Monday, December 6, 2010

Hijrah Kepada Allah dan Rasul-Nya




Hijrah berasal daripada kalimah Arab yang memberi makna berpindah dari satu daerah ke satu daerah lain. Hijrah boleh ditafsirkan sebagai satu perubahan lokasi secara zahir dari titik A menuju ke titik B. ia juga boleh menjelaskan perpindahan bersifat kejiwaan, rohani atau apa-apa jua situasi yang lebih abstrak daripada itu. Apa yang penting, unsur yang perlu ada dalam amalan berhijrah ialah berlakunya perubahan kedudukan berbanding dengan tempat atau keadaannya yang asal sama ada secara ruhi ataupun jasadi (fizikal)

Di dalam lipatan sejarah, Allah s.w.t. telah mentakdirkan satu peristiwa hijrah besar dan agung berlaku 1420 tahun lalu melibatkan junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w. serta para sahabat r.a. dari kota Mekah menuju ke Madinah al-Munawwarah. Sebelum hijrah besar-besaran ini, telah berlaku satu penghijrahan kecil melibatkan para sahabat r.a. dari Mekah ke Habsyah.


Di dalam Risalah Tabukiyah, Imam Ibnul Qoyyim membagi hijrah menjadi 2 macam.

Pertama, hijrah dengan hati menuju Alloh dan Rosul-Nya. Hijrah ini hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap orang di setiap waktu.

Macam yang kedua yaitu hijrah dengan badan dari negeri kafir menuju negeri Islam.


Diantara kedua macam hijrah ini hijrah dengan hati kepada Alloh dan Rosul-Nya adalah yang paling pokok.


Hijrah Dengan Hati Kepada Allah

Alloh berfirman, “Maka segeralah (berlari) kembali mentaati Alloh. (Adz Dzariyaat: 50)

Inti hijrah kepada Allah ialah dengan meninggalkan apa yang dibenci Allah menuju kepada apa yang dicintai-Nya.


Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Seorang muslim ialah orang yang kaum muslimin lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan seorang muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhori dan Muslim)


Hijrah ini meliputi dari’ dan menuju’:

>>Dari kecintaan kepada selain Alloh menuju kecintaan kepada-Nya,

>>dari peribadahan kepada selain-Nya menuju peribadahan kepada-Nya,

>>dari takut kepada selain Alloh menuju takut kepada-Nya.

>>Dari berharap kepada selain Alloh menuju berharap kepada-Nya.

>>Dari tawakal kepada selain Alloh menuju tawakal kepada-Nya.

>>Dari berdo’a kepada selain Alloh menuju berdo’a kepada-Nya.

>>Dari tunduk kepada selain Alloh menuju tunduk kepada-Nya.


Inilah maknanya apabila Allah menyatakan ,

“Maka segeralah kembali pada Alloh.” (Adz Dzariyaat: 50).


Hijrah ini merupakan tuntutan syahadat Laa ilaha illalloh.


Hijrah Dengan Hati Kepada Rasulullah

Alloh berfirman,

Maka demi Robbmu (pada hakikatnya) mereka tidak beriman hingga mereka menjadikanmu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan di dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An Nisaa’: 65)


Hijrah ini sangat berat. Orang yang menitinya dianggap orang yang asing diantara manusia sendirian walaupun tetangganya banyak. Dia meninggalkan seluruh pendapat manusia dan menjadikan Rosululloh sebagai hakim di dalam segala perkara yang diperselisihkan dalam seluruh perkara agama. Hijrah ini merupakan tuntutan syahadat Muhammad Rasululaoh.



Pilihan Allah dan Rasul-Nya itulah satu-satunya pilihan

Allh berfirman,

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al Ahzab: 36)


Dengan demikian seorang muslim yang menginginkan kecintaan Alloh dan Rosul-Nya,tidak ragu-ragu bahkan merasa mantap meninggalkan segala perkara yang melalaikan dirinya dari mengingat Alloh. Dia rela meninggalkan pendapat kebanyakan manusia yang menyelisihi ketetapan Alloh dan Rosul-Nya walaupun harus dikucilkan manusia.


Seorang ulama’ salaf berkata,

Ikutilah jalan-jalan petunjuk dan janganlah sedih karena sedikitnya pengikutnya. Dan jauhilah jalan-jalan kesesatan dan janganlah gentar karena banyaknya orang-orang binasa (yang mengikuti mereka)."


(Disadur dari majalah As Sunnah edisi 11/VI/1423 H)

***

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id

No comments:

Post a Comment