Friday, December 7, 2012

Faedah-Faedah yang Boleh Diambil (namun tidak terbatas) Dari Nasehat Asy-Syaikh Abu Abdillah Khalid ibn Abdillah Azh Zhufairi Adh Dhahlawi Hafizullah :




Faedah-Faedah yang Boleh Diambil (namun tidak terbatas) Dari Nasehat Asy-Syaikh Abu Abdillah Khalid ibn Abdillah Azh Zhufairi Adh Dhahlawi Hafizullah :

1) Semangat Ahlus Sunnah yang dipimpin para ulama dalam membantah kesalahan serta

memperingatkan bahayanya dan bahaya pelakunya dalam rangka menjaga agama Allah dan melindungi kaum muslimin dari kesesatan.

2) Tazkiyah atau pujian ulama terhadap seseorang berlaku selama orang tersebut tetap istiqamah di atas kebenaran.

3) Orang-orang yang sekarang di atas As-Sunnah tidak ada jaminan selamat dari penyimpangan.

4) Tidak boleh menerima kenyataan dengan sikap dewasa berupa berjatuhannya orang-orang yang dahulu di atas kebenaran, terkhusus orang yang dia cintai dan dia kagumi, menunjukkan tidak ikhlashnya seseorang kerana hakikatnya dia tidak mencintai dan membenci kerana Allah. Hal itu bertentangan dengan sunnatullah berupa terus menerusnya ujian hingga seorang hamba berpisah dengan dunia ini.

5) Baik buruknya seseorang secara lahiriyah dinilai pada akhir hayatnya.

6) Kebenaran tidak dinilai oleh individu tertentu, tetapi orang tersebutlah yang dinilai dengan kebenaran.

7) Pentingnya mempelajari kitab-kitab akidah salafiyah dengan bimbingan para ulama kibar dengan penuh perhatian serta semangat untuk mendapatkan pemahaman dan ilmu-ilmu yang benar.

8) Meremehkan atau merasa bosan mengulang-ulang dalam mempelajari kitab-kitab akidah salafiyah -walaupun yang ringkas seperti Al-Ushul Ats-Tsalatsah- dengan bimbingan ulama akan menyebabkan penyimpangan.

9) Merasa bosan terhadap banyaknya bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyelisihi al-haq disebabkan kerana tidak memahami kaedah-kaedah salafiyyah di dalam membantah orang yang menyelisihi al-haq.

10) Manhaj salaf bukanlah wilayah yang dikuasai oleh para ulama sehingga tidak benar jika mereka boleh memasukkan siapa yang mereka inginkan ke dalam kerajaan mereka dari orang-orang yang mereka cintai dengan hawa nafsu mereka, dan tidak benar jika mereka juga boleh mengeluarkan darinya siapa saja yang mereka kehendaki dari orang-orang yang mereka benci.

11) Sebahagian orang yang membela seseorang yang telah menyimpang yang dibantah oleh Ahlus Sunnah, tidak membaca bantahan-bantahan tersebut dan tidak memahaminya. Mereka hanya mendengar berbagai syubhat dari sana sini dan mereka menutup mata dari memperhatikan bantahan Ahlus Sunnah yang ditulis dengan ilmiah.

12) Di setiap zaman ada sekelompok ulama yang menyibukkan diri dengan jarh wa ta’dil, sementara ulama yang lainnya tidak melakukannya. Namun kelompok yang ini tidak mencela yang itu dan kelompok yang itu tidak mencela yang ini.

13) Ingkarul munkar hukumnya fardhu kifayah, sehingga orang yang tidak mampu melakukannya tidak boleh mengingkari orang lain yang melakukannya, seperti tidak bolehnya mengingkari shalat jenazah. Justru harus mensyukurinya kerana orang yang melakukannya berarti telah menggugurkan kewajiban tersebut dari orang lain.

14) Sebahagian manusia mengingkari sebuah masalah hanya dengan timbangan perasaan dan tidak dengan timbangan ilmiah.

15) Sebahagian manusia yang mengingkari bantahan Ahlus Sunnah terhadap orang yang menyimpang kerana dengan perasaannya dia menganggap bahwa orang yang dibantah tersebut terzhalimi, sebagaimana orang yang dibantah tersebut mengesankan kepada para pembelanya bahwa dia adalah orang yang terzhalimi.

16) Membagi para ulama Ahlus Sunnah di masa ini menjadi tiga macam: kelompok yang ghuluw di dalam membela al-haq, kelompok yang meremehkan dan kelompok yang pertengahan, adalah pembagian yang batil yang dibangun di atas pendapat dan hawa nafsu.

17) Seorang ulama yang mendapatkan persaksian dalam ilmu dan manhajnya yang benar serta memiliki kaki yang kokoh dalam ilmu jarh wa ta’dil, kemudian salah di dalam memjarh seseorang, tidak boleh menuduhnya ghuluw semata-mata kerana kesalahannya.

18) Ahlus Sunnah jika membantah Ahlus Sunnah yang keliru dalam sebuah masalah, bukanlah tujuan utamanya untuk menjatuhkannya.

19) Ahlus Sunnah yang berani terang-terangan menyampaikan al-haq dan mentahdzir orang-orang yang menyelisihi As-Sunnah serta membabat syubhat-syubhat mereka dan membantahnya akan menyebabkan dia dimusuhi lebih besar dibandingkan permusuhan terhadap Ahlus Sunnah yang lainnya.

20) Ahlus Sunnah tidak boleh membantah seorang pun kecuali dengan hujjah dan bukti.

21) Sikap diam sebagian ulama yang tidak membantah seseorang yang menyimpang bukan hujjah yang dengannya para ulama yang lain yang membantah dituduh bahwa mereka di atas manhaj yang ghuluw di dalam melakukan jarh!?

22) Sikap diam sebagian Ahlus Sunnah yang tidak membantah seseorang yang menyimpang bukan hujjah yang menunjukkan bahwa orang yang menyimpang tersebut di atas kebenaran, jika telah ada Ahlus Sunnah yang lain yang membantahnya secara ilmiah.

23) Tazkiyah para ulama berdasarkan apa yang mereka ketahui secara lahiriyah, jika kemudian orang yang ditazkiyah menyimpang, yang tercela adalah orang yang menyimpang tersebut dan bukan ulama yang mentazkiyahnya, karena mereka tidak mengetahui perkara yang ghaib dan ketika itu tazkiyah tersebut sudah tidak berlaku lagi.

24) Jika seorang secara pasti telah melakukan perbuatan yang bisa menjatuhkan dirinya sendiri dan terbukti di dalam kitab-kitab atau di majelis-majelisnya, dia boleh disalahkan, atau ditahdzir, atau bahkan divonis mubtadi, sesuai dengan keadaannya walaupun dia dahulu diakui sebagai ulama, seperti; Safar, Salman dan Aidh, Abul Hasan Al-Ma’riby, Falih Al-Harby, Al-Maghrawy, Ibnu Jibrin, Ibrahim Ar-Ruhaily, Ali Al-Halaby dan yang lainnya.

25) Hendaklah Ahlus Sunnah mendidik diri mereka dan keluarga mereka di atas akidah yang benar dan manhaj yang lurus.

26) Wajibnya diam dan haram berbicara ke sana ke mari dengan hawa nafsu dan pendapat sendiri, seperti (namun tidak terbatas) dengan cara menodai kehormatan para ulama tanpa ilmu dan tanpa hujjah. Sebagaimana tuduhan hizbiyyun terhadap ulama Ahlus Sunnah.

27) Besarnya terkabulnya harapan & kebutuhan kita kepada Allah Ta’ala agar menampakkan al-haq kepada kita sebagai kebenaran dan memberi kita kekuatan untuk mengikutinya serta agar menampakkan kebatilan kepada kita sebagai kebatilan serta memberi kita kekuatan untuk menjauhinya. (wallahu a’alam)

http://goo.gl/02nBb
 

No comments:

Post a Comment