Friday, March 18, 2011

Ada Apa Di Balik Gempa Tsunami?




Allah Taala telah menjadikan semuanya elok, manusialah yang merosakkannya...




Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan, ampunan dan bertaubat kepada-Nya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan kejelekan amalan kita.
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya.
Dan barang siapa disesatkan Allah, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahawa tidak ada sesiapa yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu baginya.
Dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, pilihan dan kekasihNya, yang Dia percayai untuk menyampaikan wahyu dan syariat-Nya kepada umat manusia.
Semoga selawat Allah dan salam-Nya senantiasa tercurah kepada beliau, serta semua keluarga dan sahabatnya.


Kaum mukminin dan para hamba Allah...

Bertakwalah kepada Allah --Subhaanahu wa Ta'ala--, karena sesungguhnya orang yang bertakwa kepadaNya akan dijaga dan dibimbing oleh-Nya kepada kebaikan urusan dunia dan akhirat.

Kebelakangan ini dunia seisinya membicarakan sebuah peristiwa besar, iaitu gempa dahsyat yang kerananya bumi tergoncang hebat, dia berasal dari satu pulau di Indonesia. Akibatnya bumi pun bergoncang dahsyat kemudian terjadinya badai besar Tsunami dan angin tiupan yang menghancurkan berbagai kota dan desa.

Bahkan sebahagiannya tenggelam dibanjiri air, saat itulah dimana ratusan bahkan ribuan nyawa terkorban. Data terakhir menyatakan bahawa yang terkorban mencapai 120 ribu jiwa. Mereka meninggal pada waktu yang sama akibat ditenggelam oleh air yang
menerjang rumah, sawah, dan begitu sengsara hidup mereka!. Data ini bukanlah data final. Telah dilaporkan bahawa jumlah yang terkorban adalah jauh lebih besar dari jumlah ini. Di samping itu, puluhan ribu orang tercedera, serta jutaan yang lain kehilangan harta benda dan tempat tinggal.

Ini ialah sebuah peristiwa benar yang semestinya menggerakkan hati kita. Kejadian ini memberi kesedaran kepada semua untuk membicara dan mengikuti berita serta perkembangannya. Seorang mukmin yang dikurniai taufiq oleh Allah --Subhaanahu wa Ta'ala---, dalam kejadian dan musibah besar seperti ini, harus dilakukan pelbagai renungan keimanan, untuk menambahkan kesolehan dan pendekatan kepada Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- , juga menambahkan rasa takut untuk bertemu dan berhadapan dengan-Nya. Selain itu ia juga dapat diambil sebagai hikmah bagi mempelajari pengajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah --Subhaanahu wa Ta'ala--.

Sebab itu, setelah peristiwa besar ini terjadi, kita harus merenungi beberapa hal yang perlu diingat dan disedari sepenuhnya oleh setiap muslim:

Pertama: Peristiwa ini dapat membimbing seorang muslim pada suatu perkara yang telah dia yakini akan menambahkan keimanan terhadap kesempurnaan kuasa dan kekuatan Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- , serta meyakini bahawa Allah-lah yang mengatur alam ini menurut kehendak-Nya, dan memutuskan apa saja yang Ia inginkan. Tidak ada seorang pun yang dapat menolak keputusan-Nya. Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- berfirman


قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن فَوْقِكُمْ
أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُم
بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
Artinya: ’’ Katakanlah: Dialah yang berkuasa menghantar kepada kamu azab seksa (bala bencana), dari sebelah atas kamu, atau dari bawah kaki kamu, atau Ia menjadikan kamu bertentangan dan berpecah, dan Ia merasakan sebahagian daripada kamu akan perbuatan ganas sebahagian yang lain.Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan dengan berbagai cara, supaya mereka memahaminya”. (Surah Al An’aam: 65).
Maksud dari "azab dari atas" dalam ayat tersebut boleh diber contoh seperti petir, kilat yang boleh menghancurkan, dan angin taufan. Ia juga bermaksud gempa bumi dan tanah longsor.
Jabir bin Abdillah --Radhiallahu anhu-- , berkata: Ketika Rasulullah --Shallallahu alaihi wa Sallam-- membaca ayat:
beliau bersabda:
"Aku berlindung dengan wajah Allah yang mulia".

Dan ketika membaca beliau bersabda: "Aku berlindung dengan wajah Allah yang mulia".
Dan ketika membaca sabdanya; "Ini lebih ringan". (HR Bukhari).

Kemudian renungkanlah firman Allah --Subhaanahu wa Ta'ala--
Sesungguhnya beraneka-ragamnya tanda-tanda kekuasaan Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- menuntun kita kepada pemahaman, keimanan dan kembali kepada Allah --Subhaanahu wa Ta'ala--.
Yakni: Agar mereka memahami tujuan yang harus mereka wujudkan dari penciptaan mereka.

Kedua: Peristiwa ini menunjukkan salah satu tanda-tanda agung kekuasaan Allah --Subhaanahu wa Ta'ala--, yang dengannya Dia menimbulkan rasa takut dalam jiwa hamba-hamba-Nya. Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- berfirman:

بِالآيَاتِ إِلاَّ تَخْوِيفًا وَمَا نُرْسِلُ
Artinya: "Dan biasanya kami tidak menurunkan tanda-tanda itu melainkan untuk menjadi amaran". (QS. Al Israa: 59).
Maksudnya; Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- menimbulkan rasa takut dalam jiwa hamba-hamba-Nya dengan tanda-tanda yang agung itu.

Berkata Qatadah rahimahullah: "Sesungguhnya Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- menakutkan manusia dengan tanda-tanda kekuasaan yang Dia hendaki, agar mereka mengambil pengajaran, ingat bahawa mereka akan kembali kepada Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- ".

Adapun
penisbatan peristiwa ini kepada alam[ semata-mata ], ia termasuk dalam kejahilan. Maka hendaklah seseorang mukmin itu berasa takut, merenung dan mengambil pengajaran; bahawa-Nya Yang telah menimpakan musibah kepada saudara-saudaranya, Maha Kuasa untuk menimpakan hal yang serupa atau lebih kepada mereka. 120 00 nyawa terkorban dalam satu waktu. Adakah di antara kita yang mengambil hikmah dan pengajaran daripada apa yang telah berlaku ini?


Ketiga: Setelah kejadian ini marilah kita renungi nikmat Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- berupaya menetapkan bumi, sebagaimana firman-Nya:

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاء بِنَاء
Artinya: "Allah-lah yang menjadikan untuk kamu tempat menetap, dan langit sebagai atap, ".... QS Ghafir: 64.
Maksudnya: tidak bergoncang-goncang atau bergetar

Mari kita renungi dari sini, betapa besar zat yang memegang bumi ini, sehingga dia tetap dan tidak bergoncang atau bergoyang. Bayangkan bagaimana jika bumi yang kita pijak ini selalu bergoncang dan bergetar, bolehkah kita hidup di atasnya?, bolehkah kita tidur?, bolehkah kita bekerja? (tentu jawabnya adalah: tidak). Jadi, Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- telah melimpahkan kurnia-Nya kepada kita yang tenang dan tetap pada posisinya. Maka hendaklah kita mengambil pengajaran dari nikmat ini sambil membandingkan gempa yang diciptakan Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- dari waktu ke waktu; hingga kita dapat membuat kesimpulan: betapa besar kurnia-Nya untuk ketenangan bumi dan alangkah sempurnanya nikmat ini.

Jika bumi ini bergoncang sekejap saja, ia dapat memakan 120 ribu jiwa, bagaimana jika ia bergoncang sehari penuh, atau berhari-hari, apa yang akan terjadi dengan manusia di permukaannya?.
Kurnia Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- juga tidak meluapkan lautan hingga menenggelamkan semua daratan. Padahal kita tahu bahwa luas lautan di muka bumi ini dua pertiga luas daratan. Allah-lah yang Maha Kuasa untuk menahan air laut hingga tidak meluap ke daratan, padahal Dia mampu untuk menenggelamkan seluruh daratan!. Kita bisa ambil pengajaran dari sejarah:

إِنَّا
لَمَّا طَغَى الْمَاء حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ
Artinya: "Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera Nabi Hud. " QS Al Haqqah: 11.

Dari bencana yang baru saja terjadi , ia dapat menggambarkan kita hal itu; air telah menenggelamkan berbagai daerah secara total, hingga semua yang berada di atasnya mati, tidak tersisa seorangpun.
Dua kurnia ini; penetapan bumi dan tidak meluapnya lautan ke daratan haruslah kita syukuri, sembahi kita panjatkan puji kepada-Nya atas segala curahan nikmat-Nya.


Keempat: Bumi adalah milik Allah --Subhaanahu wa Ta'ala--, Dia-lah yang telah menciptakannya dan menjadikan apa yang ada sekarang. Dia yang menciptakan manusia diatasnya. Maka Dia pula-lah yang berhak untuk bertindak atas kehendak-Nya. Perhatikanlah sebahagian perbuatan Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- terhadap bumi-Nya dalam ayat:

أَوَلَمْ يَرَوْاْ أَنَّا نَأْتِي الأَرْضَ نَنقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا
وَاللّهُ يَحْكُمُ لاَ مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِ وَهُوَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Artinya: “Mengapa mereka tidak mahu memerhatikan bahawa Kami sentiasa menakluk bumi dengan menjadikannya kurang dari kebaikannya dan kemuliaannya? Dan Allah menghukum menurut kehendak-Nya dan tiada siapa yang dapat menghalang hukum-Nya, dan Dialah yang amat cepat hitungan hisab-Nya”. QS Ar-Ra'd: 41.

Sebahagian ahli tafsir menerangkan bahawa maksud dari "Kami kurangi bumi itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya" adalah dengan tenggelamnya (sebagian bumi -pent), gempa dan berbagai bencana. Jadi, Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- mengurangi bumi dari tepi-tepinya sesuai dengan kehendak-Nya, tidak ada yang dapat menolak keputusan-Nya.

Jika kita sedar bahawa bumi ini adalah milik Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- , dan yang berhak untuk bertindak di alam-Nya adalah Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- juga; maka mari kita sama-sama merenungi apa hikmah di sebalik penciptaan kita di atas muka bumi ini?. Tidak lain dan tidak bukan dalam rangka menegakkan kalimah tauhid Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- , mentaati perintah-Nya, mengikuti syariat-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya, patuh terhadap perintah-Nya dan perintah rasul-Nya --Shallallahu alaihi wa Sallam-- . Kita wajib beriman terhadap ayat-ayat yang jelas, hujjah-hujjah yang tinggi serta dalil-dalil agung yang telah menjelaskan kesempurnaan Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- dan kewajipan untuk taat kepada-Nya lantas mengikhlaskan ibadah hanya untuk-Nya. Hingga kita dapat menjalankan tujuan penciptaan kita dengan sempurna; iaitu menjalankan perintah-Nya dan mengikuti rasul-Nya --Shallallahu alaihi wa Sallam--.


Kelima: Seharusnya seorang muslim bersikap tenang semasa menghadapi musibah yang ditimpa atau menimpa saudaranya; yakin dengan mendekatkan diri kepada Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- , yakin dan bertawakal kepada-Nya. Sesungguhnya musibah itu dapat mengukuhkan iman seorang mukmin, serta mengekalkan hubungan baik dengan Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- , serta semakin sempurna kedekatan dia dengan-Nya. Oleh kerana itu Rasulullah --Shallallahu alaihi wa Sallam-- bersabda:

Artinya: "Alangkah mengagumkan kondisi seorang mukmin; seluruh perkaranya adalah kebaikan. Jika dia mendapatkan nikmat, bersyukur, dan itu adalah merupakan kebaikan baginya. Dan jika dia tertimpa musibah, bersabar, itupun merupakan kebaikan baginya". HR Muslim.
Dan hal ini tidak akan ada kecuali dalam diri seorang mukmin.


Keenam: Sesungguhnya seorang yang beriman akan sedar bahawa musibah-musibah ini tidak lain dan tidak bukan adalah akibat dosa-dosa kita sendiri. Tidaklah terjadi satu malapetaka melainkan perbuatan dosa, dan malapetaka itu tidak akan diberhentikan (oleh Allah --Subhaanahu wa Ta\'ala-- ) kecuali dengan taubat. Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- telah menjelaskan:

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنبِهِ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم
مَّنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ
وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِن كَانُوا
أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Artinya: ” Maka masing-masing Kami binasakan dengan sebab dosanya, iaitu di antaranya ada yang Kami hantarkan angin ribut menghujaninya dengan batu;dan ada yang dibinasakan dengan letusan suara yang menggemparkan bumi; dan ada yang Kami timbuskan dia di bumi;dan ada pula yang Kami tenggelamkan di laut. Dan (ingatlah) Allah tidak sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri”. QS. Al-\'Ankabut: 40.

Saat inilah seharusnya seorang mukmin mendekat diri kepada Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- dengan membawa taubat dan berserahkan diri kepada-Nya, sehingga dia dapat mempelajari pengajaran dari musibah yang menimpa orang lain.

"Sesungguhnya orang yang bahagia adalah yang dapat memetik pengajaran dari (apa yang menimpa) saudaranya, orang yang rugi adalah jika saudaranyalah yang mengambil pelajaran dari apa yang menimpa dirinya".


Ketujuh: Terakhir, kita memiliki beberapa kewajiban terhadap saudara-saudara kita yang menimpa musibah besar ini, di antaranya;

- Berdoa agar Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- meringankan penderitaan mereka, serta menjadikan musibah ini sebagai titik tolak bagi mereka untuk kembali kepada kebaikan dan bertaubat kepada-Nya. Kita juga memohon agar Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- menenangkan ketakutan mereka, menutupi aurat mereka dan memberi rezeki orang-orang yang sedang kelaparan.
- Juga kita wajib untuk mengulurkan tangan membantu mereka dengan apa yang termampu. Saat ini ribuan orang sama sekali tidak memiliki tempat tinggal, rumah, makanan dan minuman, sedangkan kita hidup dalam kenikmatan. Bersyukurlah kepada Allah --Subhaanahu wa Ta'ala-- atas nikmat dan kurnia-Nya, kemudian bantulah saudara-saudara kita semampunya!.


Kami tutup khutbah ini dengan sebuah doa agung dan berbarakah, yang selalu dibaca oleh Rasulullah --Shallallahu alaihi wa Sallam-- setiap malam sebelum merebahkan tubuhnya di peraduan:

Artinya: "Segala puji bagi Allah Yang telah memberi kita makan, minum dan mencukupi kita, serta memberi kita tempat tinggal. Betapa banyak orang yang tidak mendapatkan yang mencukupi dia serta memberi dia tempat tinggal". HR Muslim dari Anas bin Malik
"Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum-kaum muslimin 3X, hinakanlah kesyirikan dan kaum musyrikin, serta hancurkanlah musuh-musuh agama kami.

Ya Allah, ringankanlah musibah yang menimpa saudara-saudara kami di manapun mereka berada, kuatkanlah semangat mereka wahai Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah.
Ya Allah, tenangkanlah rasa takut mereka, ubatilah kelaparan dan dahaga mereka, tutupilah aurat mereka, karuniakanlah kepada mereka tempat tinggal yang baik, wahai Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah.

Ya Allah, kembalikanlah kami dan mereka kepada-Mu dengan baik, berilah kami taufik untuk bertaubat kepada-Mu, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang beriman dan mengikuti rasul-Mu --Shallallahu alaihi wa Sallam-- , juga karuniailah kami wahai Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah taufik untuk mengerjakan hal-hal yang Engkau cintai dan redhai, bantulah kami untuk melakukan kebaikan dan ketakwaan, janganlah Engkau jadikan kami bergantung kepada diri sendiri, meskipun hanya sekelip mata.

Ya Allah, ampunilah segala dosa kami, baik kecil mahupun yang besar, yang terdahulu mahupun yang akan datang, serta yang tersembunyi mahupun yang terlihat.

Ya Allah, sesungguhnya kami telah menzalimi diri kami, jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami, nescaya kami akan menjadi orang-orang yang rugi.
Oleh: Syeikh. Prof. Dr. Abdurrazzak bin Abdul Muhsin Al Badr

No comments:

Post a Comment