Untukmu Para Penuntut Ilmu Berikut ini adalah nasihat berharga yang ditinggalkan oleh seorang ‘alim yang mulia yang kini telah tiada. Keharuman ilmunya yang semerbak tetap dinikmati oleh para penuntut ilmu yang ingin meraup faedah darinya, asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz, semoga Allah l merahmatinya: Saya wasiatkan bagi seluruh kaum muslimin untuk bertakwa kepada Allah l dan mempelajari agama di berbagai madrasah ataupun tempat menuntut ilmu agama lainnya, dan hendaknya mereka bertanya kepada ulama mengenai perkara-perkara agama yang masih menjadi permasalahan bagi mereka, karena Allah l berfirman: “Dan bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui.” (al-Anbiya: 7) Rasulullah n bersabda:
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya dalam agama." Adapun perkara yang paling penting dalam menuntut ilmu adalah membaca Al-Qur’an Al-Karim dan memahami maknanya, -serta mencurahkan perhatian dan mempelajari sunnah-sunnah Rasulullah n, - juga mengambil faedah dari kitab-kitab Ahlus Sunnah, kitab tafsir Al-Qur’an Al-Karim, dan kitab-kitab yang menerangkan hadits-hadits Nabi n, buah karya para ulama yang terkenal dengan keilmuannya, [yang menjelaskan ] kebaikan agama dan akidahnya. Rasul n bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (Sahih, HR. al-Bukhari dalam Shahih-nya) Baginda n juga mengatakan,
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah yang mereka membaca Kitabullah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya. Barang siapa yang berlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya) Telah diketahui bahwasanya mempelajari syariat Allah l—yang untuk tujuan itulah manusia diciptakan—adalah kewajiban yang paling penting. Allah l telah memudahkan jalan untuk menuntut ilmu bagi semua orang, baik itu melalui siaran Idza’ah Al-Qur’an Al-Karim1, Nur ‘alad Darb2, maupun halaqah-halaqah ilmu yang diadakan di masjid, atau melalui kajian intensif ilmiah dan media yang lain. Seorang mukmin ataupun mukminah wajib untuk memerhatikan dan mengambil faedah darinya, di mana pun dia berada.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada di dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta orang-orang yang saling berwasiat dengan al-haq dan saling berwasiat di dalam kesabaran.” (al-‘Ashr: 1—3) Juga sabda Nabi n: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، قِيْلَ: لِمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ “Agama ini adalah nasihat.” Kemudian ditanyakan kepada beliau, “Untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau mengatakan, “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan untuk para imam kaum muslimin serta orang-orang awam di kalangan mereka.” (Sahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya) Perkara yang harus diperhatikan sungguh-sungguh dan harus saling diwasiatkan oleh kaum muslimin semuanya, adalah menyeru manusia kepada Allah k serta memerintahkan mereka kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Kerana hal ini merupakan sebab terbesar yang dapat memperbaiki hati dan masyarakat. Dengannya kemuliaan mereka akan tampak dan kehinaan akan tertutupi(hilang lenyap ). Dalil-dalil tentang hal ini sangatlah banyak, di antaranya surat al-‘Ashr dan hadits ad-Diinu an-Nashihah di atas, termasuk pula firman Allah l: “Dan tolong-menolonglah kalian di dalam kebaikan dan takwa serta janganlah kalian tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (al-Maidah: 2) “Dan orang laki-laki yang beriman dan wanita yang beriman adalah wali sebagian yang lain. Mereka saling memerintahkan kepada hal yang ma’ruf dan melarang kepada yang mungkar serta mereka mendirikan shalat dan mereka menunaikan zakat. Dan mereka menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang selalu dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahamulia dan Mahasempurna Hikmah-Nya.” (at-Taubah: 71) Juga sabda Nabi n:
“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala semisal dengan orang yang melakukannya.” (Sahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya) مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ “Barang siapa di antara kalian yang melihat satu kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Apabila tidak mampu hendaknya ia mengubahnya dengan lisannya, namun apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemah keimanan.” (Sahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya) Di samping itu masih banyak ayat dan hadits dalam masalah ini.
Kewajiban para pengajar wanita adalah bertakwa kepada Allah l dalam mendidik murid-murid perempuan mereka, serta mengajarkan kepada mereka akhlak mulia yang dilandasi oleh agama dan akidah yang benar di dalam setiap pelajaran dan nasihat, sehingga akan muncul generasi yang saleh dari kalangan para pelajar dan pengajar, kelak di kemudian hari.
Oleh karena itu, setiap orang yang berilmu wajib mengajari anak-anaknya serta keluarganya dan selain mereka sesuai kemampuannya. Begitu pula setiap wanita yang berilmu, wajib mengajari anak-anak, saudara perempuannya, dan para wanita di sekelilingnya. Hendaknya ia mengambil kesempatan dalam pertemuan-pertemuan, seperti walimah dan yang lainnya, untuk berdakwah kepada Allah l dan memerintahkan perkara yang ma’ruf serta mencegah dari perkara-perkara yang mungkar, memberikan peringatan kepada kaumnya, mengajari serta memberi petunjuk kepada mereka. Ketika melihat saudaranya ber-tabarruj3 di hadapan laki-laki atau di jalanan, hendaknya ia melarang dan memperingatkannya dari perbuatan seperti itu. Ia harus pula memperingatkan anak-anak, saudara-saudara perempuan ataupun tetangga, dan selain mereka, dari rasa malas menunaikan shalat, mengajak mereka untuk melakukan kebaikan, serta melarang mereka dari kemungkaran. Inilah kewajiban setiap orang, sebagaimana Allah l berfirman: “Dan laki-laki yang beriman dan perempuan yang beriman sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain.” (at-Taubah: 71) Makna ﮔ (wali) di sini adalah bahwasanya mereka saling mencintai karena Allah l sehingga mereka tidak saling bermusuhan. Seorang mukmin adalah wali bagi saudaranya sesama muslim, demikian juga seorang mukminah adalah wali bagi bagi saudaranya yang muslim. Mereka harus saling mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, saling menasihati karena Allah l. Dengan demikian, seorang suami seharusnyamengajak istrinya kepada perkara yang ma’ruf dan mecegahnya dari perkara yang mungkar. Demikian pula yang dilakukan seorang istri, ketika melihat suaminya melalaikan shalat, meminum minuman yang memabukkan, merokok, atau memotong janggutnya, maka ia mengatakan kepada suaminya seumpama katanya, “Bertakwalah kepada Allah l, tidak sepantasnya kau melakukan hal ini. Bagaimana bisa engkau menyukai perbuatan jelek seperti itu? Bagaimana bisa engkau bermaksiat terhadap Rabbmu?”
Demikian pula semestinya yang dia tunaikan terhadap ayahnya, saudaranya, ibunya, tetangga, maupun teman-temannya. Inilah yang harus dilaksanakan oleh setiap muslimin dan muslimah di mana pun mereka berada dan apa pun profesion mereka. Hal ini menjadi kewajiban,sesuai kemampuan dan ilmu yang mereka miliki.
Semoga kita dikaruniai taufik untuk menegakkan kewajiban dalam ketaatan kepada Allah l dan Rasul-Nya n serta saling menasihati kepada Allah l ... Tak ketinggalan, saya wasiatkan kepada seluruh kaum muslimin agar mereka berdoa bagi saudaranya yang jauh, yang tidak di hadapannya, dan hendaknya mendoakan para pemimpin di dalam shalat atau ketika akhir malam agar mendapatkan taufik dan hidayah serta kebaikan dan perbaikan(islah ).
Oleh sebab itu, mereka berhak untuk mendapatkan doa (bukan kejian ). Bagi para pemimpin negeri ini (Saudi Arabia) dan seluruh pemimpin kaum muslimin di mana pun berada, doakanlah mereka dengan kebaikan, taufik, dan hidayah. Doakanlah pula anak dan istri kalian, juga selain mereka, agar mendapatkan petunjuk, taufik, kebaikan, taubat yang nashuha.
“Katakanlah inilah jalanku.” Demikianlah para pengikut Nabi n, baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan mereka menyeru kepada Allah ( bukan kepada individu ataupun kumpulan ) di atas bashirah (cahaya/ilmu, sesuatu yang jelas), memperingatkan manusia dari bermaksiat kepada-Nya, dan mereka memberi bimbingan kepada manusia menuju kebaikan dan beramal soleh, menyahut seruan-Nya dan menjauhi larangaNya. Allah l berfirman: “Serulah manusia kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (an-Nahl: 125) Ayat ini tidak khusus bagi laki-laki tanpa mencakup wanita ataupun sebaliknya, tetapi merupakan kewajiban bagi mereka semua sekadar ilmu dan kemampuan mereka. Sebagaimana firman-Nya:
Para ulama serta para pengajar memiliki kewajiban besar, demikian pula para pemuka dan tokoh masyarakat( Umara ). Kewajiban mereka lebih berat dibanding yang lainnya sesuai kemampuan ilmu dan kekuatan mereka. Hendaknya setiap muslim mengetahui perkara yang menjadi kewajibannya dan memerhatikan kewajiban tersebut( mengambil berat untuk melaksanakannya ) serta mendekatkan diri (dengan menunaikannya) dan bertakwa kepada Allah l dalam hal tersebut. Kita berada di akhir zaman di mana Islam semakin asing, sehingga tuntutan untuk saling bahu-membahu serta tolong-menolong dalam kebaikan dan kebenaran adalah lebih berat lagi.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat. Dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, para sahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga hari kiamat.
1 Nama salah satu siaran radio di Saudi Arabia. 2 Salah satu acara radio di Saudi Arabia yang memuat pelajaran-pelajaran dan fatwa-fatwa para ulama. 3Tabarruj adalah berhias dan menampakkannya di hadapan laki-laki selain mahramnya. (pen.)
( oleh: Ummu Affan bintu Abi Salim,April 2011 ) sumber : asysyariah.com
|
IMAN adalah kedua-dua : cahaya dan kekuatan ; dengannya manusia meningkat setinggi-tingginya sehingga mencapai nilai yang melayakkannya ke Syurga. Dengan kegelapan KUFUR, ia jatuh serendah-rendah darjat yang membawanya ke Neraka..
Friday, July 8, 2011
Untukmu Para Penuntut Ilmu ..
Labels:
Akhlak dan Nasihat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment