Makna Dan Hakikat Tabaruk
------------------------------ ---------
Al Laits menafsirkan kata tabarakallah (ﺗﺒﺎﺮﻚﺍﷲ) adalah pemuliaan dan pengagungan. Az Zajaj mengatakan tentang firman Allah :
“Inilah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi. ” Kata Al Mubarak
(yang diberkahi) maknanya adalah apa-apa yang mendatangkan kebaikan yang
banyak. Ar Raghib berkata : “Barakah berarti tetapnya kebaikan Allah
terhadap sesuatu. ”
Ibnul Qayim berkata : “Barakah berarti
kenikmatan dan tambahan. Sedangkan hakikat barakah adalah kebaikan yang
banyak dan terus menerus yang tidak berhak memiliki sifat tersebut
kecuali Allah tabaraka wa ta’ala. ”
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
berkata : “Barakah berarti kebaikan yang banyak dan tetap. Diambil dari
kata al birkah (ﺍﻠﺑﺮﻜﺔ) yang berarti tempat terkumpulnya air (kolam).
Dan tabaruk berarti mencari barakah. ”
Untuk lebih jelas maka perlu
diketahui beberapa perkara sebagai berikut :
1. Bahwasanya
barakah itu semuanya datang dari Allah, baik dalam hal rezki,
pertolongan, kesembuhan, dan lain-lain. Maka tidak boleh meminta barakah
kecuali kepada Allah karena Dia-lah Pemberi Barakah.
Di antara dalil
tentang hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam
Shahih-nya dari Ibnu Mas’ud radliyallahu 'anhu, ia berkata :
" Kami
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan.
Ketika itu persediaan air sedikit. Maka beliau bersabda : “Carilah sisa
air!” Para shahabat pun membawa bejana yang berisi sedikit air. Lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memasukkan tangan beliau ke
dalam bejana tersebut seraya bersabda : “Kemarilah kalian menuju air
yang diberkahi dan berkah itu dari Allah. ” Sungguh aku (Ibnu Mas’ud)
melihat air terpancar di antara jari-jemari Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam. (HR. Bukhari dengan Fathul Bari 6/433)
Kalau sudah
jelas bahwa barakah itu dari Allah, maka memintanya kepada selain Allah
adalah perbuatan syirik seperti meminta rezki, mendatangkan manfaat
serta menolak mudlarat kepada selain Allah.
Tidak diragukan lagi bahwa
barakah itu termasuk kebaikan, sedang kebaikan itu semuanya dari Allah
seperti sabda Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam :
“Dan kebaikan itu semuanya di tangan-Mu. ” (HR. Muslim dengan syarah An Nawawi 6/57)
2. Sesuatu yang digunakan untuk bertabaruk seperti benda-benda, ucapan,
ataupun perbuatan yang telah jelas ketetapannya dalam syariat,
kedudukannya hanya sebagai sebab bukan yang mendatangkan barakah.
Sebagaimana halnya dengan obat-obatan hanya sebagai sebab bagi
kesembuhan, bukan yang menyembuhkan. Yang menyembuhkan adalah Allah.
Oleh karena itu kita hanya mengharapkan kesembuhan kepada Allah. Dan
terkadang obat tersebut tidak bermanfaat dengan ijin Allah.
Maka yang
disebutkan dalam syariat bahwa padanya terdapat barakah hanya digunakan
sebagai sebab yang kadang-kadang tidak ada pengaruhnya karena tidak
terpenuhi syaratnya atau karena ada penghalang.
Penyandaran barakah
kepadanya termasuk penyandaran sesuatu kepada sebabnya. Sebagaimana
ucapan Aisyah radliyallahu 'anha tentang Juwairiah bintul Harits
radliyallahu 'anha :
“Aku tidak mengetahui seorang perempuan yang
lebih banyak barakahnya daripada dia di kalangan kaumnya. ” (HR. Ahmad,
Musnad 6/277)
Artinya dialah sebagai sebab datangnya barakah dan bukan
dia pemberi barakah.
3. Mencari barakah harus melalui
sebab-sebab yang diperintahkan oleh syariat. Yang menentukan ada atau
tidaknya barakah pada sesuatu hanyalah dalil syar’i. Karena perkara
agama itu dibangun di atas dalil, berbeda dengan perkara dunia yang
dapat diketahui dengan akal melalui pengalaman dan bukti.
4.
Bertabaruk dapat dilakukan dengan perkara yang dapat dicapai dengan
panca indera seperti ilmu, doa, dan lain-lain. Seseorang mendapatkan
kebaikan yang banyak dengan barakah ilmunya yang dia amalkan dan dia
ajarkan.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bertabaruk adalah mencari
barakah dalam hal tambahan kebaikan dan pahala serta semua yang
dibutuhkan seorang hamba dalam urusan agama dan dunianya melalui
sebab-sebab dan cara yang telah ditetapkan dalam syariat. Tabaruk Yang Disyariatkan
A. Bertabaruk Dengan Ucapan Dan Perbuatan
Banyak
ucapan, perbuatan, serta keadaan yang diberkahi jika seorang hamba yang
Muslim melakukannya untuk mencari kebaikan dan barakah melalui sebab
tersebut dengan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam. Dia akan mendapatkan kebaikan dan barakah itu sesuai dengan niat
dan kesungguhannya, jika tidak ada penghalang syar’i yang
menghalanginya.
Di
antara ucapan-ucapan yang mengandung barakah adalah dzikir kepada Allah
dan membaca Al Qur’an. Tidak tersamar lagi bagi seorang Muslim bahwa
dengan dzikir dan membaca Al Qur’an seorang hamba dapat memperoleh
kebaikan serta barakah yang banyak.
Hal ini dijelaskan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah
radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
"Sesungguhnya
Allah memiliki para Malaikat yang biasa berkeliling di jalan mencari
orang-orang yang berdzikir. Jika mereka mendapatkan suatu kaum yang
berdzikir kepada Allah, mereka pun saling memanggil :
“Kemarilah pada
apa yang kalian cari (hajat kalian). ”
Maka para Malaikat pun menaungi
mereka dengan sayap mereka sampai ke langit dunia. Lalu Allah ‘azza wa
jalla bertanya kepada para Malaikat itu sedangkan Allah Maha Tahu : “Apa
yang diucapkan para hamba-Ku?”
Para Malaikat menjawab : “Mereka
bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memuji Engkau. ” Allah bertanya :
“Apakah mereka melihat Aku?” Para Malaikat tersebut menjawab : “Tidak,
demi Allah, mereka tidak melihat Engkau. ”
Allah bertanya lagi :
“Bagaimana sekiranya jika mereka melihat Aku?” Para Malaikat menjawab :
“Sekiranya mereka melihat Engkau, niscaya mereka tambah bersemangat
beribadah kepada-Mu dan lebih banyak memuji serta bertasbih kepada-Mu. ”
Allah bertanya : “Apa yang mereka minta?” Para Malaikat menjawab :
“Mereka minta Surga kepada-Mu. ”
Allah bertanya : “Apakah mereka pernah
melihat Surga?” Para Malaikat menjawab : “Sekiranya mereka pernah
melihatnya, niscaya mereka lebih sangat ingin untuk mendapatkannya dan
lebih bersungguh-sungguh memintanya serta sangat besar keinginan
padanya. ”
Allah bertanya : “Dari apa mereka minta perlindungan?” Para
Malaikat menjawab : “Dari neraka. ” Allah bertanya : “Apakah mereka
pernah melihatnya?” Para Malaikat menjawab : “Tidak, demi Allah, mereka
belum pernah melihatnya. ”
Allah bertanya : “Bagaimana kalau mereka
melihatnya?” Para Malaikat menjawab : “Seandainya mereka melihatnya,
niscaya mereka tambah menjauh dan takut darinya. ”
Allah berfirman :
“Aku persaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka. ”
Seorang di antara Malaikat berkata : “Di antara mereka ada si Fulan yang
tidak termasuk dari mereka (orang-orang yang berdzikir), dia hanya
datang karena ada keperluan. ” Allah berfirman : “Tidak akan celaka
orang yang duduk bermajelis dengan mereka (majelis dzikir). ” (HR.
Bukhari)
Dari
hadits ini diketahui betapa agung barakah dzikir tersebut, ia
mengandung pengampunan dosa-dosa dan jaminan masuk Surga. Bukan hanya
bagi orang-orang yang berdzikir saja, tetapi juga mencakup orang yang
duduk bersama mereka. Sedangkan membaca Al Qur’an termasuk jenis dzikir
yang paling agung. Di dalamnya terdapat barakah dunia dan akhirat yang
tidak ada yang mampu menghitungnya kecuali Allah ‘azza wa jalla.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Bacalah
Al Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang di akhirat nanti memberi
syafaat kepada orang-orang yang membacanya. ” (HR. Muslim)
Di
samping ucapan-ucapan ada pula perbuatan yang mengandung barakah jika
seorang Muslim ber-iltizam dengannya dalam rangka ber-ittiba’
(mengikuti) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dia akan mendapat
barakah yang agung dengan ijin Allah.
Termasuk di antaranya Thalabul
‘Ilmi (menuntut ilmu) serta mengajarkannya dan juga shalat berjamaah.
Demikian pula maju ke medan tempur untuk meraih keutamaan mati syahid di
jalan Allah. Hal ini merupakan amal yang mengandung barakah yang tidak
ada yang lebih agung daripadanya kecuali barakah iman dan barakah
kenabian dan kerasulan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
“Orang
yang mati syahid memiliki enam keutamaan di sisi Allah yaitu : Dia
diampuni pada awal penyerangannya, diperlihatkan tempat duduknya di
Surga, dilindungi dari adzab kubur, merasa aman dari ketakutan yang
dahsyat, diletakkan di atas kepalanya mahkota kehormatan yang permatanya
lebih baik daripada dunia beserta isinya, dinikahkan dengan tujuh puluh
dua bidadari dan (diberi ijin) memberi syafaat kepada tujuh puluh orang
dari keluarganya. ” (HR. Tirmidzi dari Miqdam bin Ma’dikarib,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi 2/132)
Di
samping ucapan dan perbuatan, keadaan-keadaan yang diberkahi antara
lain : Makan bersama dan dimulai dari pinggir, serta menjilat jari
(setelah makan), dan makan secukupnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :
“Berkumpullah
kalian menikmati makanan dan sebutlah nama Allah, kalian akan diberkahi
padanya. ” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Al
Albani dalam Shahih Abi Dawud)
Juga beliau bersabda :
“Barakah
itu akan turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir dan
jangan dari tengah. ” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud) Beliau juga
memerintahkan untuk menjilat jari karena seseorang tidak tahu mana di
antara makanan itu yang mengandung barakah.
Beliau juga bersabda :
“Takarlah makanan itu, kalian akan diberkahi padanya. ” (HR. Bukhari)
Semua
ucapan atau perbuatan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya,
kemudian dilakukan seorang hamba dengan ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti
Sunnah) niscaya akan menjadi penyebab turunnya barakah.
B. Bertabaruk Dengan Tempat
Allah
menjadikan barakah pada beberapa tempat di muka bumi. Barangsiapa
mencari barakah pada tempat tersebut, niscaya dia akan mendapatkannya
dengan ijin Allah, jika dia beramal dengan ikhlas dan mutaba’ah.
Tempat-tempat tersebut antara lain :
1. Masjid-masjid
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Tempat
yang paling dicintai Allah di suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan
tempat yang paling dibenci Allah dalam suatu negeri adalah
pasar-pasarnya. ” (HR. Muslim)
Bertabaruk
dengan masjid bukan dengan mengusap tanah atau temboknya. Karena
tabaruk adalah perkara ibadah maka harus sesuai dengan Sunnah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Mencari barakah melalui masjid-masjid
adalah dengan i’tikaf di dalamnya, menunggu shalat lima waktu, shalat
berjamaah, menghadiri majelis-majelis dzikir di sana, dan
perkara-perkara yang disyariatkan lainnya. Adapun perkara ibadah yang
tidak disyariatkan tidak akan mendatangkan barakah, bahkan termasuk
perbuatan bid’ah.
Di
antara masjid yang memiliki keistimewaan tambahan dalam hal barakah
adalah : Masjidil Haram, Masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, Masjidil Aqsa, dan Masjid Quba’. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda :
“Shalat
di masjidku ini lebih baik seribu kali daripada shalat di masjid yang
lain kecuali Masjidil Haram. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain ada tambahan :
“Dan shalat di Masjidil Haram lebih afdlal seratus kali daripada shalat di masjidku ini. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda beliau pula :
“Tidak
boleh dilakukan perjalanan (jauh) kecuali kepada tiga masjid, yaitu
masjidku ini, masjidil haram, dan masjidil aqsa. ” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Beliau bersabda tentang masjid Quba’ :
“Barangsiapa
bersuci di rumahnya lalu datang ke masjid Quba’ dan shalat padanya
dengan satu shalat maka baginya seperti pahala umrah. ” (HR. Ahmad,
Hakim, An Nasa’i, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam
Shahih Ibnu Majah)
2. Kota Makkah, Madinah, dan Syam
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang Makkah :
“Demi
Allah, engkau (Makkah) adalah bumi Allah yang paling baik dan paling
dicintai-Nya. Sekiranya aku tidak diusir darimu, tidaklah aku akan
keluar. ” (HR. Ahmad, Hakim, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih Ibnu Majah)
Demikian pula Madinah dan Syam, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan :
“Barangsiapa
menginginkan kejelekan terhadap penduduknya (Madinah), Allah akan
menghancurkannya sebagaimana melelehnya garam dalam air. ” (HR. Muslim)
“Berbahagialah
penduduk Syam. ” Kami bertanya : “Kenapa?” Beliau menjawab :
“Sesungguhnya para Malaikat Allah Yang Maha Rahman membentangkan sayap
mereka di atasnya. ” (HR. Ahmad, Hakim, dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir)
Sehingga
orang yang bermukim di Makkah, Madinah, atau Syam dengan mengharap
barakah Allah ‘azza wa jalla pada tempat tersebut, baik dalam hal
tambahan rezki atau dihindarkan dari fitnah, berarti dia telah diberi
taufiq untuk mendapatkan kebaikan yang banyak.
Adapun kalau seorang
hamba bertabaruk dengan mengusap tanah, batu-batuan, tembok dan
pepohonannya, atau dengan mengambil tanahnya untuk dicampur dengan air
dan dijadikan obat atau yang semisal itu, maka dia justru mendapatkan
dosa karena mengamalkan bid’ah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak
pernah bertabaruk dengan cara seperti itu.
3.
Arafah, Muzdalifah, dan Mina
Ketiga tempat tersebut juga termasuk diberkahi karena banyak kebaikan yang turun kepada manusia di
tempat-tempat tersebut berupa pengampunan dosa dan pembebasan dari
neraka serta pahala yang besar sebagai barakah ber-ittiba’ kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Demikian pula wuquf (menetap)
di tempat tersebut pada waktu yang disyariatkan.
C. Bertabaruk Dengan Waktu
Allah
subhanallahu wa ta'ala mengkhususkan beberapa waktu dalam hal keutamaan
dan barakah. Barangsiapa memilih waktu-waktu tersebut untuk melakukan
kebaikan padanya serta bertabaruk dengan menjalankan amal-amal yang
disyariatkan
pada waktu tersebut, niscaya dia akan memperoleh barakah yang agung.
Seperti bulan Ramadlan, Lailatul Qadar, sepertiga malam terakhir, hari
Jum’at, Senin, Kamis, bulan-bulan Haram, dan 10 hari bulan Dzulhijah.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
“Sungguh
telah datang kepada kalian bulan Ramadlan, bulan yang diberkahi. Allah
mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu Surga dibuka dan
pintu-pintu neraka Jahim ditutup serta setan dibelenggu pada bulan
tersebut. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada
seribu bulan. Siapa yang terhalang (mendapatkan kebaikannya) maka
sungguh ia terhalang (dari kebaikan yang banyak). ” (HR. Ahmad dan
dijayidkan oleh Al Albani karena syawahidnya dalam Misykah Al Mashabih)
Adapun
barakah yang Allah jadikan pada bulan Ramadlan antara lain berupa
berupa pengampunan dosa, tambahan rezki bagi seorang Mukmin, pendidikan
(jiwa), serta pahala yang besar di sisi Allah. Adapun Lailatul Qadar,
keadaannya sangat agung sebagaimana firman Allah :
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. ” (Al Qadr : 3)
Karena agungnya barakah pada malam tersebut sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan :
“Berjaga-jagalah
(untuk mendapatkan) Lailatul Qadr pada bilangan ganjil dari sepuluh
hari terakhir bulan Ramadlan. ” (HR. Bukhari)
Termasuk waktu yang
diberkahi pula adalah 10 hari bulan Dzulhijah sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
“Tidak
ada amal pada hari-hari (lain) yang lebih afdlal daripada 10 hari bulan
Dzulhijah ini. ” Mereka para shahabat pun bertanya : “Tidak pula
jihad?” Beliau bersabda : “Tidak pula jihad, kecuali seseorang yang
keluar menyabung nyawa dan hartanya dan tidak kembali sedikitpun. ” (HR.
Bukhari)
Keutamaan
hari ‘Arafah (tanggal 9 Dzulhijah) bagi orang yang berhaji telah
dimaklumi. Allah membanggakan orang-orang yang wuquf di ‘Arafah kepada
para Malaikat-Nya selama mereka datang semata-mata untuk mencari
ampunan. Sedangkan berpuasa bagi yang tidak haji akan mendapatkan
barakah yaitu diampuninya dosa-dosanya setahun yang lalu dan setahun
yang akan datang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“
… dan puasa pada hari ‘Arafah, aku berharap kepada Allah untuk
mengampuni setahun yang lalu dan setahun sesudahnya. ” (HR. Muslim)
Adapun hari Jum’at, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Sebaik-baik
hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum’at. Pada hari itu
Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam Surga dan dikeluarkan dari Surga.
Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada hari Jum’at. ” (HR. Muslim)
Adapun
sepertiga malam terakhir, ketika Allah turun ke langit dunia, turun
pula barakah yang agung bagi orang yang berdoa dan minta ampun pada
waktu tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam :
"Rabb
kita Tabaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika
tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman : “Siapa yang berdoa
kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya. Siapa yang minta kepada-Ku, Aku akan
memberinya, dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, Aku akan
mengampuninya. ” (HR. Bukhari)
Mencari
barakah pada waktu-waktu tersebut harus dengan cara yang telah
disyariatkan oleh Allah dan sesuai dengan bimbingan Rasul-Nya
shallallahu 'alaihi wa sallam. Kalau seorang hamba mencari barakah pada
waktu-waktu tersebut dengan amal yang tidak disyariatkan niscaya dia
tidak akan diberi taufiq untuk mendapatkan barakah tersebut.
Demikian
pula barakah terdapat pada beberapa jenis makanan sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
seperti minyak zaitun, susu, al habbatus sauda’ (jinten hitam), madu,
air zam-zam, dan kurma. Wallahu A’lam.
Abu Mujahid Ahmad Jaya
--------------------------------------------------------
Begitu
juga barakah yg diberikan Allah kepada Nabi Ya'kub AS apabila beliau
mengusap baju Nabi Yusuf AS ke muka beliau hingga kembali
penglihatannya.
------------------------------
Al Laits menafsirkan kata tabarakallah (ﺗﺒﺎﺮﻚﺍﷲ) adalah pemuliaan dan pengagungan. Az Zajaj mengatakan tentang firman Allah :
“Inilah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi. ” Kata Al Mubarak (yang diberkahi) maknanya adalah apa-apa yang mendatangkan kebaikan yang banyak. Ar Raghib berkata : “Barakah berarti tetapnya kebaikan Allah terhadap sesuatu. ”
Ibnul Qayim berkata : “Barakah berarti kenikmatan dan tambahan. Sedangkan hakikat barakah adalah kebaikan yang banyak dan terus menerus yang tidak berhak memiliki sifat tersebut kecuali Allah tabaraka wa ta’ala. ”
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata : “Barakah berarti kebaikan yang banyak dan tetap. Diambil dari kata al birkah (ﺍﻠﺑﺮﻜﺔ) yang berarti tempat terkumpulnya air (kolam). Dan tabaruk berarti mencari barakah. ”
1. Bahwasanya barakah itu semuanya datang dari Allah, baik dalam hal rezki, pertolongan, kesembuhan, dan lain-lain. Maka tidak boleh meminta barakah kecuali kepada Allah karena Dia-lah Pemberi Barakah.
Di antara dalil tentang hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Shahih-nya dari Ibnu Mas’ud radliyallahu 'anhu, ia berkata :
" Kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan. Ketika itu persediaan air sedikit. Maka beliau bersabda : “Carilah sisa air!” Para shahabat pun membawa bejana yang berisi sedikit air. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memasukkan tangan beliau ke dalam bejana tersebut seraya bersabda : “Kemarilah kalian menuju air yang diberkahi dan berkah itu dari Allah. ” Sungguh aku (Ibnu Mas’ud) melihat air terpancar di antara jari-jemari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (HR. Bukhari dengan Fathul Bari 6/433)
Kalau sudah jelas bahwa barakah itu dari Allah, maka memintanya kepada selain Allah adalah perbuatan syirik seperti meminta rezki, mendatangkan manfaat serta menolak mudlarat kepada selain Allah.
Tidak diragukan lagi bahwa barakah itu termasuk kebaikan, sedang kebaikan itu semuanya dari Allah seperti sabda Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam :
“Dan kebaikan itu semuanya di tangan-Mu. ” (HR. Muslim dengan syarah An Nawawi 6/57)
2. Sesuatu yang digunakan untuk bertabaruk seperti benda-benda, ucapan, ataupun perbuatan yang telah jelas ketetapannya dalam syariat, kedudukannya hanya sebagai sebab bukan yang mendatangkan barakah.
“Aku tidak mengetahui seorang perempuan yang lebih banyak barakahnya daripada dia di kalangan kaumnya. ” (HR. Ahmad, Musnad 6/277)
Artinya dialah sebagai sebab datangnya barakah dan bukan dia pemberi barakah.
3. Mencari barakah harus melalui sebab-sebab yang diperintahkan oleh syariat. Yang menentukan ada atau tidaknya barakah pada sesuatu hanyalah dalil syar’i. Karena perkara agama itu dibangun di atas dalil, berbeda dengan perkara dunia yang dapat diketahui dengan akal melalui pengalaman dan bukti.
4. Bertabaruk dapat dilakukan dengan perkara yang dapat dicapai dengan panca indera seperti ilmu, doa, dan lain-lain. Seseorang mendapatkan kebaikan yang banyak dengan barakah ilmunya yang dia amalkan dan dia ajarkan.
A. Bertabaruk Dengan Ucapan Dan Perbuatan
Banyak ucapan, perbuatan, serta keadaan yang diberkahi jika seorang hamba yang Muslim melakukannya untuk mencari kebaikan dan barakah melalui sebab tersebut dengan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia akan mendapatkan kebaikan dan barakah itu sesuai dengan niat dan kesungguhannya, jika tidak ada penghalang syar’i yang menghalanginya.
Di antara ucapan-ucapan yang mengandung barakah adalah dzikir kepada Allah dan membaca Al Qur’an. Tidak tersamar lagi bagi seorang Muslim bahwa dengan dzikir dan membaca Al Qur’an seorang hamba dapat memperoleh kebaikan serta barakah yang banyak.
Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah memiliki para Malaikat yang biasa berkeliling di jalan mencari orang-orang yang berdzikir. Jika mereka mendapatkan suatu kaum yang berdzikir kepada Allah, mereka pun saling memanggil :
“Kemarilah pada apa yang kalian cari (hajat kalian). ”
Maka para Malaikat pun menaungi mereka dengan sayap mereka sampai ke langit dunia. Lalu Allah ‘azza wa jalla bertanya kepada para Malaikat itu sedangkan Allah Maha Tahu : “Apa yang diucapkan para hamba-Ku?”
Para Malaikat menjawab : “Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memuji Engkau. ” Allah bertanya : “Apakah mereka melihat Aku?” Para Malaikat tersebut menjawab : “Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat Engkau. ”
Allah bertanya lagi : “Bagaimana sekiranya jika mereka melihat Aku?” Para Malaikat menjawab : “Sekiranya mereka melihat Engkau, niscaya mereka tambah bersemangat beribadah kepada-Mu dan lebih banyak memuji serta bertasbih kepada-Mu. ”
Allah bertanya : “Apa yang mereka minta?” Para Malaikat menjawab : “Mereka minta Surga kepada-Mu. ”
Allah bertanya : “Apakah mereka pernah melihat Surga?” Para Malaikat menjawab : “Sekiranya mereka pernah melihatnya, niscaya mereka lebih sangat ingin untuk mendapatkannya dan lebih bersungguh-sungguh memintanya serta sangat besar keinginan padanya. ”
Allah bertanya : “Dari apa mereka minta perlindungan?” Para Malaikat menjawab : “Dari neraka. ” Allah bertanya : “Apakah mereka pernah melihatnya?” Para Malaikat menjawab : “Tidak, demi Allah, mereka belum pernah melihatnya. ”
Allah bertanya : “Bagaimana kalau mereka melihatnya?” Para Malaikat menjawab : “Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka tambah menjauh dan takut darinya. ”
Allah berfirman : “Aku persaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka. ”
Seorang di antara Malaikat berkata : “Di antara mereka ada si Fulan yang tidak termasuk dari mereka (orang-orang yang berdzikir), dia hanya datang karena ada keperluan. ” Allah berfirman : “Tidak akan celaka orang yang duduk bermajelis dengan mereka (majelis dzikir). ” (HR. Bukhari)
Dari hadits ini diketahui betapa agung barakah dzikir tersebut, ia mengandung pengampunan dosa-dosa dan jaminan masuk Surga. Bukan hanya bagi orang-orang yang berdzikir saja, tetapi juga mencakup orang yang duduk bersama mereka. Sedangkan membaca Al Qur’an termasuk jenis dzikir yang paling agung. Di dalamnya terdapat barakah dunia dan akhirat yang tidak ada yang mampu menghitungnya kecuali Allah ‘azza wa jalla. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang di akhirat nanti memberi syafaat kepada orang-orang yang membacanya. ” (HR. Muslim)
Di samping ucapan-ucapan ada pula perbuatan yang mengandung barakah jika seorang Muslim ber-iltizam dengannya dalam rangka ber-ittiba’ (mengikuti) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dia akan mendapat barakah yang agung dengan ijin Allah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Orang yang mati syahid memiliki enam keutamaan di sisi Allah yaitu : Dia diampuni pada awal penyerangannya, diperlihatkan tempat duduknya di Surga, dilindungi dari adzab kubur, merasa aman dari ketakutan yang dahsyat, diletakkan di atas kepalanya mahkota kehormatan yang permatanya lebih baik daripada dunia beserta isinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan (diberi ijin) memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya. ” (HR. Tirmidzi dari Miqdam bin Ma’dikarib, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi 2/132)
Di samping ucapan dan perbuatan, keadaan-keadaan yang diberkahi antara lain : Makan bersama dan dimulai dari pinggir, serta menjilat jari (setelah makan), dan makan secukupnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Berkumpullah kalian menikmati makanan dan sebutlah nama Allah, kalian akan diberkahi padanya. ” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Abi Dawud)
“Barakah itu akan turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir dan jangan dari tengah. ” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud) Beliau juga memerintahkan untuk menjilat jari karena seseorang tidak tahu mana di antara makanan itu yang mengandung barakah.
Beliau juga bersabda :
“Takarlah makanan itu, kalian akan diberkahi padanya. ” (HR. Bukhari)
Semua ucapan atau perbuatan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, kemudian dilakukan seorang hamba dengan ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti Sunnah) niscaya akan menjadi penyebab turunnya barakah.
Allah menjadikan barakah pada beberapa tempat di muka bumi. Barangsiapa mencari barakah pada tempat tersebut, niscaya dia akan mendapatkannya dengan ijin Allah, jika dia beramal dengan ikhlas dan mutaba’ah. Tempat-tempat tersebut antara lain :
1. Masjid-masjid
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Tempat yang paling dicintai Allah di suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling dibenci Allah dalam suatu negeri adalah pasar-pasarnya. ” (HR. Muslim)
Bertabaruk dengan masjid bukan dengan mengusap tanah atau temboknya. Karena tabaruk adalah perkara ibadah maka harus sesuai dengan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mencari barakah melalui masjid-masjid adalah dengan i’tikaf di dalamnya, menunggu shalat lima waktu, shalat berjamaah, menghadiri majelis-majelis dzikir di sana, dan perkara-perkara yang disyariatkan lainnya. Adapun perkara ibadah yang tidak disyariatkan tidak akan mendatangkan barakah, bahkan termasuk perbuatan bid’ah.
Di antara masjid yang memiliki keistimewaan tambahan dalam hal barakah adalah : Masjidil Haram, Masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Masjidil Aqsa, dan Masjid Quba’. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Shalat di masjidku ini lebih baik seribu kali daripada shalat di masjid yang lain kecuali Masjidil Haram. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain ada tambahan :
“Dan shalat di Masjidil Haram lebih afdlal seratus kali daripada shalat di masjidku ini. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda beliau pula :
“Tidak boleh dilakukan perjalanan (jauh) kecuali kepada tiga masjid, yaitu masjidku ini, masjidil haram, dan masjidil aqsa. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu datang ke masjid Quba’ dan shalat padanya dengan satu shalat maka baginya seperti pahala umrah. ” (HR. Ahmad, Hakim, An Nasa’i, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)
2. Kota Makkah, Madinah, dan Syam
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang Makkah :
“Demi Allah, engkau (Makkah) adalah bumi Allah yang paling baik dan paling dicintai-Nya. Sekiranya aku tidak diusir darimu, tidaklah aku akan keluar. ” (HR. Ahmad, Hakim, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)
Demikian pula Madinah dan Syam, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan :
“Barangsiapa menginginkan kejelekan terhadap penduduknya (Madinah), Allah akan menghancurkannya sebagaimana melelehnya garam dalam air. ” (HR. Muslim)
“Berbahagialah penduduk Syam. ” Kami bertanya : “Kenapa?” Beliau menjawab : “Sesungguhnya para Malaikat Allah Yang Maha Rahman membentangkan sayap mereka di atasnya. ” (HR. Ahmad, Hakim, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir)
Sehingga orang yang bermukim di Makkah, Madinah, atau Syam dengan mengharap barakah Allah ‘azza wa jalla pada tempat tersebut, baik dalam hal tambahan rezki atau dihindarkan dari fitnah, berarti dia telah diberi taufiq untuk mendapatkan kebaikan yang banyak.
3. Arafah, Muzdalifah, dan Mina
Allah subhanallahu wa ta'ala mengkhususkan beberapa waktu dalam hal keutamaan dan barakah. Barangsiapa memilih waktu-waktu tersebut untuk melakukan kebaikan padanya serta bertabaruk dengan menjalankan amal-amal yang disyariatkan pada waktu tersebut, niscaya dia akan memperoleh barakah yang agung. Seperti bulan Ramadlan, Lailatul Qadar, sepertiga malam terakhir, hari Jum’at, Senin, Kamis, bulan-bulan Haram, dan 10 hari bulan Dzulhijah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
“Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadlan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu Surga dibuka dan pintu-pintu neraka Jahim ditutup serta setan dibelenggu pada bulan tersebut. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Siapa yang terhalang (mendapatkan kebaikannya) maka sungguh ia terhalang (dari kebaikan yang banyak). ” (HR. Ahmad dan dijayidkan oleh Al Albani karena syawahidnya dalam Misykah Al Mashabih)
Adapun barakah yang Allah jadikan pada bulan Ramadlan antara lain berupa berupa pengampunan dosa, tambahan rezki bagi seorang Mukmin, pendidikan (jiwa), serta pahala yang besar di sisi Allah. Adapun Lailatul Qadar, keadaannya sangat agung sebagaimana firman Allah :
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. ” (Al Qadr : 3)
Karena agungnya barakah pada malam tersebut sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan :
“Berjaga-jagalah (untuk mendapatkan) Lailatul Qadr pada bilangan ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan. ” (HR. Bukhari)
“Tidak ada amal pada hari-hari (lain) yang lebih afdlal daripada 10 hari bulan Dzulhijah ini. ” Mereka para shahabat pun bertanya : “Tidak pula jihad?” Beliau bersabda : “Tidak pula jihad, kecuali seseorang yang keluar menyabung nyawa dan hartanya dan tidak kembali sedikitpun. ” (HR. Bukhari)
Keutamaan hari ‘Arafah (tanggal 9 Dzulhijah) bagi orang yang berhaji telah dimaklumi. Allah membanggakan orang-orang yang wuquf di ‘Arafah kepada para Malaikat-Nya selama mereka datang semata-mata untuk mencari ampunan. Sedangkan berpuasa bagi yang tidak haji akan mendapatkan barakah yaitu diampuninya dosa-dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“ … dan puasa pada hari ‘Arafah, aku berharap kepada Allah untuk mengampuni setahun yang lalu dan setahun sesudahnya. ” (HR. Muslim)
Adapun hari Jum’at, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam Surga dan dikeluarkan dari Surga. Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada hari Jum’at. ” (HR. Muslim)
Adapun sepertiga malam terakhir, ketika Allah turun ke langit dunia, turun pula barakah yang agung bagi orang yang berdoa dan minta ampun pada waktu tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman : “Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya. Siapa yang minta kepada-Ku, Aku akan memberinya, dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, Aku akan mengampuninya. ” (HR. Bukhari)
Mencari barakah pada waktu-waktu tersebut harus dengan cara yang telah disyariatkan oleh Allah dan sesuai dengan bimbingan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Kalau seorang hamba mencari barakah pada waktu-waktu tersebut dengan amal yang tidak disyariatkan niscaya dia tidak akan diberi taufiq untuk mendapatkan barakah tersebut.
Demikian pula barakah terdapat pada beberapa jenis makanan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seperti minyak zaitun, susu, al habbatus sauda’ (jinten hitam), madu, air zam-zam, dan kurma. Wallahu A’lam.
Abu Mujahid Ahmad Jaya
--------------------------------------------------------
Begitu
juga barakah yg diberikan Allah kepada Nabi Ya'kub AS apabila beliau
mengusap baju Nabi Yusuf AS ke muka beliau hingga kembali
penglihatannya.
No comments:
Post a Comment