Monday, April 30, 2012

KISAH ASHHABUL KAHFI




Mereka adalah para pemuda yang diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala serta Dia mengilhami mereka keimanan, sehingga mereka mengenal Allah dan mengingkari keyakinan kaum mereka yang menyembah berhala. Mereka mengadakan pertemuan untuk membicarakan masalah akidah mereka disertai dengan perasaan takut akan kekejaman dan kekerasan kaum mereka, seraya berkata, artinya,

“Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian ،K.” (Al-Kahfi: 14), yakni jika seruan kami ditujukan kepada selain-Nya, ،§maka sungguh kami telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (Al-Kahfi: 14), yakni perkataan keji, dusta dan zhalim. Sedangkan “kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai ilah-ilah (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-ada kebohongan terhadap Allah.” (Al-Kahfi: 15).

Setelah mereka sepakat mengenai keyakinan tersebut dan menyadari bahwa mereka tidak mungkin menjelaskannya kepada kaum mereka, maka mereka memohon kepada Allah Ta’ala supaya dimudahkan urusan mereka, artinya, “Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (Al-Kahfi: 10).

Kemudian mereka berlindung ke gua, lalu Allah Subhannahu wa Ta’ala memudahkan urusan mereka, melapangkan lubang gua serta menempatkan pintunya di sebelah utara, sehingga tidak terkena sinar matahari; baik ketika terbit maupun saat terbenam, dan mereka tertidur dalam gua di bawah penjagaan serta perlindungan Allah Subhannahu wa Ta’ala selama tiga ratus sembilan tahun. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah melindungi mereka dari rasa takut, karena posisi mereka (gua) berdekatan dengan kota kaum mereka.

Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjaga dan melindungi mereka dalam gua tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,artinya, “Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri” (Al-Kahfi: 18), supaya bumi tidak membusukan tubuh mereka.

Kemudian Allah Subhannahu wa Ta’ala membangunkan mereka setelah tertidur dalam jangka waktu yang cukup lama “supaya mereka saling bertanya diantara mereka sendiri.” (Al-Kahfi: 19). Akhirnya mereka menemukan jawaban yang sesungguhnya, sebagaimana hal tersebut ditegaskan oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya, artinya,

“Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini).” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi): “Rabb kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini.” (Al-Kahfi: 19). Allah Subhannahu wa Ta’ala menjelaskan kisah ini hingga akhir.

Tanda-Tanda Kekuasaan Allah Dan Faidah-Faidah Yang Dapat Diambil Dari Kisah Tersebut
Di dalam kisah tersebut terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah Subhannahu wa Ta’ala dan faidah-faidah yang bermanfaat, di antaranya:

* Bahwa kisah ashhabul kahfi, meskipun sangat mengagumkan, tetapi bukan merupakan tanda kekuasaan Allah Subhannahu wa Ta’ala yang paling mengagumkan, karena Allah Subhannahu wa Ta’ala memiliki tanda-tanda kekuasaan tersendiri dan kisah-kisah lain yang di dalamnya terdapat pelajaran berharga bagi orang-orang yang berkenan merenungkannya.

* bahwa orang yang memohon perlindungan kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala, maka Allah akan melindungi dan menyayanginya, dan menjadikan nya sebab-sebab untuk menunjukkan orang-orang yang sesat. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah melindungi ashhabul kahfi dalam tidur mereka yang cukup lama dengan memelihara keimanan dan tubuh mereka dari gangguan serta pembunuhan kaum mereka dan Allah Subhannahu wa Ta’ala menjadikan bangunnya mereka dari tidur mereka sebagai tanda kesempurnaan kekuasaan-Nya, kebaikan-Nya yang banyak dan bermacam-macam, supaya hamba-hamba-Nya mengetahui bahwa janji Allah Subhannahu wa Ta’ala pasti benar.

* Adalah perintah menuntut ilmu-ilmu yang bermanfaat dan mendiskusikannya, karena Allah Ta’ala telah mengutus mereka untuk tujuan tersebut dan mengilhami mereka untuk berdiskusi di antara mereka seputar keyakinan mereka dan pengetahuan masyarakat mengenai keyakinan atau perilaku mereka sehingga diperoleh bukti-bukti dan pengetahuan bahwa janji Allah pasti benar dan sesungguhnya kiamat itu pasti terjadi tanpa ada keraguan di dalamnya.

* Adalah berkenaan dengan etika seseorang yang merasa samar mengenai sesuatu ilmu, maka hendaklah ia mengembalikannya kepada gurunya dan berusaha untuk memahami dengan seksama pelajaran yang telah diketahuinya.

* Bahwa sah mewakilkan dan mengadakan kerja sama dalam jual beli. Hal tersebut merujuk perkataan mereka,artinya, “Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini”, kemudian “،K maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu.” (Al-Kahfi: 19).

* Bahwa diperbolehkannya memakan makanan yang baik-baik dan memilih makanan-makanan yang layak dan sesuai dengan selera seseorang selama tidak melebihi batas-batas kewajaran. Sedang jika melebihi batas-batas kewajaran maka hal tersebut termasuk perbuatan yang dilarang. Hal itu didasarkan kepada perkataan salah seorang dari mereka,artinya, “،K dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu.” (Al-Kahfi: 19).

* Adalah berkenaan dengan anjuran supaya memelihara, melindungi serta menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat menimbulkan fitnah dalam urusan agama dan harus menyembunyikan ilmu yang mendorong manusia berbuat jahat.

* Adalah berkenaan dengan keterangan yang menjelaskan perhatian dan kecintaan para pemuda itu kepada agama yang benar, pelarian mereka untuk menjauhkan diri dari semua fitnah dalam urusan agama mereka dan pengasingan diri mereka dengan meninggalkan kampung halaman serta kebiasaan mereka untuk menempuh jalan Allah Subhannahu wa Ta’ala.

* Adalah berkenaan dengan keterangan yang menjelaskan hal-hal yang tercakup dalam kejahatan, seperti kemadharatan dan kerusakan yang mengundang kemurkaan Allah ƒ¹ dan kewajiban meninggalkannya, dan meniggalkannya merupakan jalan yang harus ditempuh oleh kaum mukminin.

* Bahwa firman Allah Subhannahu wa Ta’ala,artinya, “Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya.” (Al-Kahfi: 21) menunjukkan bahwa orang-orang yang berkuasa yang dimaksud ialah para penguasa ketika mereka dibangunkan dari tidur mereka yaitu para penguasa yang telah beragama dengan agama yang benar, karena para penguasa itu mengagungkan dan memuliakan mereka, sehingga para penguasa tersebut berniat membangun sebuah rumah peribadatan di atas gua mereka.

Meski hal itu dilarang khususnya dalam syari’at agama, maka yang dimaksud ialah menjelaskan tentang ketakutan luar biasa yang dirasakan Ashhabul Kahfi ketika membela dan mempertahankan keimanan mereka sehingga harus berlindung di sebuah gua dan setelah itu Allah Subhannahu wa Ta’ala membalas perjuangan mereka dengan penghormatan dan pengagungan dari manusia. Hal itu merupakan kebiasaan Allah Subhannahu wa Ta’ala dalam membalas seseorang yang telah memikul penderitaan karena-Nya serta menetapkan baginya balasan yang terpuji.

* Bahwa pembahasan yang panjang lebar dan bertele-tele dalam masalah-masalah yang tidak penting; maka hal itu tidak perlu mendapatkan perhatian yang serius. Hal itu merujuk firman Allah Ta’ala,artinya, “Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.” (Al-Kahfi: 22).

* Bahwa bertanya kepada seseorang yang tidak berilmu dalam masalah yang akan dimintai pertanggungan jawab di dalamnya atau orang yang tidak dapat dipercaya adalah terlarang. Hal itu merujuk firman Allah Ta’ala,artinya, “،K dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.” (Al-Kahfi: 22).

Sumber: Qishash al Anbiya،¦, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa،¦di, kisah no 33 dan 34.

PAKATAN RAKYAT MAHU HANCURKAN MALAYSIA



Kejadian mencederakan anggota polis serta merosakkan kereta peronda oleh perusuh Bersih 3.0, Sabtu lalu, telah menyerlahkan wajah sebenar penganjur perhimpunan haram tersebut.

Lebih-lebih lagi ia mendedahkan agenda sebenar pihak pembangkang yang menjadi dalang rusuhan jalanan yang kononnya untuk menuntut pilihanraya adil dan bersih.

Agenda utama pembangkang tidak lain tidak bukan pada hari itu ialah untuk menumbangkan kerajaan Barisan Nasional pimpinan Perdan Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak yang dipilih secara sah oleh rakyat.

Melihat kepada keadaan sekitar Kuala Lumpur selepas rusuhan oleh peserta Bersih yang mengganas dan bertindak di luar tata susila sebuah masyarakat yang bertamadun yang hidup di dalam sebuah negara yang berdaulat, menjurus rakyat Malaysia tertanya-tanya apakah ini bentuk pemerintahan sekiranya pembangkang berkuasa?

Pembangkang terutama ketuanya, Anwar Ibrahim menaruh penuh keyakinan bahawa dunia akan menyokong perjuangan mereka.

Tetapi melihat apa yang telah dilakukan oleh peserta Bersih, besar kemungkinan masyarakat antarabangsa yang bencikan keganasan akan turut melabelkan Bersih dan pembangkang sebagai golongan perosak dan penganas.

Daripada keyakinan memburuk-buruk kerajaan Malaysia kini Anwar dan kuncu-kuncunya menerima bahana kutukan dan cacian rakyat yang melihat betapa ganasnya peserta Bersih pada hari Sabtu lalu.

Tidak keterlaluan jika dikatakan penganjur Bersih, Ambiga Sreenevasen telah menipu pihak berkuasa dengan berjanji bahawa perhimpunan mereka adalah aman dan berhemah.

Sebaliknya, apa yang berlaku peserta Bersih bertindak ganas seperti orang hilang akal dan melanggar setiap janji yang mereka lafazkan.

Tidak ada duduk dan bantah seperti yang dijanjikan, malah penyokong pembangkang merusuh dan merempuh hadangan di Dataran Merdeka.

Pihak polis memberi arahan tidak ada sebarang perarakan diadakan, tetapi apa yang berlaku Ambiga memberi arahan supaya peserta Bersih bergerak menuju ke Dataran Merdeka.

Apatah lagi apabila Timbalan Presiden PKR, Azmin Ali dengan lantang membakar hari penyokongnya supaya merempuh dan masuk ke Dataran Merdeka secara ganas.

Hati rakyat Malaysia terutamanya orang Melayu tergurus apabila melihat anak-anal muda Melayu yang sepatutnya menjadi generasi harapan bangsa, bertindak memukul anggota polis yang sebangsa dengan mereka tanpa belas kasihan.

Dalam pertembungan perusuh dengan pihak keselamatan, pihak yang menangguk di air keruh ialah DAP.

Melihat kepada kehadiran mendadak kaum Cina pada perhimpunan haram kali ini berbanding dengan Bersih 2.0 pada Julai tahun lalu, bolehlah dikatakan DAP dan penyokong-penyokong Cina telah berjaya memperbodohkan pemimpin-pemimpin Melayu dari PKR dan PAS untuk menjayakan agenda licik mereka.

Orang Cina kini yakin mereka mampu menumbangkan kerajaan BN hasil sokongan membabi buta dan persengkokolan PKR dan PAS.

DAP hanya menunjukkan sokongan kepada PKR dan PAS di dalam Pakatan Rakyat kerana mahukan kuasa ang lebih besar setelah berjaya menawan Pulau Pinang.

Agenda pertama DAP jika mereka berkuasa di Malaysia ialah untuk menghapuskan institusi raja-raja Melayu yang menjadi pelindung dan tunggak kedaulatan bangsa Melayu di bumi bertuah ini.

Seterusnya DAP mahu memansuhkan apa jua institusi yang ada kaitan dan kepentingan Melayu dalam senua bidang seperti MARA, UiTM, MRSM, PNS, PUNB, Tekun dan sebagainya.

Anwar akan membenarkan perkara ini berlaku kerana inilah syarat utama sokongan DAP kepadanya.

Yang penting bagi Anwar ialah memastikan agenda Zionis-Yahudi dilaksanakan dengan jayanya di Malaysia tanpa memperdulikan hidup mati bangsa Melayu.

Kerajaan dan pihak polis menunjukkan sikap cukup berlembut kepada peserta Bersih sehinggalah mereka sendiri bertindak di luar batas undang-undang.

Anwar, Ambiga dan pemimpin-pemimpin pembangkang lain wajib dipertanggungjawab sepenuhnya ke atas rusuhan yang berlaku.

Kini Ambiga tidak menolak kemungkinan terus mengadakan perhimpunan haram selagi tuntutan mereka tidak dipenuhi.

Bak kata peribahasa Melayu, pembangkang sudah 'banyak lemak' dan kini sudah tiba masa untuk bertindak tegas terhadap mereka sebelum negara terjerumus dalam kancah kehancuran



----------------------------------------------
Apa Selepas Demonstrasi BERSIH?: Pengajaran Dari Mesir

Manusia belajar dari kesilapan. Malangnya memperbaiki kesilapan tidak selalunya mudah dan adakalanya ia tidak dapat diperbaiki lagi. Kesilapan pula sering dibayangi dosa dan adakalanya dosa tersebut mungkin dapat diampunkan dan mungkin juga tidak. Di kala itu, yang tinggal hanyalah penyesalan. Maka hiduplah kita dalam keadaan tidak keruan akibat kesilapan yang dibuat.

Mungkin ada yang melihat bahawa soal kesilapan memilih kerajaan sebagai soal remeh kerana ia boleh diperbetulkan dalam masa 5 tahun lagi.

Atau mungkin juga kita tidak sedar yang kita telah berbuat silap malah begitu yakin yang kita benar dan cukup arif membuat pilihan. Kerana itu, banyak negara-negara di dunia mengalami kehancuran akibat kesilapan rakyat memilih kerajaan.

Untuk pengetahuan semua, soal memilih kerajaan sebenarnya bukan seratus peratus terpulang kepada rakyat negara tersebut. Ini kerana mengikut pendedahan bekas pegawai CIA, Phil Agee, CIA telah lama terlibat dalam menggulingkan kerajaan yang sah di seluruh dunia untuk digantikan dengan pemimpin boneka pilihan Amerika. Ini telah dilakukan sejak berdekad-dekad dahulu. Dalam bukunya, beliau menyebut antara negara yang beliau sendiri terlibat dalam menggerakkan pemberontakan dan penggulingan kuasa ialah Chile, Brazil, Albania, Filipina, Panama dan banyak lagi.

Kita faham bahawa apa yang berlaku di Mesir, Tunisia, Iraq, Libya dan beberapa lagi negara akhir-akhir ini adalah juga kerja CIA. Dan inilah yang kita cuba fahamkan kepada rakyat Malaysia iaitu tentang betapa membuat keputusan yang bijak dalam pilihanraya adalah penting, kerana ia bukan sahaja melibatkan soal pembangunan dan polisi dalam negara tetapi juga kedaulatan, kemerdekaan malah kehidupan seharian kita.

Penulis enggan menyentuh lebih jauh tentang Modus Operandi CIA kerana ia boleh dibaca sendiri dalam buku Phil Agee, Inside the Company: CIA Diary. Apa yang penting untuk kita renungkan ialah apakah yang berlaku selepas sesuatu pemberontakan, huru-hara atau selepas kerajaan yang sah digulingkan bukan melalui pilihanraya?

Kita ambil contoh apa yang terjadi di Mesir selepas protes besar-besaran pada 25 Januari 2011 yang ‘berjangkit’ dari Tunisia. Protes bertukar menjadi rusuhan dalam sekelip mata dan kemudiannya, keganasan. Seperti yang kita sedia maklum, ketika Mesir sedang kecoh, Amerika Syarikat pantas menghulurkan sokongan dan bantuan kepada pihak pemberontak sehingga akhirnya Presiden Hosni Mubarak melepaskan jawatannya, sekali gus, membuktikan pendedahan Phil Agee.

Semua ini berlaku selama 18 hari sebelum membawa kepada kehancuran Mesir yang belum tentu pengakhirannya.

Apakah kemenangan pihak pemberontak membawa kepada Mesir yang lebih baik? TIDAK!!!

Hari ini, Mesir terpaksa menapak membangunkan kembali negara mereka dari bawah. Kini, rakyat yang bersungguh-sungguh ingin menggulingkan kerajaan mula tertanya-tanya apakah mereka telah berbuat kesilapan?

Pemberontakan membawa kepada lumpuhnya ekonomi dan pentadbiran di Mesir menyebabkan rakyat termasuk pemberontak terpaksa berhadapan dengan keadaan di mana kemudahan asas juga sukar untuk didapati. Bangunan-bangunan yang menempatkan pejabat, kedai dan pusat perkhidmatan runtuh, terbakar dan musnah. Ramai yang kehilangan kerja dan makanan juga sukar didapati. Pemberontak dan rakyat yang lapar mula menceroboh dan mencuri bagi menyambung kehidupan.

Keadaan ini berlanjutan sehingga beberapa lama.

Pada 25 Januari 2012 yang lalu iaitu ulangtahun pemberontakan menyaksikan keresahan rakyat yang memuncak akibat pergolakan politik, pemerintahan tentera serta kebangkitan parti-parti Islam. Walaupun telah setahun berlalu, kehidupan rakyat termasuk para pemberontak belum pulih seperti sediakala malah lebih teruk dari sebelumnya.

Dengan lumpuhnya prasarana dan struktur sosial, Mesir mengalami krisis ekonomi yang amat buruk. Pemerintahan tentera dan kebangkitan parti-parti Islam kini meletakkan negara dalam keadaan sukar yang menjurus kepada penurunan nilai matawang dan hutang negara meningkat. Kerajaan Mesir kini terpaksa membelanjakan sehingga USD2 billion sebulan bagi mengimbangi kejatuhan nilai tersebut sedangkan rizab matawang asing pula hanya tinggal USD10 billion daripada USD36 billion sebelum penggulingan kerajaan. Pelaburan asing juga terhenti terus dan jumlah pelancong menurun secara drastik.

Akibatnya, subsidi terpaksa ditarik balik dan harga makanan dan kemudahan asas di Mesir menjulang tinggi sehingga dua kali ganda. Penarikan subsidi juga pastinya menjejaskan harga minyak sekali gus semua harga barangan lain.

Sikap rakyat Mesir terhadap subsidi sebelum ini adalah tidak jauh dari sikap rakyat Malaysia iaitu merasakan bahawa itu adalah kewajiban kerajaan atau menjadi hak mereka sejak lahir, tanpa mengambil kira keadaan ekonomi negara dan dunia. Penarikan subsidi ini tentunya menambahkan kemarahan rakyat, cuma kini mereka mungkin tidak tahu lagi kepada siapa kemarahan tersebut harus ditujukan.

Perkembangan terbaru,, kerajaan telah menjual saham di beberapa bank dengan harga yang rendah dari nilai sepatutnya. Hari ini, rakyat Mesir tidak berani menyimpan wang mereka di dalam bank kerana bimbang apa yang akan berlaku di masa depan.

Keadaan menjadi lebih teruk dengan kadar pengangguran kini berada di tahap 12 – 24 peratus berdasarkan angka rasmi dan tidak rasmi. Sedangkan sebelum ini, kadar pengangguran berada di tahap 9 – 12 peratus yang mana menjadi faktor utama pemberontakan bermula. Ini adalah tanda jelas bahawa keadaan adalah jauh lebih teruk dari sebelumnya.

Kemelut pemilihan Presiden juga tidak membantu Mesir sebaliknya menambahkan kemarahan, keresahan dan kesusahan rakyat. Justeru, bagi melepaskan kemarahan, pemberontakan berterusan setiap minggu walaupun pemberontak telah berjaya menggulingkan kerajaan sebelumnya.

Pada 20 April lepas, beribu-ribu rakyat berhimpun lagi kerana mencurigai peralihan kuasa yang bakal berlaku bulan depan.

Jika dulu pemberontak memberontak terhadap pemerintah kerana merasakan hidup mereka susah, tetapi hari ini hidup mereka jauh lebih susah. Jika dulu rakyat secara puratanya membelanjakan USD300 untuk sebuah majlis perkahwinan, tetapi kini mereka hanya mampu membelanjakan sekitar USD100. Jika dulu, pihak pengantin lelaki menghadiahkan emas tetapi kini tidak lagi. Kini mereka terpaksa berlapar dan berebut untuk makan. Mereka terpaksa menerima hakikat bahawa minyak adalah satu bentuk kemewahan.

Semua ini adalah kesan langsung dari pemberontakan dan penggulingan kerajaan secara demonstrasi ganas yang dibakar oleh semangat kebencian dan sifat tidak tahu bersyukur. Maka benarlah bahawa sesuatu perjuangan yang digerakkan oleh rasa benci dan marah adalah perjuangan yang diilhamkan oleh iblis.

Semoga rakyat Malaysia tidak terpengaruh dengan bisikan iblis dan belajar menghargai segala nikmat keamanan, keselesaan dan kesenangan yang dimiliki hari ini. Sebelum kita memBERSIHkan segala apa yang lain, eloklah kita BERSIHkan dulu hati nurani dan fikiran sendiri.
~Mohd Faidz Massari

Sunday, April 29, 2012

BEBERAPA PANDUAN MENDIDIK ANAK SOLEH SOLEHAH....

BISMILLAHIR ROHMA NIR ROHIM

Salah satu amalan yang tidak terputus pahalanya, sekalipun kita telah meninggalkan dunia, adalah doa “ANAK-ANAK YANG SOLEH DAN SOLEHAH”... Anak-anak yang TIDAK SOLEH dan solehah, tidak tahu bagaimana hendak mendoakan ke ibubapanya....  Bagaimana cara untuk mendidik anak kita menjadi anak yang soleh dan solehah?

Berikut adalah beberapa tips sebagai panduan:-

1] Biasakan anak kita bangun pada waktu subuh... Contoh: Sejak usia masih kecil, ajaklah ia sholat subuh bersama atau berjamaah di rumah atau mesjid... KALAU TIDAK DIBIASAKAN, NANTI MEREKA SUSAH HENDAK BANGUN SUBUH....

2] Sediakan persekitaran dan pendidikan yang Islami...
Contoh: sejak dari awal ikutkan anak kita dalam pusat asuhan Islam, mengikuti kursus di mesjid, dsb...

3] Berikan teladan, bukan hanya perintah ...
 Contoh: jangan hanya menyuruh ia belajar mengaji atau solat, namun kita sendiri tidak melakukannya... ATAU menyuruh anak jangan merokok, tetapi kita sendiri rajin merokok...

4] Ajak anak kita untuk mengunjungi mesijd secara rutin...
 Contoh: secara rutin, ajaklah anak kita untuk berjamaah di mesjid...

5] Perkenalkan batasan aurat sejak dari awal...
 Contoh: Jika sejak awal kita biasakan anak perempuan kita menggunakan tudung, maka bila dewasa, ia akan merasa tidak selesa jika tidak bertudung...

6] Biasakan anak kita untuk selalu membawa perlengkapan solat, terutama untuk anak perempuan, ketika dalam perjalanan....

7] Kurangkan anak kita dalam mendengar musik-musik tidak-Islamik...
 Sebaliknya, banyakkan anak kita untuk mendengar ayat-ayat Al-Quran atau nasyid...UMPAMANYA, SEMASA DALAM PERJALANAN BERKERETA, mainkan CD atau ‘tape’ Al Quran.....

8] Buatlah jadual menonton TV dan dampingi anak ketika menonton...
Jauhkan anak dari tontonan yang tidak mengandung unsur pendidikan, seperti: sinetron, film seram, film khayalan, khurafat, dan lain-lain...

9] Ajarkan nilai-nilai Islam secara langsung...
 Sampaikan nilai-nilai Islam yang kita kuasai kepada anak kita... dalam usrah bersama anak2, atau selepas setiap kali solat berjemaah....

10] Jadilah sahabat setia baginya..
Jadikan ia selesa untuk menjadikan kita tempat curahan hati yang utama, sehingga kita akan selalu mengetahui masalahnya....

11] Ciptakan suasana hangat dan harmonis dalam keluarga...
Jika keluarga tidak lagi terasa hangat baginya, anak akan mencarinya di tempat lain... SEBULAN sekali atau dua kali, ajak keluarga makan di luar, sambil solat berjemaah di mesjid2 di bandar... DUA BULAN SEKALI adakan perkelahan keluarga di pantai atau tempat-tempat peranginan...

12] Lakukan semua tips di atas dengan bijak, sabar dan konsisten (istiqomah)...
Jangan terburu-buru, jangan guna kekerasan, dan hindari sikap emosional yang dapat membuatnya sakit hati atau jauh hati....

13] BANYAKKAN BERDOA kepada ALLAH S.W.T.
~memohon bantuan dan pertolonganNya, dalam usaha kita itu....

Semoga panduan ini dapat membantu kita menjadi IBU BAPA yang baik bagi anak kita, dan mengajaknya bersama-sama masuk ke dalam surga-Nya yang kekal abadi... Amin.

 by Ramli Joned
artikelberkaitan : http://darulharis.blogspot.com/2012/09/antara-kesilapan-ibu-bapa-dalam.html

Saturday, April 28, 2012

Makna Syahadatain, Rukun, Syarat, Konsekuensi Dan Yang Membatalkannya 1

Halaman ke-1 dari 2

MAKNA SYAHADATAIN, RUKUN, SYARAT, KONSEKUENSI, DAN YANG MEMBATALKANNYA



PERTAMA: MAKNA SYAHADATAIN
[A]. Makna Syahadat "Laa ilaaha illallah"
Yaitu beri'tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala, menta'ati hal terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah.

Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, "Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah". Khabar "Laa " harus ditaqdirkan "bi haqqi" (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan "maujud " (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan yang nyata.

Kalimat "Laa ilaaha illallah" telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain:

[1]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada sesembahan kecuali Allah", Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.

[2]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada pencipta selain Allah" . Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.

[3]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah". Ini juga sebagian dari makna kalimat " ". Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup

Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti), tidak ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di atas.

[B]. Makna Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta'ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah
Allah kecuali dengan apa yang disyari'atkan.

KEDUA: RUKUN SYAHADATAIN
[A]. Rukun "Laa ilaaha illallah"
Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun:
An-Nafyu atau peniadaan: "Laa ilaha" membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.

Al-Itsbat (penetapan): "illallah" menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.

Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur'an, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

"Artinya : Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali yang amat kuat ..." [Al-Baqarah: 256]

Firman Allah, "siapa yang ingkar kepada thaghut" itu adalah makna dari "Laa ilaha" rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah, "dan beriman kepada Allah" adalah makna dari rukun kedua, "illallah". Begitu pula firman Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi Ibrahim alaihis salam :

"Artinya : Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku ...". [Az-Zukhruf: 26-27]

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala , "Sesungguhnya aku berlepas diri" ini adalah makna nafyu (peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, "Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku", adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun kedua.

[B]. Rukun Syahadat "Muhammad Rasulullah"
Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat "'abduhu wa rasuluh " hamba dan utusanNya). Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini, di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Katakanlah: 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, ...'." [Al-Kahfi : 110]

Beliau hanya memberikan hak ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala memujinya:

"Artinya : Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya." [Az-Zumar: 36]

"Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an) ..."[Al-Kahfi: 1]

"Artinya : Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ..." [Al-Isra': 1]

Sedangkan rasul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan).

Persaksian untuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan tafrith pada hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah.

Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan kesulitan. Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerasulannya atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam mena'wilkan hadits-hadits dan hukum-hukumnya.

KETIGA: SYARAT-SYARAT SYAHADATAIN
[A]. Syarat-syarat "Laa ilaha illallah"
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara global tujuh syarat itu adalah:

1. 'Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).
2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
5. Ikhlash, yang menafikan syirik.
6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha' (kebencian).

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Syarat Pertama: 'Ilmu (Mengetahui).
Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya :... Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). [Az-Zukhruf : 86]

Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

Syarat Kedua: Yaqin (yakin).
Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan sya-hadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu ..." [Al-Hujurat : 15]

Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga." [HR. Al-Bukhari]

Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.

Syarat Ketiga: Qabul (menerima).
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyem-bah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.

Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah:

"Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: 'Laa ilaaha illallah' (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" [Ash-Shafat: 35-36]

Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum me-nerima makna laa ilaaha illallah.

Syarat Keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh." [Luqman : 22

Al-'Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).

Syarat Kelima: Shidq (jujur).
Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepa-da Allah dan Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." [Al-Baqarah: 8-10]

Syarat Keenam: Ikhlas.
Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya' atau sum'ah. Dalam hadits 'Itban, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illalah karena menginginkan ridha Allah." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Syarat Ketujuh: Mahabbah (Kecintaan).
Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai
orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." [Al-Baqarah: 165]

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah.

[B]. Syarat Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"
1. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.
2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gha-ib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua serta seluruh umat manusia.
6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya.
Oleh
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan

Allah Akan Mencukupi Semua Urusan Orang Yang Bertawakal Kepada-Nya




 ALLAH AKAN MENCUKUPI SEMUA URUSAN ORANG YANG BERTAWAKAL KEPADANYA





Hal ini berdasarkan dari firman Allah yang berbunyi :

"Artinya : Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". [Ath-Thalaq : 3]

Yaitu yang mencukupinya, Ar-Robi' bin Khutsaim berkata : Dari segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia. [Hadits Riwayat Bukhari bab Tawakal 11/311]

Ibnul Qayyim berkata : Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfa'at. [Taisirul Azizil Hamidh hal. 503]

Dan ini adalah ganjaran yang paling besar, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjadikan diri-Nya sendiri sebagai yang memenuhi segala kebutuhan orang yang bertawakal kepada-Nya, dan sungguh Allah telah banyak menyebutkan kebaikan dan keutamaan yang menjadi ganjaran untuk orang-orang yang bertawakal kepada Allah, antara lain.

Firman Allah.

"Artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar". [Ath-Thalaq : 2]

"Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya". [Ath-Thalaq : 5]

"Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya". [Ath-Thalaq : 4).

"Artinya : Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu ; Nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya". [An-Nisa' : 69]

Sedangkan ayat yang menyebutkan sikap tawakal adalah firman Allah : "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". [Ath-Thalaq : 3]

Ibnu Al-Qayyim berkata : Perhatikanlah ganjaran-ganjaran yang akan diterima oleh orang yang bertawakal yang mana ganjaran itu tak diberikan kepada orang lain selain yang bertawakal kepada-Nya, ini membuktikan bahwa tawakal adalah jalan terbaik untuk menuju ketempat di sisinya dan perbuatan yang amat dicintai Allah. [Madarijus Salikin 2/128]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata. " Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : Jika seseorang keluar dari rumah, maka ia akan disertakan oleh dua orang malaikat yang selalu menemaninya. Jika orang itu berkata Bismillah (dengan menyebut nama Allah), kedua malaikat itu berkata : Allah telah memberimu petunjuk, jika orang itu berkata : Tiada daya dan upaya dan kekuatan kecuali kepada Allah, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah dilindungi dan dijaga, dan jika orang itu berkata : Aku bertawakal kepada Allah, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah mendapatkan kecukupan".[1]

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam bab Zuhud yang disanadkan kepada Amru bin 'Ash yang mengangkat hadits ini kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda : 'Sesungguhnya di dalam hati anak Adam terdapat celah-celah, dan barangsiapa yang mengabaikan Allah pada setiap celah di dalam hatinya maka ia akan binasa, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupi celah-celah yang ada dalam hatinya itu". [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab Zuhud : 4166 (2/1395) di dalam Az-Zawaid dikatakan bahwa hadist ini lemah sanadnya, dan di dalam Al-Mizan dikatakan bahwa hadits ini tertolak]

Sebagaimana diriwayatkan pula bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa yang memutuskan gantungannya selain kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah akan mencukupi baginya segala kebutuhannya, dan Allah akan mendatangkan rezeki baginya dari yang tak terduga".[Dikeluarkan oleh Thabrani dalam Ash-Shagir 1/115-116 dan diriwayatkan oleh Ibnu Abu Halim seperti yang disebutkan dalam Ibnu Katsir 8/174 dan Abu Shaikh dalam At-Targhib 2/538 lihat Majmu' Az-Zawa'id 10/303]

Yang memberi kecukupan hanyalah Allah saja, sebagaimana firman-Nya :

"Artinya : Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu" [Al-Anfal : 64]

Maksudnya ; cukuplah Allah bagi kamu, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman mengikutimu (Tafsir Ath-Thabari 10/37), maka kalian semua tak akan membutuhkan seseorang jika kalian bersama Allah, ini adalah pendapat dari Abu Shaleh Ibnu Abbas, dan juga berpendapat Ibnu Zaid, Muqatil (Zaad Al-Masir 3/556). Asy-Sya'bi (Tafsir Ath-Thabari 10/37) dan lain-lainnya, dan Ibnu Katsir tak menyebutkan selain pendapat ini (Tafsir Ibnu Katsir 4/30) Ada juga yang mengatakan bahwa artinya adalah : cukuplah bagimu Allah, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman, yaitu pendapat yang diriwayatkan dari Al-Hasan dan diikuti oleh An-Nuhas. [Tafsir Al-Qurthubi 8/43]

Ibnu Al-Jauzy berkata : Bahwa yang benar adalah pendapat yang pertama (Zaad Al-Masir 3/256), hal itu berdasar pada petunjuk bukti kajian bahwa sesungguhnya yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. [Adlwa'u Al-Bayan]

Ibnu Al-Qayyim berkata : Ini begitu juga dengan pendapat sebagian orang adalah suatu kesalahan yang nyata, tidak boleh mengartikan ayat ini seperti ini (pendapat kedua), dan bahwa sesungguhnya yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah semata, begitu juga dengan tawakal, taqwa dan penyembahan hanyalah kepada Allah, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam Al-Qur'an

"Artinya : Dan jika mereka bermaksud hendak menipu, maka sesungguhnya cukplah Allah (menjadi pelindung). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin". [Al-Anfal : 62]

Lalu dia (Ibnu Al-Qayyim) membedakan antara memberi kecukupan dengan memberi kekuatan yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, sementara yang bisa memberi kekuatan adalah hanyalah Allah dengan membantunya dan juga bersama hamba-hamba Allah lainnya, Allah telah memuji kepada orang-orang yang bertauhid serta orang-orang yang bertawakal di antara hamba-hambanya, yang mana Allah menghususkan mereka untuk mendapat kecukupan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah berfirman :

"Artinya : (Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan :' Sesungguhnya manusia telah mengupmpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka', maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab : 'Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". [Ali Imran : 173]

Dan mereka tidak pernah mengatakan : cukuplah Allah bagi kami dan Rasulnya.

Jika mereka berpendapat seperti ini dan Allah memuji mereka seperti itu, maka bagaimana mungkin Allah mengatakan kepada utusan-Nya dengan mengatakan : Allah dan pengikut-pengikutmu akan memberimu kecukupan, sementara para pengikut Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjadikan Allah satu-satunya yang memberi kecukupan, dan mereka tidak pernah men-sekutu-kan Allah dengan Rasul-Nya dalam masalah memberi kecukupan, bagaimana mungkin mereka (para pengikut Muhammad) melakukan hal seperti ini ?! ini adalah kemustahilan yang paling Mustahil dan Kesesatan yang paling sesat.

Hal yang serupa dengan bahasan ini adalah firman Allah yang berbunyi :

"Artinya : Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata. 'Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah', (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)". [At-Taubah : 59]

Maka perhatikanlah, bagaimana Alllah menjadikan kewajiban untuk mematuhi diri-Nya dan Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya

"Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia". [Al-Hasyr : 7]

Dan menjadikan kecukupan itu hanya dengan diri-Nya semata, Allah tidak pernah mengatakan : dan mereka berkata : cukuplah Allah dan Rasul-Nya bagi kami, akan tetapi Allah menjadikan diri-Nya sendiri satu-satunya yang bersifat memberi kecukupan, seperti fiman Allah :

"Artinya : Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah". [At-Taubah : 59]

Dan Allah tidak pernah mengatakan : "dan kepada Rasul-Nya", akan tetapi Allah menjadikan berharap hanya kepada-Nya semata, sebagaimana firman Allah :

"Artinya : Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap"

Maka berharap, bertawakal, berlindung dan memberi kecukupan hanyalah kepada Allah semata, sebagaimana bahwa ibadah, taqwa dan sujud hanyalah milik Allah semata, begitu juga dengan sumpah dan bernadzar tidak diperbolehkan kecuali hanya kepada Allah semata.

Dan yang serupa dengan ayat ini adalah firman Allah yang berbunyi :

"Artinya : Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya". [Az-Zumar : 36]

Maka yang mencukupi berarti Dia pula yang melindungi, di sini Allah mengabarkan bahwa hanya Dia seoranglah yang memberi perlindungan kepada hamba-Nya, sekali lagi bagaimana mungkin Allah menjadikan hambanya para pengikut Nabi bersama Allah sebagaimana yang memberi kecukupan ?!, dalil-dalil yang membuktikan kesesatan penafsiran yang merusak ini lebih banyak lagi untuk disebutkan. [Zaad Al-Ma'ad 1/36-37]

[Disalin dari buku At-Tawakkul 'Alallah wa 'Alaqatuhu bil Asbab oleh Dr Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji dengan edisi Indonesia Rahasia Tawakal & Sebab Akibat hal. 84 - 89 Bab Buah Tawakal, terbitan Pustaka Azzam, Th 1999, Penerjemah Drs. Kamaluddin Sa'diatulharamaini dan Farizal Tirmidzi]
_________
Fote Note.
[1]. Hadits Riwayat At-Tirmidzi bab do'a 3426 (5/490) dan ia juga mengatakan bahwa hadits ini adalah : hadits baik, benar dan asing, kami tak mengetahuinya kecuali dengan ungkapan seperti ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab do'a 3886 (2/178), ia berkata di dalam Kitab Az-Zawaid : Bahwa di dalam sanad hadits ini terdapat Harun bin Abdullah, ia adalah seorang yang lemah. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari hadits Anas bab Adab 5073 (13/437), Ahmad dalam Musnadnya (1/66) yang lebih sempurna dari ungkapan ini. Hadits ini dibenarkan oleh Al-Albani sebagaimana dalah shahih Al-Jami Ash-Shagir 513, 227 (1/1950).

Oleh
Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji

  Sumber: http://gsalaf.blogspot.com/2012/04/allah-akan-mencukupi-semua-urusan-orang.htmlhttp://gsalaf.blogspot.com/2012/04/allah-akan-mencukupi-semua-urusan-orang.html

Friday, April 27, 2012

Mencari arah siasah Malaysia




PILIHAN RAYA umum kian dilaporkan bakal diadakan bila-bila masa sahaja. Para ahli politik dan media massa kerap mengupas hala tuju negara. Kalau kita semua berada di dalam dilema mengenai hala tuju negara, adalah penting agar rakyat Malaysia terus berada di hala tuju yang jelas. Di dalam masyarakat yang berbilang kaum yang kerap perbezaannya dilaungkan, berada di hala tuju yang jelas adalah amat penting. Untuk itu, ia hendaklah diisi dengan perkara-perkara asas - merangkumi kehendak dan aspirasi rakyat dan komunitinya. Landasan yang jelas di dalam negara ini hendaklah melangkaui semua jenis etnik dan memahami keadaan negara Malaysia secara keseluruhannya. Ada empat hala tuju negara yang memenuhi aspirasi ini:

  • Perlembagaan Negara;
  • Rukun Negara;
  • Wawasan 2020; dan
  • Gagasan 1Malaysia. Keempat-empat ini teramat penting untuk semua rakyat Malaysia tidak mengira etnik ataupun agama. Keempat-empat perkara ini merupakan kekuatan asas dalam pembinaan negara. Perlembagaan negara adalah perkara paling utama antara keempat-empat hala tuju ini. Ia mengiktirafkan akar umbi kemelayuan negara ini melalui peletakan sistem raja berperlembagaan sebagai tunjang utama negara dan perakuan terhadap bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan dan Islam sebagai agama rasminya. Pada masa yang sama, hak bahasa lain dan agama etnik minoriti tidak diketepikan dan dianggap sebahagian keunikan masyarakat Malaysia. Begitu juga, lima matlamat di dalam Rukun Negara - masyarakat yang bersatu, demokratik, adil, liberal dan progresif - yang berpandukan lima prinsip: kepercayaan pada Tuhan, kesetiaan pada raja dan negara, keluhuran perlembagaan, kedaulatan undang-undang dan kesopanan dan kesusilaan - mudah dihayati oleh rakyat kebanyakan. Wawasan 2020 dari banyak segi merupakan tambahan kepada Rukun Negara dan mengandungi beberapa cabaran baru seperti masyarakat yang mantap kerohaniannya, masyarakat yang penyayang dan masyarakat yang mempunyai moral yang tinggi dan beretika sebagai sebahagian daripada sembilan perkara cabarannya. Sekali lagi, ia melangkaui perbezaan budaya dan bangsa. Konsep 1Malaysia juga merupakan satu bentuk idea baru yang inklusif yang dapat diterima oleh masyarakat Malaysia keseluruhannya. Bagaimanakah kesemua empat hala tuju negara ini membentuk masyarakat Malaysia sejak negara kita mencapai kemerdekaan 54 tahun dahulu? Penilaian yang objektif menunjukkan kerajaan cuba mengikuti kesemua empat hala tuju ini, walaupun ia masih boleh diperbaiki. Keseimbangan kaum yang terdapat di dalam Perlembagaan telah memberi satu penanda aras kepada kejayaan kepimpinan Barisan Nasional (BN) dalam mencapai keamanan dalam perhubungan etnik. Namun, ia boleh dipertingkat dengan penekanan pada konsep dan amalan kewarganegaraan yang sama. Pencapaian kerajaan dalam mengurangkan kemiskinan tegar daripada 49.3 peratus pada tahun 1970 sehingga kepada 3.8 peratus pada 2010 amat membanggakan dari perspektif keadilan dalam Rukun Negara, namun jurang perbezaan antara kelas atasan dengan kelas bawah semakin ketara sejak kebelakangan ini. Tambahan pula, matlamat-matlamat Rukun Negara jarang diberi keutamaan dalam sukatan pelajaran mahupun dalam media - perkara yang saya sudah nyatakan sejak 25 tahun lepas. Umum mengetahui bahawa Wawasan 2020 adalah satu inspirasi untuk mencapai status 'masyarakat maju' melalui pendapatan per kapita yang tinggi. Namun, mencapai masyarakat beretika tinggi adalah sama penting dalam Wawasan 2020. Konsep 1Malaysia mungkin akan memperkukuhkan perasaan cintakan negara, namun ia masih belum menangani cabaran bersifat perkauman yang muncul daripada golongan-golongan tertentu. Jika ini rekod kerajaan BN, bagaimanakah pula pandangan pembangkang terhadap hala tuju negara ini? Pihak pembangkang jarang melihat Perlembagaan, Rukun Negara, Wawasan 2020 atau gagasan 1Malaysia sebagai perkara asas dalam membentuk perpaduan negara atau membangunkan negara. Pembangkang hanya mencari kesalahan pihak kerajaan jika kerajaan gagal mengotakan janji mereka kepada rakyat berdasarkan prinsip dan nilai empat hala tuju negara tadi. Tidaklah sukar untuk memahami kenapa Parti Islam SeMalaysia (PAS) tidak berasa komited terhadap hala tuju negara. Mereka hanya komited terhadap negara Islam seperti mana ditafsirkan partinya. Pun matlamat ini kurang disenangi oleh 40 peratus bukan Muslim di negara ini, walau apa jua definisi negara Islam yang diberikan oleh pimpinan parti itu. Lagipun, pengertian dan pentafsiran PAS tentang negara Islam khususnya tentang pelaksanaan syariah, hak minoriti bukan Islam, peranan wanita dalam masyarakat dan sebagainya mungkin tidak dipersetujui oleh sebahagian masyarakat Islam sendiri. Dalam erti kata lain, matlamat dan hala tuju PAS tidak dapat diterima oleh semua segmen rakyat. Parti Tindakan Demokratik (DAP) tidak kurang bezanya. Konsep 'Malaysian Malaysia' akan dilihat oleh masyarakat Melayu sebagai percubaan mengubah sejarah dan identiti negara ini. Sebahagian pendirian parti itu termasuk mahu meletakkan pelajaran dalam bahasa Cina setaraf pendidikan dalam bahasa kebangsaan menguatkan lagi persepsi ini. PKR pula lagi mengelirukan. Ia banyak bergantung pada individu tertentu di dalam parti itu. Dengan gabungan ketiga-tiga parti tersebut yang dikenali sebagai Pakatan Rakyat (PR), tujuan mereka untuk ke Putrajaya adalah sedikit pelik kerana mereka tidak langsung mempunyai ciri asas persamaan dalam ideologi mereka. Apakah yang menyebabkan mereka bersama apabila DAP terang- terangan menentang idea PAS tentang negara Islam? Apakah daya tarikan antara PAS dengan DAP yang berbeza ini? Ataupun adakah kuasa 'nafsu untuk berkuasa' yang menjadi tarikan untuk dua parti politik ini?

    Oleh
    Dr Chandra Muzaffar
    Nota: Penulis seorang akademik dan intelek terkemuka Malaysia dan pernah menjadi timbalan presiden Parti Keadilan Rakyat. Makalah ini sedutan tulisannya di 'Mingguan Malaysia' Ahad lalu.


  • SURAT BUAT KELOMPOK-KELOMPOK DAKWAH


    Agama Adalah Nasehat
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Agama adalah nasehat, kami (para sahabat) bertanya : Untuk siapa wahai Rasulullah ? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Untuk Allah, Kitab-Naya, Rasul-Nya, dan untuk para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang muslim. (HR.Muslim).
    Sabagai aplikasi sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, maka saya ingin menyampaikan nasehat kepada seluruh kelompok dakwah islam, agar senantiasa berpegang teguh dengan al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih berdasarkan pemahaman para ulama salaf, seperti : para sahabat, tabi’in, para imam mujtahidin dan orang-orang yang senantiasa meniti jejak mereka.
    Kepada Kelompok Sufi

    1. Nasehat saya kepada mereka agar mengesakan Allah dalam berdoa dan isti’anah (minta pertolongan), sebagai bentuk perwujudan dari firman Allah : “Hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah : 5). Dan Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Doa adalah ibadah”. (HR.Tirmidzi dan beliau berkata : Hadits hasan shahih).
    Wajib bagi mereka untuk meyakini bahwa Allah ada di atas langit, sebagaimana firman-Nya : “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) dilangit bahwa Dia akan menjungkir balikan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” (QS. Al-Mulk : 16)
    Ibnu Abbas berkata : Dia adalah Allah (sebagaimana tersebutkan Ibnul Jauzi dalam tafsirnya).
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah kalian percaya kepadaku, padahal saya adalah kepercayaan Dzat yang di langit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
    2. Hendaklah mereka senantiasa mendasari dzikir-dzikir mereka dengan apa yang ada dalam al-Qur’an dan sunnah (yang sholih –ed) serta amalan para sahabat.
    3. Jangan sekali-kali mendahulukan ucapan syaikh-syaikh melebihi firman Allah dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat:1).
    Yakni, jangan sekali-kali kalian mendahulukan ucapan atau perbuatan siapapun melebihi firman Allah dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (tafsir Ibnu Katsir).
    4. Hendaklah mereka beribadah dan berdo’a kepada Allah dengan rasa takut dari siksa neraka-Nya dan berharap akan surga-Nya. Firman Allah ta’ala :Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).” (QS. Al-A’raf : 56).
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Saya meminta kepada Allah surga dan berlindung dengan-Nyadari neraka.” (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).
    5. Mereka harus meyakini, bahwa makhluk pertama dari kalangan manusia adalah Nabi Adam ‘alaihi wa sallam, dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk keturunannya, dan semua manusia adalah adalah anak keturunannya, yang Allah ciptakan dari tanah. Allah ta’ala berfirman : “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani.” (QS. Hgafir : 67).
    Tidak ada satu dalilpun yang menunjukan bahwa Allah menciptakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari nur (cahaya-Nya), bahkan yang masyhur bagi semua, bahwa Allah menciptakannya dari kedua orang tuanya.
    Kepada Jama’ah Tabligh
    1. Nasehat saya kepada mereka, agar perpegang teguh dalam dakwahnya dengan al-Qur’an dan sunnah yang shahih, dan hendaklah mereka belajar al-Qur’an, tafsir, dan hadits. Sehingga dakwah mereka benar-benar berdasarkan ilmu, sebagaimana firman Allah ta’ala : Katakanlah : “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata.(QS.Yusuf : 108).
    Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya ilmu (bisa diperoleh) hanya dengan belajar.” (Hadits hasan, lihat shahihul jami)
    2. Mereka harus berpegang teguh dengan hadits-hadits yang shahih dan menjauhi hadits-kadits yang dhaif (lemah) dan maudu’ (palsu), sehingga mereka tidak masuk pada yang disinyalir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Cukup seseorang dikatakan berdusta jika menceritakan semua apa yang didengarnya. (HR.Muslim).
    3. Kepada al-Ahbab (orang-orang yang saya cintai) agar tidak memisahkan antara amar ma’ruf dan nahi munkar, karena Allah banyak menyebutkan secara bersamaan dalam ayat-ayat al-Qur’an, seperti firman Allah ta’ala :Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepadayang ma’ ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran : 104).
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga punya perhatian serius dan memerintahkan kamum muslimin untuk merubah kemungkaran, sebagaimana sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran hendaklah merubah dengan lisannya, dan apabila tidak mampu, maka hendaklah merubah dengan lisannya, dan apabila tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman. (HR.Muslim)
    4. Hendaklah mereka memperhatikan dakwah kepada tauhid dengan serius, dan mendahulukannya atas yang lainnya, demi mengamalkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Jadikanlah per tama kali yang kalian dakwahkan kepada mereka adalah syahadat (kalimat tauhid) la ilaha illallah.” (HR.Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sampai mereka (benar-benar) mentauhidkan Allah.(HR.Bukhari).
    “Mentauhidkan Allah”, maksudnya adalah : mengesakan Allah dalam semua jenis ibada, lebih-lebih dalam hal Do’a, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Do’a adalah Ibadah,” (HR.Tirmidzi. Beliau berkata : Hadits ini hasan shahih).
    Kepada Kelompok Ikhwanul Muslimin
    1. Hendaklah mereka mengajarkan kepada anggota kelompoknya tauhid dan macam-macamnya, yakni : tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma dan sifa, karena itu adalah masalah yang sangat urgent yang berpengaruh pada terwujudnya kebahagiaan individu maupun masyarakat, dari pada sibuk dalam politik praktis dan yang mereka sangka seperti fiqih waki’ (realita –ed). Ini bukan berarti buta dengan keadaan dunia dan manusia, tapi tidak berlebi-lebihan dengannya dan tidak pula menyepelekannya.
    2. Hendaklah mereka menjauhi pemikiran-pemikiran Sufi yang menyelisihi akidah islam, karene banyak kita jumpai dalam kitab-kitab mereka akida-akidah sufi yang batil :
    a. Lihatlah pimpinan mereka di Mesir, yaitu Umar Tilmisani yang banyak menyebutkan dalam bukunya “Syahidul Mihrab” akidah-akidah Sufi yang sangat membahayakan. Di samping membolehkan belajar musik.
    b. Inilah Sayyid Quthub, menyebutkan dalam kitabnya “Dzilalul Qur’an” akidah Sufi wihdatul wujud pada awal surat al-Hadid, dan lain sebagainya dari takwil-takwil yang batil. Sungguh saya telah menyampaikannya kepada saudaranya sendiri, yaitu Muhammad Qutub agar mengomentari kesalahan-kesalahan aqidah, karena ia adalah penanggung jawab penerbitan “as-Syuruq”, akan tetapi dia menolaknya dan mengatakan : Saudara saya sendiri yang akan menanggungnya. Dan saikh Abdul Latif Badr, penanggung jawab majalah at-Tau’iyah di Mekah menyarankan kepadaku agar saya mendatanginya lagi.
    c. Lihatlah Said Hawa, beliau menyebutkan dalam kitabnya “Tarbiyahtuna ar-Ruhiyat” akidah-akidah Sufi, sebagaimana sudah disebutkan diawal kitab2.
    d.Dan lihatlah pula syaikh Muhammad al-Hamid dari Siria, dia menghadiahkan kepadaku buku yang berjudul “Rudud Ala Abatil”. Dalam buku ini ada pembahasan-pembahasan yang baik, seperti pengharaman rokok dan lainnya. Akan tetapi dia juga menyebutkan bahwa di sana ada Abdal, Aqthab dan Aghwats3, tapi tidaklah dinamakan al-Ghauts kecuali apabila bisa dimintai pertolongan!!!. Padahal meminta kepada al-Ghauts dan al-Aqthab adalah termasuk syirik yang menghapus amalan. Dan ini adalah pemikiran Sufi yangbatil yang diingkari oleh syariat Islam.
    3.Jangan sampai mereka dengki kepada saudara-saudara mereka dari salafiyyah yang senantiasa berdakwah kepada tauhid dan memerangi bid’ah, serta berhukum kepada al-Qur’an dan sunnah, sebab mereka adalah bersaudara. Allah ta’ala berfirman : “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al-Hujurat : 10). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.(HR.Bukhari dan Muslim).
    Kepada Salafiyun dan Ansharussunah al_Muhammadiyah
    1.Wasiat saya kepada mereka agar senantiasa konsisten dalam berdakwah kepada tauhid, berhukum dengan apa yang Allah turunkan, dan perkara-perkara penting lainnya.
    2.Hendaklah mereka bersikap lemah lembut dalam berdakwah, bagaimanapun lawan yang dihadapinya. Sebagaimana perwujudan firman Allah :Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl:125). Dan firman Allah kepada Nabi Musa dan Harun : “Pergilah kamu berdua kepada Fir ‘aun sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS.Toha :43-44). Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barang siapa yang tercegah dari sifat lemah lembut, niscaya ia tercegah dari segala kebaikan”. (HR.Musliam).
    3.Hendaklah mereka sabar terhadap gangguan yang menimpa mereka, karena Allah selalu menyertai mereka dengan pertolongan dengan memberikan kekuatan kepada mereka. Allah ta’ala berfirman : “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan per tolongan Allah, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka, dan jangan kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipudayakan. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertawakal dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl : 127-128). Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka lebih utama dari pada orang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka.” (Hadits shahih riwayat Imam Ahmad dll).
    4.Orang-orang salafi jangan sampai beranggapan bahwa jumlah orang-orang yang menyelisihi mereka sedikit. Karena Allah ta’ala berfirman : Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.(QS.Saba’ : 13). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Beruntunglah bagi orang-orang yang asing. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya siapa mereka ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Mereka adalah orang-orang shaleh yang sedikit di tengah-tengah manusia yang rusak lagi banyak, yang bermaksiat kepada mereka lebih banayak dari pada yang taat kepada mereka. (HR.Imam Ahmad dan Ibnul Mubarak).
    Kepada Hizbut Tahrir
    1.Wasiat saya kepada mereka, agar menegakkan hukum islam dan ajarannya pada diri-diri mereka, sebelum menuntut orang lain untuk menegakannya. Sekitar 20 tahun yang lalu, pernah ada 2 orang pemuda dari mereka yang mengunjungiku di Syiria, dalam keadaan dicukur jenggotnya. Dari keduanya tercium bau rokok, dan meminta kepadaku diskusi dan bergabung dengan mereka. Maka saya katakan kepada mereka, kalian mencukur jenggot dan menghisap rokok, padahal keduannya adalah haram menurut syariat. Dan kalian juga membolehkan jabat tangan dengan lawan jenis (yang bukan mahramnya –ed), padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :Dituduknya jarum dari besi pada kepala seorang diantara kalian itu lebih baik dari pada menyentuh perembuan yang tidak halal baginya.” (HR.Thabrani). Kedua pemuda tersebut berkata : Diriwayatkan dalam shahih bukhari, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berjabat tangan dengan wanita ketika baiat ?. Maka saya katakana : Tolong besok datangkan kepadaku haditsnya. Maka setelah itu keduannya pergi dan tidak kembali lagi, karena keduanya berbohong. Karena Imam Bukhari sama sekali tidak menyebutkan yang demikian, tapi hanya menyebutkan baiat kepada para wanita dengan tanpa jabat tangan. Tapi sungguh aneh sebagian Ikhwanul Muslimin –juga- membolehkan jabat tangan dengan lawan jenis (yang bukan mahramnya –ed).
     Seperti syaikh Muhamad al-Ghazali dan Yusuf al-Qardhawi sebagaimana yang saya katakan ketika saya berdialog dengannya. Dia berdalih dengan hadits seorang budak yang menarik tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memenuhi kebutuhannya. (HR.Bukhari). Saya katakan : Cara pengambilan dalilnya tidak benar, karena Jariyah (budak perempuan) ketika menarik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyentuh tangannya tapi hanya menyentuh lengan baju yang ada ditangannya Karena ‘Asyah berkata :”Sekali-kali tidak, demi Allah “Tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan perempuan sedikitpun dalam baiat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah membaiat mereka (para wanita) kecuali dengan ucapannya : Sungguh saya telah membaiat kamu atas yang demikian itu.(HR.Bukhari). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya saya tidak pernah berjabatan tangan dengan perempuan.” (HR.Tirmidzi dan beliau berkata : hadits ini hasan shahih)
    2.Saya pernah mendengan ceramah seorang syaikh dari Hizbut Tahrir di Yordania yang membahas tentang para pemimpin yang tidak berhukum dengan dengan hukum Allah. Akan tetapi, takkala saya mendatangi rumahnya, mertuannya mengadu tentang dia kepadaku sambil mengatakan : Sesungguhnya syaikh tadi telah memukul istrinya sampai mengenai matanya dan membekas. Maka saya katakanan kepadanya (syaikh) : Sesungguhnya kamu menuntut para pemimpin untuk menegakkan syariat Allah, tetapi kamu tidak menegakkan syariat dalam rumahmu, apakah benar bahwa engkau telah memukul istrimu sampai mengenai matanya ? maka ia menjawab : Iya, betul tapi hanya pukulan ringan dengan gelas teh.!!. Maka saya katakana ke padanya : Praktekkanlah Islam pada dirimu dulu, kemudian setelah itu tuntutlah orang lain untuk mempraktekkannya. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanaya, apa hak istri atas suami ? beliau menjawab : Engkau memberinya makan apabila engkau makan, memberi baju apabila engkau mamakai baju, jangan memukul wajah, jangan menjelek-jelekannya dan jangan engkau menghajr (pisah ranjang) kecuali didalam rumah.” (Hadits shahih riwayat al-arba’ah : Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I fan Ibnu Majah). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :Apabila seseorang diantara kalian memukul budaknya hendaklah ia menjauhi wajah”. (Hadits hasan riwayat Abu Daud).
    Kepada Jamaah Jihad
    1. Nasehat saya kepada mereka agar lembut dalam dakwah dan jihad mereka, lebih-lebih kepada para pemimpin. Sebagaimana firman Allah kepada Nabi Musa ketika mengutusnya kepada Fir’aun yang kafir : “Dan katakanlah (kepada Fir’aun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan).” (QS. An-Nazi’at: 18). Juga firman Allah : “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kapadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Toha: 43-44). Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang tercegah dari sifat lemah lembut, niscaya ia tercegah dari segala kebaikan.” (HR.Muslim).
    2. (Hendaklah -ed) memberikan nasehat kepada kaum muslimin dan pemimpin mereka, dengan cara membantu mereka dalam kebaikan, mentaati mereka dalam kebaikan, memerintahkan mereka dengan kebaikan, melarang mereka dan mengingatkan mereka dengan lemah lembut dan tidak keluar menghadap mereka dengan pedang (memberontak), apabila mereka berbuat zholim atau jahat. (Silahkan telaah ucapan al-Khatabi dalam Syarah Arba’in Haditsan). Imam Abu Ja’far at-Thahawi penulis kitab Aqidah Thahawiyah berkata : Kami memandang, tidak boleh keluar dari imam dan para pemimpin kita walaupun mereka berbuat zhalim, tidak mendoakan keburukan kepada mereka, tidak mencabut tangan dari ketaatan pada mereka. Dan kami memandang, bahwa taat kepada mereka adalah bagian dari ketaatan kepada Allah ta’ala dan wajib mentaati mereka selama tidak memerintahkan maksiat. Bahkan kami senantiasa mendoakan kepada mereka dengan kebaikan dan keselamatan.
    a. Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa’: 59).
    b. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang taat kepadaku maka sungguh ia telah taat kepada Allah. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka sungguh ia telah bermaksiat kepada Allah. Dan barang siapa taat kepada amir, berarti ia taat kepadaku, dan barangsiapa bermaksiat kepada amir berarti ia bermaksiat kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
    c. Dari Abu Dzar r.a beliau berkata : “Kekasihku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepada ku agar saya mendengar dan taat kepada pemimpin walaupun ia seorang budak Ethiopia lagi cacat anggota tumbuhnya.” (HR. Muslim).
    d. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :Bagi tiap orang wajib mendengar dan taat (kepada pemimpin) pada saat senang dan benci, kecuali apabila diperintah untuk bermaksiat, maka apabila dipertahankan untuk maksiat maka tidak boleh mendengar dan taat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
    e. Dari Khudzaifah bin Yaman r.a beliau berkata : Orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan saya bertanya kepadanya tentang kejelekan karena khawatir akan menimpaku, saya bertanya: Wahai Rasulullah, kita dahulu berada dalam jahiliyah dan kejelekan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kita. Apakah setelah kebaikan ini akan ada kejelekan? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Iya ada. Saya bertanya : Apakah setelah kejelekan akan datang kebaikan lagi ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Iya ada, tapi didalamnya terdapat dakhan. Saya bertanya : Apa dakhannya ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Yaitu ada suatu kaum yang mengambil dengan selain sunnahku dan mengambil petunjukku. Engkai mengetahui mereka dan engkau mengingkarinya. Saya bertanya : Apakah setelah kebaikan seperti ini akan ada kejelekan ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Iya, yaitu para da’i yang mengajak ke pintu-pintu beraka Jahanam. Siapa yang menyambutnya niscaya akan dilemparkan kedalamnya. Saya bertanya : Wahai Rasulullah, jelaskan kepada kita ciri-ciri mereka : Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Mereka adalah, kaum dari bangsa kita dan berbicara dengan bahasa kita. Saya bertanya : Wahai Rasulullah, bagaimana nasehatmu jika kita mendapati yang demikian itu ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Engkau konsisten bersama jama’ah kaum muslimin dan imam mereka. Saya bertanya : Bagaimana jika tidak ada jama’ah dan tidak pula imam ? Beluai Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Tinggal kan seluruh kelompok-kelompok yang ada, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai ajal menjemputmu dan engkau dalam keadadan demikian.(HR. Bukhari dan Muslim).
    f. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdaBarang siapa melihat pada amirnya suatu yang ia benci, hendaklah ia sabar, karena barangsiapa yang memisahkan diri satu jengkal dari jama’ah dan ia mati, maka matinya dalam keadaan jahiliyah.” (HR.Bukhari dan Muslim).
    g. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sebaik-baik pimpinan bagi kalian adalah : Pemimpin yang kalian cintai dan merekapun mencintai kalian. Kalian mendoakan mereka dan merekapun mendoakan kalian. Dan sejelek-jelek pemimpin bagi kalian adalah pemimpin yang kalian benci dan merekapun membenci kalian. Kami bertanya : Wahai Rasulullah apakah kita tidak mengangkat pedang (memberontak) saja pada saat demikian ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : jangan memberontak, selama mereka mendirikan sholat bersama kalian. Ketahuilah, barangsiapa dipimpin wali (pemimpin) dan ia melihatnya bermaksiat kepada Allah, maka hendaklah ia membenci maksiat yang dijalannya, dan jangan sekali-kali mencabut ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim).
    h. Dalil-dalil al-qur’an dan sunnah menunjukan akan wajibnya taat kepada ulil amri selama tidak memerintahkan maksiat. Renungkan lah firman Allah berikut : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa: 59). Kenapa Allah berfirman “dan taatilah ulil amri diantara kamu” dengan pengulangan kata kerja “taatilah”. Ini menunjukkan bahwa ulil amri tidak ditaati dengan sendirinya. Akan tetapi mereka ditaati hanya pada perkara-perkara ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ini juga menunjukan bahwa barangsiapa yang taat kepada Rasul-Nya. Ini juga menunjukkan bahwa barangsiapa yang taat kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka sungguh ia taat kepada Allah, karena Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan memerintahkan yang bukan termasuk ketaatan kepada Allah, karena Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ma’shum (terjaga) dari yang demikian itu. Berbeda halnya dengan penguasa, mereka terkadang memerintahkan kepada yang bukan ketaatan kepada Allah (maksiat), maka tidak boleh ditaati kecuali pada perkara-perkara yang merupakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Adapun perintah untuk taat kepada penguasa walaupun mereka berbuat zhalim, karena keluar dari ketaatan kepada mereka akan mengakibatkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding kezhaliman mereka, bahkan sabar dalam menghadapi kezhaliman mereka akan menghapus kesalahan dan dosa dan menyebabkan pahala dilipatgandakan. Karena Allah tidak akan menjadikan mereka sebagai pimpinan kita, kecuali dengan sebab perbuatan kita sendiri, karena balasan adalah sesuai dengan perbuatan. Maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali beristigfar, bertaubat dan memperbaiki amal perbuatan kita. Allah berfirman : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura : 30). Allah berfirman : “Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi teman bagi sevagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS. Al-An’am : 129). Maka apabila rakyat menginginkan keselamatan dari keburukan pemimpin yang zhalim, hendaklah mereka meninggalkan kezhaliman. (Silahkan lihat Syarah Aqidah ath-Thahawiyah 380-381).
    i. Jihad terhadap para pemimpin kaum muslimin. Yang demikian itu dapat dilakukan dengan cara menyampaikan nasehat kepada mereka dan kepada seluruh jajarannya. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :Agama adalah nasehat. Kami (para sahabat) bertanya : Untuk siapa wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin pada umumnya”. (HR. Muslim).

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat kebenaran disisi pemimpin yang zhalim.” (Hadits hasan riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi).

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, juru selamat dari kezhaliman para hakim yang mereka dari bangsa kita yaitu dengan cara : Kaum muslimin bertaubat kepada Rabb mereka, memperbaiki akidah mereka dan membina diri serta keluarga mereka diatas islam yang murni. Sebagai bentuk perwujudan firman Alah ta’ala : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri“. (QS. Ar-Ra’d : 11). Dan ini pernah disinyalir oleh seorang da’i kontemporer dengan ungkapannya : “Tegakkanlah Negara Islam di dada-dada kalian, niscaya akan tegak di bumi kalian“.

    Demikian pula, dengan cara memperbaiki akidah dalam menegakkan bangunan di atasnya, yaitu masyarakatnya. Allah ta’ala berfirman : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur : 55). (Diringkas dari Kitab Ta’liqat’ala Syarhi Thahawiyah karya syaikh al-Albanu) 
     

    Nasihat umum kepada seluruh kelompok
    Saya sekarang sudah tua renta, umur saya sekarang telah mencapai 70 tahun, dan saya mengharapkan kebaikan bagi semua kelompok, oleh karena itu untuk mengamalkan hadits nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Agama itu nasehat”, saya ingin menyampaikan bebrapa nasehat ini :
    1.Agar semua kelompok berpegang teguh dengan al-Qur’an dan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bentuk ketaatan terhadap firman Allah : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan jangan kamu bercerai-berai..”(QS.Ali Imran : 103). Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Telah saya tinggalkan kepada kalian dua perkara, selama kalian berpegang teguh dengan kedudukannya, maka tidak akan tersesat, yaitu (kitabullah al-Qur’an dan sunnah Nabinya Shallallahu ‘alaihi wa sallam).” (HR.Malik dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami).
    2.Apabila jama’ah-jama’ah yang ada berselisih, hendaknya mereka kembali kepada al-Qur’an fan hadits serta amalan para sahabat, Allah ta’ala berfirman : “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kemu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya,”(QS.An-Nisa : 59). 
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnahnya para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, berpegang teguhlah dengannya.” (Hadits shohih riwayat Imam Ahmad).
    3.Hendaklah mereka memperhatikan dakwah tauhid yang menjadi prioritas dan pusat perhatian al-Qur’an. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwahnya kepada tauhid dan memerintahkan para sahabatnya agar memulai dengannya.
    4.Sesungguhnya saya telah masuk dan bergaul dengan kelompok-kelompok dakwah islam, dan saya lihat bahwa dakwah salafiyahlah yang konsisten dengan al-Qur’an dan sunnah menurut pemahaman salafus shaleh, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam para sahabatnya dan para tabiin. Dengan sungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi isyarat tentang kelompok tang satu ini dalam sabdanya :Ketahuilah bahwasanya orang-orang sebelum kamu dari ahlikitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umat ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua di dalam neraka dan yang satu di surga yaitu al-Jama’ah.” (HR.Ahmad dan dinyatakan holeh al-Hafidz Ibnu Hajar). “Semua di dalam neraka kecuali satu yaitu apa yang saya dan para sahabatku ada diatasnya.” (HR.Tirmidzi dan dihasankan oleh al-Albani).
     Dalam hadits diatas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita, bahwasanya orang yahudi dan nasrani berpecah belah menjadi lebih banyak dari mereka, dan kelompok-kelompok yang banyak ini terancap masuk neraka, karena menyimpangnya dan jatuhnya dari kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya. Dan bawasanya hanya satu kelompok yang selamat dari neraka dan masuk surga, yaitu al-Jama’ah (kelompok yang berpegang teguh dengan al-Qur’an dan sunnah serta amalan para sahabat). Keistimewaan dakwah salafiyah adalah dakwah kepada tauhid, memerangi syirik, mengetahui hadits-hadits yang shahih dan memperingatkan umat dari hadits yang dha’if (lemah) dan maudhu’ (palsu), serta memahami hukum-hukum syariat dengan dalil-dalilnya. Dan ini sungguh sangat penting bagi setiap muslim. Oleh karena itu, saya menasehati seluruh saudara-saudaraku kaum muslimin, agar senantiasa konsisten dengan dakwah salafiyah, karena dakwah tersebut adalah dakwah yang selamat dan kelompok yang mendapat pertolongan. 
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    Akan senantiasa ada dari umatku satu kelompok yang tanpak diatas kebenaran, tidak memudharatkan mereka orang yang menghinakan mereka sampai dating urusan Allah.” (HR.Muslim).

    Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk kelompok yang selamat dan mendapat pertolongan.
    ____________________
    Note:
    1. Dialihbahasakan oleh Abdurrahman Hadi Lc. Dari kitab “Kaifa Ihtadaitu ila at-Tauhid wa ash-Shiratil Mustaqim”
    2. Kitab “Kaifa Ihtadaitu ila at-Tauhid wa ash-Shiratil Mustaqim oleh syaikh Muhammad bin Jamil Zainu.
    3. Inilah gelar-gelar sufi atas orang-orang yang dianggap wali yang mewakili Allah di bumi (Abdal), menguasi daerah-daerah tertentu (Aqthab) atau yang biasa dimintai pertolongan (al-Ghauts)-ed.
    [Disalin dari majalah Adz-Dzakhiirah Vol.6 No.6 Edisi 38 - 1429H]
    Oleh : Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu