Di antara syubhat-syubhat ahlul bid’ah ...
Di
antara syubhat-syubhat ahlul bid’ah dalam rangka menggembosi pengamalan
sunnah adalah ucapan mereka: “Kaum muslimin hari ini dalam keadaan
lemah, diinjak-injak dan dijatuhkan martabatnya oleh musuh-musuh Islam.
Di mana-mana terjadi pembantaian kaum muslimin seperti binatang ternak,
tetapi kalian malah sibuk mempelajari sunnah-sunnah, mengajarkan dan
menerapkannya! Apakah kalian tidak memikirkan saudara-saudara kalian
yang dibantai?!…”
Kalimat yang semakna dengan ini sering dilontarkan
oleh ahlul bid’ah dan musuh-musuh sunnah dari kalangan khawarij, syi’ah
rafidlah, mu’tazilah atau pun para hizbiyyun dan dai-dai politik dari
kalangan Ikhwanul Muslimin, Sururiyyin dan lain-lain. Mereka menganggap
bahwa menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
merupakan penghalang perjuangan jihad melawan musuh-musuh Islam.
Prasangka ini muncul dari mereka karena mereka memandangnya dengan
kacamata kebid’ahan. Dan karena per-juangan jihad mereka juga adalah
perjuangan dengan cara-cara bid’ah, maka tentu saja akan bertentangan
dengan sunnah-sunnah.
Kita jawab syubhat mereka dari beberapa sisi:
Pertama, perjuangan jihad mela-wan musuh-musuh Allah jika dilakukan
dengan cara yang syar’i dan mencocoki ajaran Sunnah Rasulllah shalallahu
‘alaihi wa sallam, tidak ada pertentangan dengan usaha menghidupkan
sunnah-sunnah beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam, sekalipun pada
perkara-perkara yang mereka anggap furu’.
Bisa kita lihat pada
generasi pertama umat ini, mereka adalah para mujahidin yang telah
membuktikan kehebatan mereka di medan tempur melawan musuh-musuh Islam.
Namun mereka tidak pernah sesaatpun meremehkan sunnah-sunnah seperti
bersiwak, mengangkat pakaian di atas mata kaki, memotong kuku, merapikan
kumis, membiarkan jenggot. Apalagi sunnah-sunnah yang berkaitan dengan
ibadah mahdlah seperti gerakan-gerakan shalat yang sunnah, shalat lail
dan membaca al-Qur’an serta dzikir pagi dan sore dan lain-lain.
Dengan demikian, sesungguhnya tidak ada pertentangan antara
melaksa-nakan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan
jihad melawan musuh-musuh Islam.
Kedua, dengan menghidupkan
sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, kita akan semakin
dekat kepada Allah. Dan ketika kita semakin dekat kepada Allah, maka
Allah akan membela dan menolong kita. Sehingga kita katakan menghidupkan
sunnah-sunnah justru mendukung datangnya kemenangan.
Allah berfirman:
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ …. الحج: 40
Sungguh Allah pasti akan menolong orang yang menolong agama-Nya… (al-Hajj: 40)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ. محمد: 7
Hai orang-orang mu’min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhamamad: 7)
Ketiga,
orang yang menghidupkan sunnah-sunnah akan mencapai derajat wali dan
kekasih Allah yang akan dibela oleh Allah dan dikabulkan doanya. Maka
Allah akan memenangkan mereka ketika menghadapi musuh-musuhnya sekuat
apapun mereka, karena Allah ada di pihak mereka.
Hal itu sebagaimana
diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bersabda Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah berfirman:
مَنْ
عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ
إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ،
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقرَّبُ إَلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى
أُحَبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ،
وَبَصَرَهُ الَّّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا،
وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلْنِي َلأُعْطِيَنَّهُ
وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي َلأُعِيْذَنَّهُ…. (رواه البخاري
Barangsiapa
yang memusuhi wali-Ku, maka aku umumkan perang terhadapnya. Tidaklah ada
seorang hamba yang mendekatkan diri kepada-Ku lebih aku sukai daripada
melaksanakan apa yang aku wajibkan kepadanya, dan seorang hamba yang
terus-menerus mendekat-kan diri kepada-Ku dengan mengerjakan yang
sunnah-sunnah hingga Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya, Aku
akan menjadi pendengaran-nya yang dia mendengar dengannya; Aku akan
menjadi penglihatannya yang dia melihat dengannya; Aku akan men-jadi
tangannya yang dia memukul dengannya; dan Aku akan menjadi kaki-nya yang
dia berjalan dengannya. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh pasti akan
Aku beri. Dan jika dia berlindung kepada-Ku, sungguh pasti akan Aku
lindungi… (HSR. Bukhari)
Dengan hadits ini kita mengetahui bahwa
dengan diamalkannya sunnah-sunnah, walaupun pada perkara-perkara yang
mustahab (tidak wajib) akan me-nyebabkan kecintaan Allah terhadapnya.
Kecintaan itu akan menyebabkan pembe-aan Allah terhadapnya. Maka yang
demi-kian sungguh akan mendukung perju-angan jihad fie sabilillah, bukan
justru sebaliknya.
Keempat, lebih tegas lagi Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa jalan keluar dari penderitaan dan
kehinaan serta pe-nindasan orang-orang kafir adalah de-ngan kembali
kepada agama Allah. Tidak dibedakan oleh beliau mana yang wajib dan
mustahab, yang ushul maupun yang furu’, tidak pula dibedakan mana yang
qusyur (kulit) dan mana yang lubab (inti). Artinya kembalilah kepada
agama kalian secara kaaffah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذنَابَ الْبَقَرِ
وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ
عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ.
رواه أبو داود عن ابن عمر
Jika kalian telah berjual beli dengan cara
riba, telah mengambil ekor-ekor sapi, telah ridla dengan
perkebunan-perkebunan dan kalian telah meninggalkan jihad, maka Allah
akan timpakan atas kalian kehinaan, yang kehinaan itu tidak akan Allah
cabut hingga kalian kembali kepada agama kalian. (HSR. Abu Dawud)
Dengan hadits ini kita ketahui bahwa jalan satu-satunya untuk
melepas-kan dari kehinaan yang menimpa kaum muslimin adalah kembali
kepada agama Allah. Sedangkan agama Allah adalah seluruh yang diajarkan
oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, Dengan kata lain
sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka sungguh
aneh pernyataan para hizbiyyun di atas yang bernada me-mojokkan sunnah
dan menganggapnya sebagai penghalang bagi perjuangan ‘jihad’. Hal
demikian karena apa yang mereka anggap ‘jihad’ ternyata sebuah gerakan
kebid’ahan yang mereka beri la-bel ‘jihad’, yang tentu saja bertentangan
dengan sunnah.
Lihat para politikus atau hizbiyyun, mereka
menamakan perjuangan partai mereka pada pemilu dan parlemen sebagai
jihad. Padahal pemilu dan demo-krasi adalah perkara bid’ah dan sangat
bertentangan dengan ajaran Islam, kare-na ajaran ini menganut sistem
suara ter-banyak, sementara dalam Islam tidak demikian.
Akhirnya,
‘jihad’ mereka pasti akan bertentangan dengan sunnah-sunnah Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena mereka berusaha untuk meraih
pengikut sebanyak-banyaknya untuk memenangkan partainya; sedangkan orang
yang menghidupkan sunnah–sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
akan terlihat asing, sedikit bahkan akan dijauhi kebanyakan umat. Untuk
itu mereka menganggap dengan diamalkan dan dihi-dupkannya sunnah-sunnah
akan mengurangi suara partainya. Dan dengan berkurangnya pengikut mereka
akan meng-gagalkan perjuangan mereka di parlemen.
Contoh kedua, apa
yang dilakukan oleh khawarij. ‘Jihad’ menurut mereka adalah melakukan
pemberontakan terhadap penguasa muslim yang sah. Tentu saja mereka akan
menganggap halal da-rah kaum muslimin yang ada di peme-rintahan.
Hal ini
bertentangan dengan perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
untuk taat kepada penguasa walaupun ia berbuat dhalim dan seterusnya.
Dengan hal ini pula tentu saja mereka akan menghalalkan darah kaum
muslimin yang ada di pemerintahan. Ini bertentangan dengan sunnah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan haramnya darah
kaum muslimin, kecuali pada tiga perkara, yaitu qishash bagi orang yang
membunuh muslim dengan sengaja tanpa haq, hukum rajam bagi pezina yang
sudah menikah dan hukum mati bagi orang murtad.
Dengan model ‘jihad’ yang seperti ini, pasti mereka akan menganggap sunnah-sunnah sebagai penghalang.
Demikian pula bagi mu’tazilah. Mereka tidak mau menerima sunnah-sunnah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kecuali yang mereka anggap masuk
akal. Sehingga perjuangan mereka adalah perjuangan dengan cara-cara
akal dan hawa nafsu mereka. Perjuangan model ini tentu saja akan kembali
menganggap sunnah-sunnah sebagai penghalang perjuangan mereka. Dan
mereka akan alergi jika melihat orang-orang menghidupkan sunnah, di mana
akal mereka tidak mampu mengetahui hikmah-hikmahnya.
Demikianlah
semua kelompok ahlul bid’ah akan menjauhkan umat dari sunnah-sunnah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan berba-gai macam syubhat
yang mereka perbuat. Kalimat di atas hanyalah alasan yang diada-adakan,
sesungguhnya sebab uta-manya adalah karena mereka benci pada sunnah.
Sebagai penutup kita ingatkan ke-pada seluruh kaum muslimin untuk
kembali kepada agama Allah, ikutilah sunnah-sunnah Rasulullahshalallahu
‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya sebab terjadinya bencana,
kehinaan dan diinjak-injaknya kaum muslimin oleh musuh-musuhnya adalah
karena kelalaian mereka dari agama Allah. Ketika mereka meremehkan
ajaran Allah dan melupakannya, maka terjadilah apa yang telah terjadi
dari kehinaan dan kerendahan yang menimpa umat Islam. Dalam keadaan
seperti, tidak ada jalan lain bagi kita kecuali kembali kepada agama
tersebut secara keseluruhan, baik yang diwajibkan, maupun dengan
meng-hidupkan yang mustahab, mempelajari, mengamalkan dan
menyampaikannya kepada umat.
Allah telah berjanji kepada mereka yang
beriman dan beramal shalih akan diberi kemuliaan dan menjadi penguasa
di muka bumi dalam firman-Nya:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا
مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ
كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ
دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ
خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ
كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ. النور: 55
Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
men-jadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesu-dah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan
tiada memperseku-tukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik. (an-Nuur: 55).Wallahu a’lam
Ustadz Muhammad Umar As-Sewed
bukan kah Penguasa muslim yg sah itu dalam kekalifahan Islam,bukan DEmokrasi?(BId'ah bukan?)kalo pemimpin dl kekalifahan memang harus ditaati walau pun hatinya seperti hati syaiton...
ReplyDelete