharamkan-Nya, cinta dan bencilah karena Allah, berilah loyalitas kepada para wali Allah dan musuhilah musuh-musuh Allah, bersabarlah dan teruslah bersabar sampai menjumpai Allah agar kalian memperoleh puncak kebahagiaan, kemudahan, kemuliaan, dan tempat yang tinggi di surga yang penuh kenikmatan.

والله المسؤول أن يوفقنا وإياكم لما يُرضه، وأن يصلح قلوب الجميع، ويعمرها بخشيته ومحبته وتقواه، والنصح له ولعباده، وأن يعيذنا وإياكم من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، وأن يوفق ولاة أمرنا وسائر ولاة أمر المسلمين لما يرضيه، وأن ينصر بهم الحق ويخذل بهم الباطل، وأن يعيذ الجميع من مضلات الفتن، إنه ولي ذلك والقادر عليه.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته … وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

[Diterjemahkan oleh Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. dari sahab.net]

Artikel UstadzKholid.Com

Credit to :An Nasiihah

Oktober 24, 2009

No comments:

Post a Comment