Halaman ke-1 dari 2
MAKNA SYAHADATAIN, RUKUN, SYARAT, KONSEKUENSI, DAN YANG MEMBATALKANNYA
PERTAMA: MAKNA SYAHADATAIN
[A]. Makna Syahadat "Laa ilaaha illallah"
Yaitu
beri'tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan
menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala, menta'ati hal
terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari
selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah
semata untuk disembah.
Jadi makna kalimat ini secara ijmal
(global) adalah, "Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah". Khabar
"Laa " harus ditaqdirkan "bi haqqi" (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan
dengan "maujud " (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab
tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti
bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini
Tentu kebatilan yang nyata.
Kalimat "Laa ilaaha illallah" telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain:
[1]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak
ada sesembahan kecuali Allah", Ini adalah batil, karena maknanya:
Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu
adalah Allah.
[2]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada
pencipta selain Allah" . Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut.
Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui
tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.
[3]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak
ada hakim (penentu hukum) selain Allah". Ini juga sebagian dari makna
kalimat " ". Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum
cukup
Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami
peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang
banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para
muhaqqiq (ulama peneliti), tidak ada sesembahan yang hak selain Allah)
seperti tersebut di atas.
[B]. Makna Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"
Yaitu
mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan
RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta
mengamalkan konsekuensinya: menta'ati perintahnya, membenarkan
ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah
Allah kecuali dengan apa yang disyari'atkan.
KEDUA: RUKUN SYAHADATAIN
[A]. Rukun "Laa ilaaha illallah"
Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun:
An-Nafyu
atau peniadaan: "Laa ilaha" membatalkan syirik dengan segala bentuknya
dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.
Al-Itsbat (penetapan): "illallah" menetapkan bahwa tidak ada
yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai
dengan konsekuensinya.
Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur'an, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
"Artinya
: Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man kepada
Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali yang amat
kuat ..." [Al-Baqarah: 256]
Firman Allah, "siapa yang ingkar
kepada thaghut" itu adalah makna dari "Laa ilaha" rukun yang pertama.
Sedangkan firman Allah, "dan beriman kepada Allah" adalah makna dari
rukun kedua, "illallah". Begitu pula firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
kepada Nabi Ibrahim alaihis salam :
"Artinya : Sesungguhnya aku
berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah)
Tuhan yang menjadikanku ...". [Az-Zukhruf: 26-27]
Firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala , "Sesungguhnya aku berlepas diri" ini adalah makna
nafyu (peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, "Tetapi (aku
menyembah) Tuhan yang menjadikanku", adalah makna itsbat (penetapan)
pada rukun kedua.
[B]. Rukun Syahadat "Muhammad Rasulullah"
Syahadat
ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat "'abduhu wa rasuluh " hamba
dan utusanNya). Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan
tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang paling
sempurna dalam dua sifat yang mulia ini, di sini artinya hamba yang
menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan
yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa
yang berlaku atas orang lain.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Artinya : Katakanlah: 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, ...'." [Al-Kahfi : 110]
Beliau hanya memberikan hak ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala memujinya:
"Artinya : Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya." [Az-Zumar: 36]
"Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an) ..."[Al-Kahfi: 1]
"Artinya : Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ..." [Al-Isra': 1]
Sedangkan
rasul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi
dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir
(pemberi peringatan).
Persaksian untuk Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan tafrith
pada hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena banyak orang
yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya hingga
mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat
ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Mereka ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain
Allah.
Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup
melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan
kesulitan. Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerasulannya
atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat
yang menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam mena'wilkan
hadits-hadits dan hukum-hukumnya.
KETIGA: SYARAT-SYARAT SYAHADATAIN
[A]. Syarat-syarat "Laa ilaha illallah"
Bersaksi
dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa
syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang
mengucapkannya. Secara global tujuh syarat itu adalah:
1. 'Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).
2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
5. Ikhlash, yang menafikan syirik.
6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha' (kebencian).
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Syarat Pertama: 'Ilmu (Mengetahui).
Artinya
memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa
yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya
:... Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). [Az-Zukhruf : 86]
Maksudnya
orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan
hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya,
tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan
tidak berguna.
Syarat Kedua: Yaqin (yakin).
Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan sya-hadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya
: Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu ..."
[Al-Hujurat : 15]
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya
: Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan
bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka
berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga." [HR. Al-Bukhari]
Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.
Syarat Ketiga: Qabul (menerima).
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyem-bah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.
Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah:
"Artinya
: Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: 'Laa
ilaaha illallah' (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah)
mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami
harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?"
[Ash-Shafat: 35-36]
Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa
ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau
meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti
mereka belum me-nerima makna laa ilaaha illallah.
Syarat Keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya
: Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh." [Luqman : 22
Al-'Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).
Syarat Kelima: Shidq (jujur).
Yaitu
mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala
lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik
dan pendusta.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya
: Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepa-da Allah
dan Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang
yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan
bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." [Al-Baqarah:
8-10]
Syarat Keenam: Ikhlas.
Yaitu membersihkan amal dari
segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena
mengingkari isi dunia, riya' atau sum'ah. Dalam hadits 'Itban,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya :
Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa
ilaaha illalah karena menginginkan ridha Allah." [HR. Al-Bukhari dan
Muslim]
Syarat Ketujuh: Mahabbah (Kecintaan).
Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai
orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya
: Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah." [Al-Baqarah: 165]
Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan
cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan
mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan
laa ilaaha illallah.
[B]. Syarat Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"
1. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.
2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gha-ib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua serta seluruh umat manusia.
6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya.
Oleh
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan
No comments:
Post a Comment