Monday, May 6, 2013

Kisah Syeikh Al BaniDengan Para pemuda Takfiri



KISAH SYAIKH AL-ALBANI DENGAN PARA PEMUDA TAKFIRI

Salah satu ulama yang telah menginspirasi saya dalam berlemah lembut terhadap ekstrimis takfiri. Adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani (Almarhum) yg telah menunjukkan muamalah baiknya terhadap para takfiri hingga akhirnya hal itu menjadikan pintu hidayah bagi mereka.

Syaikh Basim Faishol al-Jawabiroh menceritakan :

…Kala itu aku masih berstatus sebagai pelajar di SMA. Dan di waktu itu juga, aku bersama sekumpulan pemuda mengkafirkan kaum muslimin, dan kami tidak mau sholat bersama mereka di masjid2 mereka karena menurut kami mereka adalah masyarakat yg bodoh.

Org2 yg menyelisihi kami di Yordania selalu mengancam kami dengan syaikh Muhammad nashiruddin al-Albani bahwa beliau adalah satu-satunya orang yg mampu berdiskusi dgn kami dan meyakinkan kami hingga kembali ke jalan yg lurus.

Ketika Syaikh Nashiruddin tiba di Yordania dari Damaskus, diceritakan kpd beliau bahwa ada sekumpulan pemuda yg gemar mengkafirkan kaum muslimin. Maka, beliau sangat ingin bertemu dgn kami. Diutuslah saudara iparnya yg bernama Nidzham Sukkajha kepada kami. Dia menyampaikan kpd kami tentang keinginan Syaikh Nashir berjumpa dgn kami. Maka kami menjawab : "Barangsiapa yg menginginkan kami hendaknya dia datang kepada kami, bukan kami yg pergi ke sana."

Akan tetapi, Syaikh Takfiri kami memberitahukan kpd kami bahwa Syaikh Nashir termasuk salah satu ulama kaum muslimin yg memiliki kedudukan dalam ilmunya dan umurnya yg sdh tua, maka kamilah yg harus pergi kepadanya.

Berangkatlah kami menuju rumah iparnya, yaitu Nidzham, kala itu menjelang shalat Isya. Salah seorang dari kami mengumandangkan adzan, lalu kita berdiri utk sholat. Syaikh Nashiruddin berkata "Apakah kami yg mensholati kalian (menjadi imam -pent) atau kalian yg mensholati kami?" Maka Syaikh Takfiri kami menjawab "KAMI MENYAKINI KEKAFIRANMU !". Syaikh Nashiruddin membalasnya "SEDANGKAN AKU JUSTRU MENYAKINI KEIMANAN KALIAN". Lalu Syaikh Takfiri kamilah yg sholat (menjadi Imam -pent) bersama kami semua, sedangkan dia (Syaikh Albani -pent) juga bersama kami.

Setelah itu Syaikh Nashir duduk dalam sebuah diskusi bersama kami, Diskusi tersebut terus berlangsung hingga akhir malam. Kebanyakan diskusi tersebut berlangsung dgn Syaikh Takfiri kami, sedangkan kami yg notabene masih remaja terkadang duduk dan terkadang berdiri, lalu kami merentangkan kaki kami dan membaringkan punggung2 kami. Sedangkan Syaikh Nashir, dia tetap pada satu posisi duduk dari awal sampai akhir dan tidak merubah posisi tersebut sedikitpun dalam dikusi yg selalu membahas tentang ini dan itu. Saat itu aku sangat terkagum dgn kesabaran beliau.

Lalu kami saling berjanji untuk bertemu pada hari berikutnya. Ketika kami pulang ke rumah, kami mengumpulkan dalil2 yg mendukung perbuatan takfir sesuai dgn klaim kami.

Pada hari berikutnya, Syaikh Nashir datang ke rumah salah seorang kawan kami, dan kami telah siap dgn kitab2 dan bantahan2 atas Syaikh Nashir. Diskusi akhirnya berlangsung selepas Isya hingga sebelum fajar. Lalu kami berjanji utk mendatangi tempat tinggalnya.

Selepas Isya pada hari ke-3, kami pergi ke tempat tinggalnya. Diskusi berlangsung sampai Muadzzin mengumandangkan adzan subuh. Dalam diskusi tersebut kami selalu menyebut banyak ayat yg menunjukkan pengkafiran secara dhohirnya. Kami juga menyebut hadits2 yg teksnya mengandung pengkafiran secara dhohir terhadap pelaku dosa besar. Syaikh Nashir seperti org yg berintelensi tinggi, dia membantah dalil ini dan menunjukkan dalil lainnya, beliau menggabungkan antara dalil2 yg kelihatannya saling bertentangan tersebut dengan ucapan2 para ulama salaf dan imam2 yg terkemuka dari kalangan ahlussunnah wal jama'ah.

Setelah adzan subuh kami berangkat bersama2 berdampingan dgn Syaikh Nashir menuju sebuah masjid utk menunaikan sholat subuh.

Setelah Syaikh Nashir meyakinkan kpd kami akan kesalahan dan kesesatan manhaj (takfiri -pent) yg telah kami jalani selama ini, kami akhirnya kembali (ke manhaj yg haq -pent) dari pemikiran takfir kami -Alhamdulillah- kecuali sebagian kecil (dari kami) yang justru murtad dari islam beberapa tahun kemudian. Kami memohon keselamatan kepada Allah.

Diterjemahkan dari Kitab al-Imaam al-Albaani rahimahullah ta'ala, Duruus wa Mawaaqif wa 'Ibar, hal 157-158. Oleh Syaikh Abdul Aziz ibn Muhammad al-Sadhaan. Daar al-Tawhid Riyadh Cet I 1429 H/2008 M.


~ Abu Arkan

No comments:

Post a Comment